Impian hidup di Bulan kian nyata seiring ambisi NASA untuk kembali mendaratkan manusia di sana dalam misi Artemis pada tahun 2026. Pertanyaannya, bagaimana manusia akan memenuhi kebutuhan pangan di Bulan?
Menurut Sonja Brungs, Wakil Kepala Operasi Astronot di Badan Antariksa Eropa (ESA), makanan adalah kunci kesehatan mental dan fisik astronot. Saat ini, astronot mengonsumsi makanan olahan khusus yang dibekukan, didehidrasi, atau distabilkan dengan panas.
Meskipun praktis, makanan ini minim variasi dan tekstur, sehingga astronot yang bertugas selama enam bulan atau lebih merindukan sensasi mengunyah makanan segar. Tantangan lain adalah keterbatasan garam dan remah roti yang mudah mengudara dan merusak peralatan.

Menanam di Luar Angkasa: Solusi Pangan Masa Depan?
Para ilmuwan menaruh harapan pada hidroponik, yaitu menanam tanaman tanpa tanah. Di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), lobak, cabai, dan selada telah berhasil ditanam. Namun, menanam di luar angkasa memiliki tantangannya sendiri.
Lingkungan luar angkasa yang kaya karbon dioksida, minim mikroba tanah, gravitasi mikro, radiasi berbahaya, dan air daur ulang dengan kadar garam tinggi menjadi hambatan utama.

Oleh karena itu, para ilmuwan terus menyempurnakan desain taman luar angkasa. Sayuran ditanam dalam kotak tertutup dengan lampu LED hemat energi, di atas "tanah liat" berpori yang disuplai air, nutrisi, dan oksigen ke akar. Sensor dan kamera canggih memantau perkembangan dan kesehatan tanaman.