Syahrini, sejak menikah dengan Reino Barack, telah dikenal sebagai figur publik yang lebih sering tampil syar'i, membatasi penampilannya di depan publik. Dia sering membagikan kutipan islami, video ceramah, atau potongan ayat Al Quran di media sosialnya. Namun, kali ini, unggahan terbarunya mengenai Yesus sebagai nabi Tuhan memicu kontroversi.
Unggahan Syahrini menggambarkan perbedaan pandangan antara umat Muslim dan non-Muslim terhadap Yesus. Menurutnya, gambaran tentang Yesus tidak sesuai dengan gambaran Tuhan dalam Islam karena Yesus masih memiliki keterbatasan, sementara Tuhan dalam Islam adalah Maha Sempurna.
Dalam thread yang diunggahnya, Syahrini menyampaikan bahwa dalam kitab suci, Yesus lahir, makan, tidur, berdoa, dan memiliki keterbatasan pengetahuan. Pandangan ini bertentangan dengan ajaran Islam yang mengajarkan bahwa Tuhan selalu sempurna. Syahrini mengajak umat Kristen untuk merenung kembali tentang konsep Tuhan yang mereka anut, apakah Tuhan mereka dulunya adalah seorang anak yang lemah dan tak berdaya, atau Tuhan yang Maha Kuasa.
"Umat Kristen harus bertanya pada diri sendiri, apakah gagasan tentang Tuhan dulunya adalah seorang anak yang lemah dan tidak berdaya, yang tidak dapat bertahan hidup tanpa makanan, minuman, atau tidur, sama dengan Tuhan yang Maha Kuasa yang dijelaskan dalam perjanjian lama? Tentu saja tidak," demikian ungkapannya.
Akibat unggahan ini, Syahrini dianggap oleh sebagian netizen sedang mencoba menyebarkan ujaran kebencian. Beberapa warganet merasa bahwa Syahrini terlalu ikut campur dalam pilihan agama orang lain. Mereka menyuarakan ketidaksetujuan terhadap tindakan tersebut, dengan menekankan prinsip kebebasan beragama dan mengingatkan bahwa setiap individu memiliki hak untuk memilih agamanya sendiri.
Meskipun beberapa komentar dari netizen mencoba memahami pandangan Syahrini, sebagian besar merasa bahwa unggahan tersebut tidak sesuai dengan semangat toleransi antarumat beragama. Beberapa mengkritiknya karena dinilai terlalu memaksakan pandangan agamanya kepada orang lain.
Kontroversi ini mencuatkan perdebatan di antara pengguna media sosial, menyoroti sensitivitas isu agama dan kebebasan beragama. Hal ini juga mengingatkan kita akan pentingnya berbicara dengan bijaksana dan memahami bahwa setiap individu memiliki hak untuk memilih dan menjalankan agamanya sesuai dengan keyakinan pribadi masing-masing.