Seorang pria membuat status viral di media sosial, mengungkap kekesalannya terhadap sang istri yang tidak mampu mengelola keuangan dengan baik. Ia telah memberikan uang sebesar Rp350 ribu untuk membeli keperluan selama sebulan, namun uang tersebut sudah habis sebelum waktu yang ditentukan.
Dalam status viral tersebut, pria tersebut menulis, "Dikasih jatah uang belanja 350.000, baru 25 hari udah habis sedangkan itu jatah bulanan, sebagai suami kita heran dong gimana cara nya ko boros gitu, ditanya dikmnain uang malah ngomel, ngamuk2 ngancam mogok masaklah dll, udah boros gampang marah wajarkan klo suami mau cari pengganti atau nikah lagi..."
Terkait dengan status tersebut, terlihat ada sekitar 1,6 ribu yang menyukai status tersebut. Banyak netizen yang memberikan komentar negatif terhadap pendapat suami tersebut, terutama terkait dengan niatannya untuk mencari pengganti karena sang istri tidak mampu mengatur uang bulanan sebesar Rp350 ribu.
Netizen menyoroti pernyataan suami tersebut, dengan mengungkapkan keheranan dan kekaguman atas ketidakmampuan sang istri untuk mengelola uang dengan jumlah tersebut. Beberapa di antaranya mengkritik pernyataan suami yang terkesan tidak adil dan menyarankan agar suami mencari solusi lain daripada mencari pengganti.
"Uang segitu buat makan anak kos yg hidup sendirian aja pas2an, apalagi untuk sekeluarga, blm lagi kebutuhan lain2," tulis akun @kakashisatoru***.
"Kadang heran ada cowo macem ginian. udah miskin betingkah," balas warganet yang lain.
Ada juga yang menyamakan jatah uang tersebut sama seperti uang saku anak SMP. "350k buat 25 hari artinya 14 ribu per hari. Itu sama uang jajan anak smp aja kalah. Lagian kalo gak nafkahin tu ya nyari kerja yang lain bukan nyari pengganti. Gimana sih pola pikirnya," tulis @YunATa***.
Pernyataan-pernyataan dari netizen tersebut menyoroti ketidakadilan dalam sikap suami dan menekankan pentingnya untuk mencari solusi yang lebih baik dalam menghadapi masalah keuangan keluarga.
Semua komentar tersebut menunjukkan bahwa pernyataan suami yang viral tersebut menuai kecaman tajam dari masyarakat. Hal ini juga menunjukkan bahwa masalah keuangan keluarga merupakan topik yang sensitif dan perlu penanganan yang bijaksana.
