Tahukah kamu jika NFT membawa dampak bagi lingkungan? Yap, sudah ada beberapa penelitian yang menyebutkan pengaruh negatif NFT pada alam. Namun, apakah 100% benar?
Seperti yang kamu tahu, NFT alias non-fungible token semakin viral dan jadi tren di mana-mana. Pasalnya, NFT dianggap bisa menghasilkan cuan secara instan bagi para penggiatnya.
Akan tetapi, belakangan ini banyak sekali pegiat lingkungan yang menyerukan agar pengelolaan NFT memperhatikan betul soal jejak karbon yang keluar dari proses produksi NFT.
Dikhawatirkan hal tersebut bisa berdampak negatif bagi alam. Nah, apakah benar NFT punya dampak negatif pada lingkungan? Ternyata jawabannya tidak sesederhana itu, loh. Berikut ulasan selengkapnya!
Apa Itu NFT?
NFT atau non-fungible token adalah aset digital yang ditautkan ke sistem besar blockchain. Tak jauh berbeda dengan aset mata uang kripto, hanya saja NFT tidak bisa ditukarkan uang, tapi bisa diperjualbelikan.
NFT pun biasanya berwujud aset game ataupun karya seni seperti NFT Art dan NFT Musik. Semua transaksi NFT dilakukan di platform blockchain menggunakan mata uang kripto.
Hal ini menunjukkan bahwa antara NFT sangat bergantung dengan sistem blockchain yang memiliki cukup banyak lapisan di dalamnya demi menunjang performa jaringan.
Itu sebabnya, NFT kerap jadi sorotan, mengingat cara kerja blockchain sendiri menggunakan daya listrik yang besar, di mana listrik dihasilkan dari energi tak terbaharukan (dan terbaharukan biarpun sedikit).
NFT, Blockchain, dan Daya Listrik
Seperti yang sudah Jaka sampaikan di poin sebelumnya, NFT sangat bergantung dengan blockchain, sementara blockchain hanya bisa berjalan dengan daya listrik yang besar.
Dilansir VICE, seniman NFT Memo Akten mengungkapkan bahwa proses minting NFT berbasis Ethereum saja membutuhkan energi sebesar 142 kWh.
Menurut Dexter Bano Jr., advokat perlindungan lingkungan dan kemajuan teknologi, daya listrik sebesar itu sudah setara dengan 100.000 transaksi Visa, loh.
Nah, pemakaian 1 kWh listrik saja sudah melepaskan 0,38 kilogram karbon dioksida ke udara. Jika dikalikan dengan jumlah energi tiap transaksi NFT, maka CO2 yang dihasilkan dari pembuatan NFT mencapai 54 kg. Banyak sekali!
Yang lebih mengerikan, jumlah ini bahkan 6,16 kali lipat lebih tinggi dari emisi CO2 pembakaran satu galon bensin kendaraan. Itu sebabnya, banyak aktivis lingkungan yang menyerukan transformasi sistem agar bebas emisi karbon.
Apakah NFT 100% Buruk untuk Lingkungan?
Tentu saja pertanyaan di atas tidak sepenuhnya benar. Beruntungnya, para developer dan penambang sudah bekerja keras untuk menemukan metode tepat agar proses minting NFT tidak sampai menghasilkan banyak karbon, khususnya saat membuat NFT sendiri.
Saat ini, kebanyakan minting NFT pada blockchain menggunakan mekanisme konsensus proof-of-work. Sayangnya, sistem ini dinilai menghasilkan jejak karbon lebih banyak karena adanya persaingan antar para penambang demi memperoleh keuntungan besar.
Dengan adanya konsensus proof-of-stake, besaran daya komputer yang keluar bakal lebih sedikit karena transaksinya divalidasi berdasarkan jumlah koin atau stakeholder sebagai pemegang koin.
Dengan demikian, makin sempit lapangan permainan yang tersedia, semakin berkurang pula jaringan yang dipilih. Para penambang tak perlu lagi bersaing untuk memperbesar daya komputasi, seperti yang terjadi dalam mekanisme proof-of-work.
Kenapa NFT Tidak Gunakan Mekanisme Proof-of-Stake Saja?
Faktanya, sudah ada beberapa NFT dalam blockchain yang menggunakan konsensus proof-of-stake. Bahkan, saat ini sebenarnya blockchain sedang beralih menggunakan sistematika baru tersebut.
Sayangnya, sangat sulit bagi blockchain untuk bisa tetap berfungsi selama masa peralihan. Tak hanya itu, sistem baru ini dikhawatirkan akan membawa blockchain ke arah sentralisasi. Padahal blockchain sudah terkenal bersifat desentralisasi.
Selain itu, sistematika proof-of-stake juga belum terbukti seaman mekanisme pendahulunya. Hal tersebut membuat beberapa kreator NFT was-was mengenai keamanan karya mereka di sana.
Untungnya, berbagai macam inovasi terus dilakukan. Yang paling baru, Ethereum dikabarkan sudah mulai bergerak maju ke arah model proof-of-stake. Diklaim, peralihan ini akan mengurangi jejak karbon ke lingkungan hingga 99 persen.
Akhir Kata
Itulah ulasan lengkap tentang dampak NFT pada lingkungan. Semoga berbagai macam inovasi ditemukan demi terciptanya jaringan yang menguntungkan tanpa harus mengorbankan alam.
Baca juga artikel seputar Crypto Blockchain, DApps, NFT, atau artikel menarik lainnya dari Diptya.