Sebuah kejadian langka telah menghebohkan warga Desa Sindangresmi, Takokak, Cianjur, Jawa Barat. Seekor domba jantan lahir dengan kondisi unik, hanya memiliki satu mata yang terletak di tengah wajahnya. Peristiwa ini segera menarik perhatian masyarakat setempat dan menjadi viral di media sosial.
Fenomena ini, yang dikenal dalam dunia medis sebagai cyclopia, bukanlah kasus pertama yang terjadi pada hewan. Cyclopia merupakan kelainan bawaan langka yang disebabkan oleh kegagalan otak bagian depan dalam membagi orbit mata menjadi dua rongga. Kondisi ini termasuk dalam spektrum cacat otak dan wajah yang disebut holoprosencephaly.
Meskipun beberapa netizen mengaitkan fenomena ini dengan mitos dajjal atau tanda-tanda akhir zaman, para ahli menegaskan bahwa cyclopia memiliki penjelasan ilmiah.

Dr. Ani Suryani, seorang ahli genetika hewan, menjelaskan, "Cyclopia umumnya terjadi pada mamalia seperti kambing dan kucing, namun dalam kasus yang sangat jarang, bisa juga terjadi pada manusia."
Kasus cyclopia pada manusia memang sangat langka, dengan perkiraan kejadian 1 dari 100.000 kelahiran, termasuk kelahiran yang berakhir dengan kematian. Pada 2018, dilaporkan kasus bayi cyclopia di Sumatra Utara, dan pada 2023 terjadi kasus serupa di Yaman. Sayangnya, kedua bayi tersebut tidak mampu bertahan hidup lama.

Dr. Suryani menambahkan, "Makhluk yang lahir dengan cyclopia umumnya memiliki angka harapan hidup yang sangat rendah. Dalam kasus yang parah, kondisi ini dapat menyebabkan keguguran atau kematian dalam hitungan jam setelah kelahiran."
Meskipun penyebab pasti cyclopia belum diketahui, beberapa faktor risiko telah diidentifikasi, termasuk diabetes kehamilan. Spekulasi tentang paparan kimia atau racun sebagai penyebab belum terbukti secara ilmiah.

Untuk kasus manusia, cyclopia terkadang dapat dideteksi melalui ultrasonografi pada minggu ketiga hingga keempat kehamilan. Jika hasil USG menunjukkan kondisi abnormal, dokter biasanya akan merekomendasikan MRI janin untuk hasil yang lebih akurat.
Peristiwa di Cianjur ini menjadi pengingat akan keajaiban dan kompleksitas alam. Sementara fenomena ini mengundang rasa ingin tahu masyarakat, para ahli menekankan pentingnya pendekatan ilmiah dalam memahami kejadian langka seperti ini, alih-alih menghubungkannya dengan mitos atau kepercayaan tanpa dasar.