Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, telah membuat pernyataan yang menggemparkan dunia pada hari Minggu (31/12/2023), dengan menyatakan bahwa militernya harus memusnahkan Amerika Serikat dan Korea Selatan jika terjadi provokasi.
Ancaman tegas ini muncul setelah Kim berjanji untuk meningkatkan produksi senjata sebagai respons terhadap konfrontasi yang dipimpin AS.
Rhetoric Perang Korea Utara Meningkat
Korea Utara telah meningkatkan retorika perangnya dalam beberapa bulan terakhir sebagai respons terhadap perluasan latihan militer AS-Korea Selatan, seperti yang dilaporkan oleh media resmi Korea Utara, KCNA, pada hari Senin (1/1/2024).
Para ahli memperkirakan bahwa Kim akan terus meningkatkan retorika dan uji coba senjatanya dengan harapan dapat menggunakan ketegangan yang meningkat untuk mendapatkan konsesi dari AS.
Ancaman dan Respons dari Korea Selatan
Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, dalam pidato Tahun Baru pada hari Senin, mengumumkan rencana untuk memperkuat kemampuan serangan pencegahan, pertahanan rudal, dan kemampuan pembalasan militer sebagai tanggapan terhadap ancaman nuklir Korea Utara.
Retorika dan Ancaman Kim Jong Un
Dalam pertemuan partai yang berlangsung selama lima hari minggu lalu, Kim mengumumkan rencana untuk meluncurkan tiga satelit mata-mata militer tambahan, memproduksi lebih banyak rudal nuklir, dan drone tempur tahun ini.
Dalam pertemuan dengan para perwira militer, Kim menekankan urgensi untuk mempertajam kemampuan tempur untuk menjaga keamanan nasional, yang tampaknya merujuk pada program senjata nuklir Korea Utara.
Respons Korea Selatan dan AS
Kementerian Pertahanan Korea Selatan memperingatkan bahwa jika Korea Utara mencoba menggunakan senjata nuklir, pasukan Korea Selatan dan AS akan merespons secara besar-besaran, yang mungkin mengakhiri pemerintahan Kim. Perkiraan tentang kemungkinan bentrokan militer antara Korea Utara dan Korea Selatan juga menguat.
Diplomasi Gagal dan Perkembangan Terkini
Diplomasi antara Korea Utara dan AS gagal setelah AS menolak tawaran Kim untuk membongkar kompleks nuklir utamanya sebagai imbalan untuk pengurangan sanksi. Sejak tahun 2022, Korea Utara telah melakukan lebih dari 100 uji coba peluru kendali, mendorong AS dan Korea Selatan untuk memperluas latihan militer bersama mereka.
Keprihatinan Global
Korea Utara juga berusaha memperkuat hubungannya dengan China dan Rusia, yang keduanya menghalangi upaya AS dan mitra-mitra mereka di Dewan Keamanan PBB untuk memperketat sanksi terhadap Korea Utara atas uji coba senjatanya. Kecurigaan juga muncul terkait hubungan antara Korea Utara, Rusia, dan Ukraina.