Teknologi AI mengembangkan tren kontroversial di China dengan memungkinkan 'kebangkitan' orang yang sudah meninggal.
Menurut laporan dari The Week, semakin banyak orang di China yang menggunakan avatar AI orang yang sudah meninggal untuk membantu mereka memproses kesedihan.
Pendiri SenseTime, Tang Xiao'ou, telah mengumumkan layanan terbaru ini yang dikenal sebagai 'luar kubur' atau tiruan digital. Layanan AI ini dilatih menggunakan program pembelajaran mesin model bahasa besar (large language model machine learning programme) melalui klip video dan audio Tang.

Dengan hanya 20 yuan (sekitar Rp 44 ribu), seseorang dapat membuat avatar digital bergerak dari orang yang mereka cintai.
Namun demikian, teknologi ini masih belum sempurna. Menurut MIT Technology Review, avatar yang dihasilkan masih terlihat kaku dan robotik. Meski begitu, teknologi ini terus berkembang dan semakin banyak perusahaan menyediakan pilihan alat untuk menciptakan avatar AI.

Ketika avatar tersebut semakin "hidup" dan mampu memberikan jawaban di luar karakternya, pengguna lebih mudah memperlakukannya sebagai anggota keluarga yang telah meninggal.
Sebagai contoh penggunaan teknologi ini, penyanyi Taiwan Bao Xiaobai menggunakan AI untuk "menghidupkan kembali" putrinya yang meninggal pada tahun 2022. Setelah lebih dari satu tahun bereksperimen dengan teknologi tersebut, Bao berhasil membuat video putrinya menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Menurutnya, AI adalah alat untuk mengungkapkan rasa kerinduan dan rindu pada orang yang telah pergi.

Bisnis avatar AI ini telah menjadi tren besar di China. Pasar untuk "manusia digital" diperkirakan bernilai 12 miliar yuan (sekitar Rp 26 triliun) pada tahun 2022 dan diperkirakan akan meningkat empat kali lipat pada tahun 2025. Namun, tren ini juga menimbulkan sejumlah pertanyaan dari segi etika dan hukum.
Contohnya, beberapa pengguna media sosial menyebarkan rekaman lama penyanyi Qiao Renliang yang meninggal karena bunuh diri pada tahun 2016 untuk membuat konten baru dengan bintang utamanya adalah tiruan AI dari Qiao. Dalam salah satu video, tiruan AI tersebut berkata, "Sebenarnya, saya tidak pernah benar-benar pergi."

Namun, keluarga Qiao menyatakan bahwa video tersebut dibuat tanpa persetujuan mereka, dan pengacara berpendapat bahwa konten semacam itu harus dilarang jika dapat mengganggu kesehatan mental keluarga almarhum.
Beberapa orang juga mempertanyakan apakah berinteraksi dengan replika AI orang yang sudah meninggal merupakan cara yang sehat dalam memproses kesedihan.
MIT Technology Review menyebutkan bahwa dampak hukum dan etika dari teknologi ini masih belum jelas.