Panduan Memahami Web3 vs Web 3.0, Sering Dikira Sama Padahal Berbeda

Ditulis oleh Athika Rahma - Thursday, 06 October 2022, 20:00
Banyak yang salah kaprah antara Web3 vs Web 3.0. Sebenarnya, dua konsep ini punya arti berbeda, loh. Temukan penjelasan lengkapnya di sini.

Fenomena Web3 banyak diperbincangkan beberapa waktu belakangan. Dalam sejumlah informasi yang beredar di internet, konsep ini disamakan dengan Web 3.0 yang juga sedang ngetren. Nyatanya, Web3 vs Web 3.0 cukup berbeda, loh.

Seiring dengan berjalannya waktu, internet terus mengalami perkembangan. Tujuan utamanya tentu untuk memudahkan setiap orang mengakses apa yang mereka butuhkan dari platform ini.

Hadirnya Web3 dan Web 3.0 memiliki tujuan yang sama. Apalagi, penggunaan internet saat ini mengalami ledakan, khususnya setelah pandemi Covid-19 melanda.

Sebenarnya, apa itu Web3 dan Web 3.0? Mengapa dua konsep ini jadi buah bibir masyarakat? Apa perannya untuk internet masa depan? Jaka akan menjelaskannya secara rinci untuk membuatmu lebih paham. Baca artikel ini hingga tuntas, ya.

Evolusi Perkembangan Internet

Sumber foto: Evolusi Perkembangan Internet

Sebelum jauh membahas Web3 VS Web 3.0, kita akan belajar sedikit sejarah perkembangan internet dulu, ya. Generasi web pertama dikembangkan oleh Tim Berners-Lee pada tahun 1989. Web pertama ini sering disebut sebagai Web 1.0.

Awalnya, internet masih membahas konektivitas dasar, berisi hubungan satu alamat web dengan alamat web lain, serta desain web sederhana.

Kala itu, browser pertama yang muncul bernama NCSA Mosaic, yang dirilis tahun 1993. Browser ini dibuat oleh Marc Andreessen. Perusahannya, Netscape, menjadi yang pertama kali menggunakan jaringan internet.

ADVERTISEMENT

Karena jadi pioneer, Web 1.0 bisa dibilang sebagai "jalan raya informasi" atau information superhighway. Internet pertama ini jendela bagi orang-orang untuk menemukan informasi dan mengolahnya jadi alat penggali informasi lagi yang lebih dalam dan lebih kompleks.

Generasi pertama web ini masih sangat statis dan kontennya terbatas hanya berupa tulisan, tidak ada konten audio atau video. Nah, semuanya baru dikembangkan di generasi kedua internet, Web 2.0.

Web 2.0 membawa perubahan besar terhadap perkembangan internet. Di era ini, informasi dalam web ditampilkan dalam bentuk audiovisual.

Komunikasi yang semula satu arah menjadi dua arah. Website kini mampu memproduksi user-generated content yang lebih tepat guna, dan membuat pengguna bisa berpartisipasi di dalamnya.

Blog dan jejaring sosial menjadi sangat populer. MySpace, Friendster, Blogspot, bahkan Facebook lahir di era ini. Selain itu, pada Web 2.0, mulai bermunculan inovasi seperti layanan toko online alias e-commerce, pengurusan sistem administrasi berbasis web, bahkan edukasi online.

Mengenal Web 3.0, Generasi Ketiga Internet

Sumber foto: Mengenal Web 3.0, Generasi Ketiga Internet

Menyambung evolusi internet tadi, dikenalkanlah Web 3.0 sebagai generasi ketiga dari perkembangan internet. Web 3.0 dicetuskan oleh pendiri World Wide Web (WWW) sendiri, yaitu Tim Berners-Lee.

Konsep web semantik jadi kata kunci dalam pengembangan generasi ketiga internet ini. Web semantik disebut bikin web lebih mudah dibaca oleh mesin (machine-readable) dan memudahkan pengguna mencari informasi yang mereka butuhkan.

Data pengguna akan disimpan dalam satu Solid pod. Kita, sebagai pengguna, akan memiliki kendali penuh siapa saja dan aplikasi apa saja yang bisa mengakses data kita dari Solid pod.

Dengan begini, pengguna nggak perlu repot mengisi data secara berulang kali untuk tujuan tertentu, baik itu mengisi formulir, menginstal aplikasi, dan lainnya.

Semua datanya ada di Solid pod, kita tinggal tentukan mau dipakai untuk apa. Di sisi lain, pengguna tidak perlu khawatir karena data mereka tersimpan di tempat yang aman.

Apa itu Web3? Apa Fungsinya?

Sumber foto: Apa itu Web3? Apa Fungsinya?

Nah, sekarang kita bahas Web3, konsep teknologi yang sering dikira "kembaran" Web 3.0. Web3 crypto merupakan platform internet yang mengusung teknologi blockchain, mata uang kripto, dan NFT untuk membuat pengguna lebih mudah mengendalikan kepemilikan aset mereka.

Banyak diantara kita yang masih bermasalah menyimpan aset dan menandai bahwa aset tersebut benar-benar milik kita. Dengan Web3, pengguna diharapkan bisa mengamankan aset mereka, baik itu aset fisik maupun digital.

Model server Web3 terdesentralisasi dengan menggunakan protokol berbasis blockchain. Web3 didesain untuk "melawan" sistem kepemilikan data di Web 2.0 yang masih dikuasai oleh perusahaan besar seperti Google dan Amazon.

Banyak yang mengatakan, raksasa teknologi terutama di bidang media sosial dan e-commerce "mencuri" data pengguna. Banyak data pribadi yang tidak dibagikan namun bisa diketahui oleh mereka. Nah, Web3 ingin agar hal ini tidak terjadi lagi.

Oh ya, sistem ini dicetuskan oleh Gavin Wood pada tahun 2014. Dia adalah salah satu pendiri Ethereum, mata uang kripto yang sama populernya dengan Bitcoin.

Nantinya, pengguna akan diarahkan menyimpan data mereka di dompet mata uang kripto seperti TrustWallet, Venly, atau MetMask.

Data ini bisa diintegrasikan dengan aplikasi berbasis blockchain lain, tentunya dengan izin dan kendali dari pengguna itu sendiri.

Untuk urusan transaksi, Web3 menggunakan token seperti ETH (Ethereum) untuk transfer uang secara langsung dari browser. Pengguna tidak perlu menggunakan insfrastruktur pembayaran lain.

Perbedaan Web3 vs Web 3.0

Sumber foto: Perbedaan Web3 vs Web 3.0

Saatnya kita mengulas perbedaan Web3 vs Web 3.0. Sebenarnya, dua konsep ini punya tujuan yang sama, yaitu menjadikan internet tempat yang aman bagi semua orang. Namun, ada beberapa perbedaan yang perlu digarisbawahi.

Web 3.0 adalah tahapan perkembangan dari web generasi pertama. Web 3.0 merupakan bagian evolusi konsep web yang dikembangkan Tim Berners-Lee. Ibaratnya, Web 3.0 ini versi upgrade Web 2.0.

Sementara, Web3 crypto dapat dikatakan sebagai alternatif dari internet yang selama ini kita kenal dan gunakan. Dari model server, sistem keamanan data, sistem transaksi, dan aspek lainnya, Web3 memang sangat berbeda dari Web 3.0.

Bisa kita bilang, Web3 ini saingannya Web 3.0. Para pengembang dua konsep ini berlomba menyediakan platform internet yang paling menguntungkan untuk masyarakat di seluruh dunia.

Biar lebih jelas, Jaka akan merinci perbedaan Web3 vs Web 3.0 di tabel berikut.

Parameter Web3 Web 3.0
Model distribusi Terdesentralisasi, peer-to-peer client/server
Protokol lanjutan Berbasis blockchain http/https
Hubungan dengan WWW Alternatif WWW Generasi ketiga WWW
Fitur utama Mengeliminasi pihak ketiga untuk mempermudah transaksi Melanjutkan evolusi Web

Persamaan Web3 vs Web 3.0

Sumber foto: Persamaan Web3 vs Web 3.0

Meskipun cukup berbeda dari sisi konsep dan pendekatan, namun Web3 dan Web 3.0 memiliki persamaan besar dalam tujuannya, yaitu membuat versi internet yang lebih baik dan lebih aman terutama soal privasi data pengguna.

Seperti yang Jaka sebutkan sebelumnya, status keamanan data pengguna internet masih sangat rancu. Di satu sisi, pemerintah dan pemangku kepentingan lain sudah memberi payung hukum untuk keamanan data ini.

Namun di sisi lain, penerapan hukum tersebut tidak berjalan dengan baik. Nyatanya, banyak data pengguna yang bocor dan dimanfaatkan oleh oknum perusahaan teknologi. Imbasnya, tentu saja bisa merugikan pengguna.

Jadi diharapkan, pengembangan dua konsep web ini bisa memperketat privasi dan kepemilikan data atau aset seseorang.

Akhir Kata

Itulah penjelasan Jaka mengenai Web3 vs Web 3.0 mulai dari definisi, fungsi, hingga perbedaan dan persamaannya. Walaupun dua proyek ini berbeda, tujuannya sama-sama membuat internet lebih baik.

Web 3.0 merupakan pengembangan lanjutan dari web yang saat ini kita gunakan. Sedangkan Web3 adalah alternatif dari web yang sudah ada, yang menawarkan teknologi baru yaitu berbasis blockchain.

Semoga perkembangan teknologi ini bisa berjalan lancar untuk kepentingan bersama, ya!

Baca juga artikel Tips dan artikel menarik lainnya dari Athika Rahma

Kembali Keatas