Grigori 'Grisha' Perelman, matematikawan Rusia yang misterius, telah mencatatkan namanya dalam sejarah matematika dengan memecahkan Konjektur Poincare yang telah berusia seabad. Perelman memposting solusinya di internet pada tahun 2003, mengejutkan komunitas matematika global.
Lahir di Leningrad (sekarang St. Petersburg) pada 1966, Perelman menunjukkan bakat luar biasa sejak dini. Pada usia 16 tahun, ia memenangkan medali emas di Olimpiade Matematika Internasional 1982 dengan skor sempurna. Setelah menyelesaikan studi di berbagai institusi bergengsi, Perelman menghilang selama beberapa tahun untuk bekerja secara soliter memecahkan Konjektur Poincare.
Keberhasilannya membuahkan penghargaan tertinggi dalam matematika, Medali Fields, pada 2006. Namun, Perelman mengejutkan dunia dengan menolak penghargaan tersebut dan tidak menghadiri upacara penyerahan di Madrid, meninggalkan Raja Juan Carlos menunggu dengan sia-sia.
Prestasi Perelman tidak berhenti pada Medali Fields. Pada 2006, jurnal Science mengakui pembuktiannya atas Konjektur Poincare sebagai "Terobosan Tahun Ini". Selanjutnya, pada 2010, ia ditawari Hadiah Milenium Clay sebesar 1 juta dolar, yang kembali ia tolak dengan alasan kontribusinya tidak lebih besar dari Richard Hamilton.
Dalam salah satu wawancara langkanya, ia menjelaskan, "Alasan utamanya adalah ketidaksepakatan saya dengan komunitas matematika yang terorganisir. Saya tidak menyukai keputusan mereka, menurut saya itu tidak adil."
Setelah membuktikan Konjektur Poincare, Perelman mengundurkan diri dari posisinya di Institut Steklov dan menghilang dari pandangan publik. Ia dikabarkan hidup dari uang yang ia simpan selama bekerja di Amerika. Perelman menolak semua tawaran pekerjaan, undangan untuk memberikan ceramah, dan bahkan keanggotaan di Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia.
Kontroversi muncul ketika matematikawan Harvard, Shing-Tung Yau, mengimplikasikan bahwa dua mahasiswa pascasarjananya telah memecahkan Konjektur Poincare. Namun, klaim ini akhirnya ditarik kembali setelah mendapat kritik keras dari komunitas matematika.
Dalam wawancara langka dengan Sylvia Nasar dan David Gruber, Perelman mengungkapkan kekecewaannya terhadap etika longgar dalam komunitas matematika. Ia menyatakan, "Tentu saja, ada banyak matematikawan yang kurang lebih jujur. Tapi hampir semuanya adalah konformis. Mereka kurang lebih jujur, tapi mereka mentolerir mereka yang tidak jujur."
Meskipun berusaha menghindari publisitas, Perelman tetap menjadi sasaran media dan penggemar yang antusias. Pada 2011, saat ditanya tentang hadiah ulang tahunnya yang ke-45, ia menjawab, "Saya sangat ingin para jurnalis berhenti mengganggu saya."
Bahkan pada ulang tahunnya yang ke-50 pada 2016, ia tetap menolak untuk meninggalkan apartemennya atau menerima ucapan selamat dari pengagumnya.
Mikhail Gromov, salah satu ahli matematika terkemuka Rusia, menegaskan bahwa Perelman bukanlah seorang penyendiri, melainkan seorang individualis.
"Perelman adalah ilmuwan yang memahami ide dan pengaruh orang dengan sangat baik," jelasnya.
Kisah Perelman mengingatkan kita bahwa bagi beberapa jenius, pencapaian ilmiah murni lebih berharga daripada pengakuan atau penghargaan. Sementara dunia terus bertanya-tanya tentang keberadaannya, warisan matematika Perelman tetap abadi.
Victor Bukhshtaber, seorang kolega, menyimpulkan dengan bijak, "Grigory Perelman adalah orang yang tertutup. Kita tidak bisa melihatnya. Dia telah membuktikan dirinya dan telah memasuki sejarah sains. Namun ke depannya, penting untuk membiarkan Perelman menjalani hidupnya."
Baca artikel dan berita menarik dari JalanTikus lainnya di Google News