Dalam kehidupan Arda Naff, ada satu momen yang membuatnya merasa terpuruk dan melarat. Suami dari Tantri Kotak ini pernah dihina karena dinilai tidak berpendidikan. Namun, kisah hidupnya berhasil bertransformasi menjadi sebuah inspirasi yang menyentuh hati banyak orang melalui buku yang baru-baru ini ia rilis.
Musisi Kenamaan dengan Kisah Cinta yang Menyentuh
Arda Naff dikenal sebagai salah satu musisi kenamaan di Tanah Air. Sebagai vokalis band Naff, ia telah menghasilkan banyak lagu hits dan memikat hati penggemar musik Indonesia. Namun, dibalik kesuksesannya sebagai musisi, Arda juga memiliki cerita pribadi yang menggugah perasaan.
Arda Naff menulis buku berjudul 'Pelabuhan Terakhir', yang berisi kisah perjalanan cintanya bersama Tantri Kotak. Buku ini tidak hanya menceritakan kisah asmara mereka, tetapi juga mengungkapkan konflik batin yang dialami oleh Arda selama ini.
Momen Terpuruk dan Melarat dalam Hidup Arda Naff
Dalam salah satu bab bukunya, Arda mengungkapkan momen tersulit dalam hidupnya ketika dirinya merasa menjadi orang paling melarat. Pada suatu waktu, ia pernah dihina karena dinilai tidak berpendidikan oleh seseorang.
"Dulu pernah dihina begini 'Mas kamu gak pantes deket anak saya karena kamu gak berpendidikan'. Sigap saya starter motor pulang nangis di jalan wajahku ketutup helm. Kala itu saya merasa orang paling melarat," tulis Arda Naff di Instagram.
Perasaan tersebut begitu mendalam hingga membuatnya menangis saat pulang ke rumah. Namun, sang bapak memberikan semangat dan nasihat yang mengena di hati Arda Naff.
Pembelajaran Berharga dari Sang Bapak
Saat Arda Naff bercerita kepada sang bapak tentang pengalaman dan perasaannya, sang bapak justru meminta maaf dan memberikan nasihat yang bijaksana.
"Maafin bapak ya le tapi bapak berusaha memaksimalkan buat masa depanmu. Nah kalau suruh milih kamu milih gelar atau ilmu?" tanya sang bapak kepada Arda.
"Ilmu pak," jawab Arda.
Bapak Arda Naff menyadarkan bahwa banyak orang terlalu terpaku pada gelar formal, namun mengabaikan isi sebenarnya dari ilmu yang dimiliki.
Sang bapak mengatakan bahwa semua orang bisa menjadi guru dalam kehidupan ini, bahkan dari orang-orang yang tidak baik sekalipun. Dan ia menekankan pentingnya hati yang tinggi dalam mengalirkan ilmu kepada orang lain.
Transformasi dan Pesan Inspiratif
Arda Naff kemudian mengadukan dirinya kepada sang bapak yang merasa paling melarat. Namun sekali lagi, sang bapak memberikan jawaban bijak yang membuatnya tersadar.
"Kata siapa kowe melarat? Kamu punya mulut kan? Rajin kasih pujian dan selalu senyum ke orang. Kamu punya tangan kan? Berarti masih bisa memberikan pertolongan kepada orang. Kamu punya telinga kan? Bisa menjadi pendengar yang baik dan melegakan orang," tulis Arda menirukan ucapan sang bapak.
Arda mengungkapkan bahwa ia tidak menuliskan pengalaman ini sebagai bentuk pembuktian atau balas dendam, tetapi sebagai teman untuk membesarkan hati mereka yang merasa kecil ketika menghadapi situasi serupa. Ia juga mengingatkan bahwa rasa sakit adalah waktu yang paling tepat untuk berdoa dengan baik.