Perekonomian warga kelas menengah di Indonesia sedang menghadapi tantangan yang serius. Data terbaru menunjukkan bahwa pada tahun 2024, kondisi ekonomi kelas menengah semakin tertekan akibat inflasi harga pangan yang tinggi.
Kenaikan harga pangan telah membuat penghasilan warga Indonesia habis hanya untuk memenuhi kebutuhan makanan dan minuman. Bahkan sebagian dari mereka terpaksa menggunakan tabungannya demi bertahan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro, data Mandiri Spending Index (MSI) menunjukkan bahwa pengeluaran masyarakat saat ini lebih fokus pada kebutuhan terkait supermarket. "Supermarket ini biasa kami gunakan sebagai proxy untuk belanja makan dan minuman," kata Andry.

Data MSI juga mengungkapkan bahwa pada tahun 2024, porsi pendapatan masyarakat yang digunakan untuk kebutuhan makan dan minum meningkat drastis dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pada Januari 2023, porsi penghasilan yang digunakan untuk membeli kebutuhan primer masih sekitar 13,9%. Namun, pada bulan Mei 2024 ini, angka tersebut melonjak hingga mencapai 26%, atau dua kali lipat lebih tinggi.

Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia semakin banyak mengalokasikan penghasilannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Di sisi lain, harga bahan pokok yang terus naik tidak diiringi dengan peningkatan pendapatan masyarakat.
Kelas menengah dan kelas bawah merupakan kelompok yang paling merasakan tekanan daya beli. Data simpanan masyarakat di bank menunjukkan bahwa tabungan kelompok masyarakat terbawah sempat turun saat harga makanan pokok naik. Namun, angka tersebut kemudian mengalami peningkatan seiring dengan adanya bantuan sosial dari pemerintah.

Sementara itu, untuk kelompok menengah-bawah, indeks belanja mereka stagnan. Mayoritas penghasilan kelompok ini masih tergerus oleh kenaikan harga bahan pangan. Di samping itu, jumlah tabungan mereka juga berkurang karena harus digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Namun, bagi kelompok atas, tabungan mereka justru mengalami kenaikan dengan daya beli yang tetap terjaga. Pendapatan dari investasi di saham maupun obligasi menjadi penyokong utama peningkatan tabungan mereka.

Dalam situasi ekonomi seperti ini, nasib kelas menengah di Indonesia memang suram. Sementara itu, orang kaya semakin kaya dengan adanya peluang investasi yang menguntungkan. Masalah ini perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah agar kesenjangan ekonomi tidak semakin melebar di negara kita.
Selain itu, angka inflasi harga pangan yang tinggi membuat hidup menjadi sulit bagi warga kelas menengah di Indonesia. Data terbaru menunjukkan bahwa pada tahun 2024, kebutuhan makanan dan minuman telah menggerus sebagian besar penghasilan mereka.

Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro, mengatakan bahwa kenaikan harga membuat masyarakat lebih fokus pada belanja supermarket. Data Mandiri Spending Index (MSI) menunjukkan bahwa pengeluaran untuk kebutuhan makan dan minum meningkat pesat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia semakin sulit untuk membeli barang-barang non-primer karena sebagian besar pendapatan mereka sudah terpakai untuk memenuhi kebutuhan pokok. Kelas menengah dan kelas bawah adalah kelompok yang paling merasakan tekanan daya beli.

Sementara itu, orang kaya justru dapat merasakan manfaat dari situasi ini. Investasi di saham maupun obligasi memberikan pendapatan tambahan bagi mereka dan menyebabkan tabungan mereka meningkat.
Dalam kondisi seperti ini, perlu ada langkah-langkah dari pemerintah untuk membantu meringankan beban ekonomi kelas menengah. Bantuan sosial dan kebijakan ekonomi yang tepat dapat membantu mengurangi kesenjangan antar kelompok sosial di Indonesia.