Melihat Langsung Alquran Tulisan Tangan Berusia 2 Abad, Bukti Penyebaran Islam Di Lereng Gunung Lawu

Default

Kabupaten Karanganyar memiliki kisah menarik tentang penyebaran agama Islam yang tak terlepas dari peran Syekh Hasan Tafsir. Pria ini berasal dari Jawa Timur dan memiliki peran penting dalam memperluas cakupan agama Islam di lereng Gunung Lawu.

Jejak sejarah Syekh Hasan Tafsir dapat disaksikan di Dusun Sintru, Desa Doplang, Kecamatan Karangpandan. Daerah ini terletak di lereng Gunung Lawu dan menjadi tempat masuknya ajaran Islam di Karanganyar pada awal abad ke-19.

Hingga saat ini, masih ada bukti-bukti yang menunjukkan penyebaran agama Islam di Karangnyar. Salah satunya adalah masjid yang didirikan oleh Syekh Hasan Tafsir dan masih berdiri kokoh di tengah permukiman warga. Selain itu, beberapa bangunan lain juga menjadi saksi sejarah perkembangan Islam di daerah Karanganyar.

Sulaiman Abdul Aziz, keturunan generasi keempat dari Syekh Hasan Tafsir, menceritakan bahwa dahulu masyarakat menggambarkan ajaran Islam sebagai agama pengganti Kejawen yang sebelumnya dianut oleh warga setempat.

Meskipun Sulaiman adalah keturunan Syekh Hasan Tafsir, ia tidak mengetahui dengan pasti kapan leluhurnya tinggal di dusun Sintru. Tidak ada catatan resmi mengenai asal-usul Hasan Tafsir. Ia mendapatkan cerita ini dari orang tuanya yang menyebut bahwa Hasan Tafsir adalah seorang ulama besar dari Timur Tengah yang terdampar di daerah Matesih.

Di zaman dahulu, Matesih adalah sebuah hutan belantara dengan mayoritas penduduknya menganut agama Hindu. Hasan Tafsir, seorang ulama Islam, dengan kesabaran dan upayanya dalam berdakwah, berhasil menyebarkan agama Islam di sana. Salah satu tindakan dakwahnya adalah mendirikan Masjid Nurul Huda di Dusun Sintru.

Tujuan pembangunan masjid adalah untuk mengundang warga sekitar agar mau belajar agama Islam dan melaksanakan ibadah salat lima waktu. Meskipun masjid itu sudah berpindah tempat tiga kali karena pertumbuhan jumlah jamaah yang terus meningkat, namun bentuknya tetap tidak berubah sejak dahulu. Awalnya dibangun dengan dinding bambu, sekarang digantikan dengan semen.

Hasan Tafsir juga mendirikan pesantren di dekat masjid tersebut. Pesantren ini berkembang pesat dan menarik banyak santri dari wilayah Karangpandan dan sekitarnya. Para santri ini kemudian menjadi pemuka agama atau guru ngaji di daerah mereka masing-masing.

Selain masjid dan pesantren, bukti lain dari penyebaran Islam di Matesih adalah beberapa Alquran yang ditulis langsung oleh Hasan Tafsir di kulit hewan. Namun, sayangnya, Alquran kuno ini telah rusak sebagian karena dimakan rayap dan diambil oleh orang-orang.

Selain Alquran, masih ada sejumlah buku yang tersimpan di masjid tersebut, berisi tentang catatan perjalanan Islam, ajaran agama, dan ilmu pengobatan, yang ditulis dengan huruf Arab Jawa. Penyebaran Islam di Matesih terjadi sekitar tahun 1800 hingga 1940, dan dulunya terdapat pondok pesantren di sana.

Namun, setelah meninggalnya Hasan Tafsir dan Imam Mubarok, pondok pesantren itu lenyap dan digantikan oleh permukiman penduduk. Meskipun begitu, buku-buku peninggalan tersebut masih dipelajari oleh sejumlah santri dari sebuah pondok pesantren di Ngawi.

BACA JUGA
  • Daftar Cheat GTA 5 Terlengkap PS3, PS4, PS5, PC, & Xbox 360 Bahasa Indonesia 2024!
  • 28 Aplikasi yang Disalahgunakan untuk Open BO 2024, Ternyata Bukan Hanya MiChat!
  • 9 Cara Membobol WiFi dengan HP Tanpa Root & Laptop, Bisa Akses Internet Gratis!
Tags Terkait: Out Of Tech
Tautan berhasil disalinX
x

Keluar dari JalanTikus

Popup External Background JalanTikus

Apakah anda yakin untuk meninggalkan website JalanTikus?

Ya
Batal