Kepala BKKBN Sebut Masyarakat Indonesia Miskin Tapi Bahagia dan Masih Bisa Bersyukur: Itu Kenyataan

Ditulis oleh Ayu Kusumaning Dewi - Monday, 05 August 2024, 14:00
Ya gimana ya, walaupun kelihatannya masih bisa senyum dan ketawa, sebenernya mah bingung juga besok makan apa 🥲

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan temuan menarik terkait kondisi sosial-ekonomi masyarakat Indonesia. Berdasarkan Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga), terungkap bahwa skor kemandirian rakyat Indonesia, terutama dalam aspek ekonomi, masih tergolong rendah. Namun, di sisi lain, skor kebahagiaan justru menunjukkan angka yang cukup tinggi.

Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, menyoroti fenomena ini dengan menyatakan, "Kita ini kemandiriannya lemah, tetapi kebahagiaannya tinggi. Kita ini miskin tetapi bahagia, dan itu kenyataan, masih bisa bersyukur, meskipun masih miskin tetapi tidak sedih."

Data iBangga menunjukkan skor indeks kebahagiaan mencapai 72, sementara skor kemandirian hanya berada di angka 51. Skor ketenteraman juga relatif rendah, yaitu sekitar 56-57. Hasto menjelaskan bahwa nilai maksimal untuk setiap indeks adalah 100, dan peningkatannya terjadi secara bertahap.

Rendahnya skor kemandirian erat kaitannya dengan kondisi perekonomian masyarakat Indonesia yang masih didominasi oleh kelompok menengah ke bawah. Indeks ini diukur berdasarkan kemampuan mencukupi biaya pendidikan, pangan, dan kebutuhan hidup lainnya.

Menariknya, indeks kebahagiaan yang tinggi disebabkan oleh kuatnya budaya gotong royong dan interaksi sosial dalam masyarakat Indonesia.

Hasto menggambarkan, "Kalau di kampung itu kan ada gardu untuk ronda ramai-ramai, ketawa-ketawa padahal utangnya banyak, akhirnya terbiasa, jadi indeks kebahagiaannya tinggi."

Perlu dicatat bahwa metode penghitungan Indeks Kebahagiaan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengalami perubahan sejak tahun 2017. Saat ini, indeks tersebut diukur menggunakan tiga dimensi: kepuasan hidup, perasaan, dan makna hidup. Metode ini berbeda dengan pengukuran sebelumnya yang hanya menggunakan satu dimensi, yaitu kepuasan hidup.

Data BPS tahun 2021 menunjukkan bahwa Maluku Utara menjadi provinsi dengan indeks kebahagiaan tertinggi di Indonesia, mencapai angka 76,34.

ADVERTISEMENT

Fenomena ini menggambarkan kompleksitas kondisi sosial-ekonomi masyarakat Indonesia. Di satu sisi, masih banyak pekerjaan rumah dalam meningkatkan kemandirian ekonomi. Namun di sisi lain, kekayaan budaya dan nilai-nilai sosial yang dimiliki bangsa Indonesia menjadi modal berharga dalam mempertahankan tingkat kebahagiaan masyarakat.

Temuan ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pembuat kebijakan untuk merancang program pembangunan yang tidak hanya berfokus pada aspek ekonomi, tetapi juga mempertahankan nilai-nilai sosial dan budaya yang menjadi sumber kebahagiaan masyarakat Indonesia.

Kembali Keatas