REVIEW: INSIDIOUS Chapter 3 Seramnya PAS!

Default

Entah karena kita sudah terbiasa dengan film-film yang dibintangi Almarhum Suzanna atau cult klasik JELANGKUNG, penonton Indonesia selalu berbondong-bondong ke bioskop untuk menonton film bergenre horror. INSIDIOUS pun tak ayal sukses di layar lebar, tak hanya di Indonesia tapi juga di seluruh dunia. Setelah sukses merilis INSIDIOUS 2 di tahun 2013 lalu, kehadiran INSIDIOUS Chapter 3 pun sangat dinanti-nantikan oleh para penggemar film seram. Menurut saya, INSIDIOUS Chapter 3 seramnya PAS! Tapi, apakah seri terbaru franchise INSIDIOUS ini menawarkan sensasi serupa dengan para pendahulunya?

Fear

Sinopsis

INSIDIOUS 3 bercerita tentang kisah Elise (Lin Shaye) sebelum ia bertemu dengan keluarga Lambert di INSIDIOUS pertama. Medium psikis ahli mengontak roh yang ditinggal mati suaminya ini didatangi oleh seorang remaja bernama Quinn Brenner (Stefanie Scott). Jauh-jauh dari sebrang kota, Quinn memohon Elise untuk menghubungkan dirinya dengan almarhum ibunya Lilith Brenner (Ele Keats). Selain kangen pada sang bunda, Quinn juga merasakan ada hal-hal aneh terjadi di rumahnya dan ingin memastikan apakah itu pertanda dari sang ibu.

Elise pada awalnya menolak membantu Quinn, mengingat dirinya memiliki masalah tersendiri yang membuat nyawanya terancam setiap kali melakukan kontak dengan dunia arwah. Namun karena simpati, wanita paruh baya tersebut akhirnya melakukan s ance dan mencoba untuk menghubungi Lilith. Sayangnya, alih-alih ibunda Quinn yang menjawab, ada arwah penasaran lain yang mengungkapkan dirinya. Arwah ini tidak hanya jahat, tapi berniat untuk menarik Quinn ke dunia kegelapan untuk menemani dirinya.

Seance

Kini tak hanya Quinn yang terus menerus diganggu arwah penasaran, Elise pun diburu oleh setan musuh bebuyutan yang mengancam nyawanya.

Personal Notes

Meski memiliki plot cerita yang kurang lebih mirip dengan THE CONJURING, INSIDIOUS 3 menawarkan nuansa yang berbeda dari kedua pendahulunya. Belum lagi para karakternya yang sungguh sangat likeable dan meyakinkan. Stefanie Scott yang memerankan Quinn, misalnya... Dia bukan tipikal karakter utama yang menghabiskan sepanjang film berteriak ketakutan. Alih-alih jerat-jerit nggak jelas, ketakutan Quinn bisa kamu lihat dan rasakan dari pancaran mata dan mimik mukanya.

Lin Shaye yang berperan sebagai Elise juga menarik perhatian. Kita sebagai penonton bisa merasakan kegalauan dan ketakutan yang menyelimuti dirinya, namun di satu sisi keberaniannya dia juga muncul disaat-saat yang tepat dan kita sebagai penonton bisa dengan sukarela mendukung agar dirinya menang melawan para roh jahat tersebut.

Namun yang paling menarik menurut saya adalah penggambaran dan set-up horror-nya yang kali ini benar-benar terasa mencekam. Efek seram, make-up dan CGI yang digunakan terasa lebih realistis dan gritty! Really loved it so much. Apalagi ketika di akhir-akhir film sang Penulis dan Sutradara Leigh Whannell menyelipkan beberapa adegan komedi, sungguh saya sangat bersyukur bisa sedikit bernafas dari kejaran-kejaran reaksi seram dan kaget-kagetan di sepanjang film sejak dimulai.

Lucu

Satu hal yang mungkin bisa dibilang sebagai kelemahan dari film ini adalah bahwa adegan-adegan menyeramkan yang ditawarkan terasa repetitif. Meski demikian, sebagian besar fans film horror tidak akan terlalu mempermasalahkan hal ini. Build-up tensi dari satu kejutan ke kejutan lain di sepanjang film masih terasa cukup solid dan bahkan di satu adegan, terasa too close to home and scared the shiz out of me!

ARTIKEL MENARIK LAINNYA

Tautan berhasil disalinX
x

Keluar dari JalanTikus

Popup External Background JalanTikus

Apakah anda yakin untuk meninggalkan website JalanTikus?

Ya
Batal