Kisah tragis Alda Risma, penyanyi legendaris Indonesia, masih mengguncang hingga saat ini. Setelah beberapa hari meninggal dunia, muncul nama Ferry Surya Prakasa, kekasih Alda Risma, sebagai tersangka dalam kematian penyanyi ini.
Melalui otopsi yang dilakukan polisi, ditemukan berbagai bukti yang mengarah pada penyebab kematian Alda Risma. Alat suntik, alat kontrasepsi, obat penenang, botol infus, dan beberapa jenis obat-obatan berbentuk kapsul ditemukan dalam tubuh Alda. Hasil autopsi menunjukkan bahwa Alda meninggal akibat keracunan psikotropika, yang membuat tubuhnya mengeluarkan busa dan darah saat dievakuasi.
Penyelidikan lebih lanjut mengungkap bahwa Alda check in di sebuah hotel bersama Ferry pada malam sebelum kematiannya. CCTV hotel merekam kedatangan mereka. Pada tanggal 12 Desember 2006, salah satu petugas hotel diminta untuk mencarikan taksi untuk mengangkut dua tamu yang ternyata adalah Alda Risma, yang saat itu sudah terbujur kaku.
Alda kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), namun sayangnya nyawanya tidak tertolong. Kekasihnya, Ferry, tiba-tiba menghilang. Ahli forensik dari RSCM, Zulhasmar Samsu, mengungkapkan bahwa Alda meninggal karena keracunan psikotropika. Dalam tubuhnya ditemukan sekitar 20 bekas suntikan yang mengandung berbagai jenis obat-obatan, seperti benzodiazepine, propofol, pethidine, morfin, dan pil analgetik. Kombinasi obat-obatan tersebut menyerang sistem syaraf pusat dan saluran pernapasan Alda.
Kronologi kejadian ini mengungkap bahwa pada tanggal 10 Desember, Ferry menjemput Alda di rumahnya di Bekasi. Mereka singgah di toko obat Era Baru di Pasar Pramuka sebelum sampai di hotel. Di toko tersebut, Ferry membeli berbagai macam obat, termasuk obat tidur, obat penenang, infus, vitamin, tisu alkohol, dan alat suntik. Total ada 29 botol obat yang dibeli oleh Ferry. Dia juga meminta penjaga toko untuk mencarikan seorang suster yang bisa membantu memasang infus dan menyuntikkan obat ke dalamnya. Seorang suster kemudian ikut di dalam mobil Ferry.
Setelah check in di hotel, suster tersebut memasukkan cairan obat tidur ke dalam tubuh Alda melalui infus. Hal ini terjadi berulang pada hari berikutnya, ketika Ferry memesan obat-obatan lagi melalui telepon. Dua orang pria kemudian datang membawa pesanan Ferry dan membantu menyuntikkan obat ke dalam tubuh Alda.
Pada hari ketiga, Ferry kembali memesan obat di toko yang sama dan dua karyawan pria yang sama mengantarnya. Ferry menyuntikkan Alda di beberapa bagian tubuhnya, seperti tangan dan kaki. Setelah suntikan terakhir, Alda mencoba bergerak, namun tidak kuat.
Setelah melakukan aksinya, Ferry meminta kedua karyawan toko untuk tidak memberitahukan kepada siapapun tentang apa yang mereka lihat. Sebagai imbalannya, mereka diberikan 100 gram emas senilai Rp15.000.000. Setelah itu, Ferry menghubungi petugas hotel untuk mencarikan taksi untuk mengantar Alda ke rumah sakit. Dia juga menghubungi ibu Alda, Halimah, namun tidak diketahui apakah mereka bertemu atau tidak.
Namun, setelah Alda dirujuk ke RSCM, Ferry malah kembali ke hotel untuk membayar dan kemudian menghilang. Selama persidangan Mei 2007, terungkap bahwa Alda sering kali dipukuli dan menjadi korban amukan Ferry selama sekitar satu tahun. Hal ini terungkap dari pesan singkat yang dikirim Alda kepada ibunya.
Namun, pihak Ferry membantah tuduhan tersebut dengan menunjukkan surat terakhir yang ditulis oleh Alda sebelum meninggal. Surat tersebut berisi pernyataan bahwa Alda tidak pernah disiksa oleh Ferry dan bahwa kepergiannya bersama Ferry bukanlah hasil dari paksaan. Surat tersebut telah ditandatangani oleh Alda dan dua orang saksi yang identitasnya disembunyikan. Ferry juga mengatakan bahwa hubungan Alda dengan ibunya tidak baik sehingga Alda keluar dari rumah selama setahun sebelumnya.
Dalam persidangan, Ferry dijerat dengan pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana dan divonis hukuman 14 tahun penjara. Namun, pada tanggal 25 Januari 2011, Ferry mendapatkan status bebas bersyarat setelah peninjauan kembali kasusnya yang disetujui oleh Mahkamah Agung. Keputusan ini didasarkan pada penilaian terhadap sikap Ferry selama menjalani hukuman penjara.
Kisah tragis Alda Risma yang meregang nyawa di tangan kekasihnya ini menjadi pelajaran bagi kita semua untuk lebih berhati-hati dalam memilih pasangan. Kejadian ini mengingatkan kita akan pentingnya keamanan dan kesehatan mental dalam sebuah hubungan.