Benarkah Film Contagion Ramalkan Virus Corona? Ini Faktanya!

Ditulis oleh Ayu Pratiwi - Monday, 30 March 2020, 15:00
Baru-baru saja, jagad maya digemparkan dengan teori konspirasi. Konon, film Contagion (2011) sudah "meramalkan" peristiwa pandemi virus Corona. Benarkah demikian? Temukan faktanya di sini!

Saat ini, dunia sedang berjuang memerangi pandemi virus Corona (Covid-19) yang semakin menyebar dan memakan korban jiwa.

Beragam cara dilakukan agar virus ini tidak makin menyebar, mulai dari penerapan kebijakan lockdown, physical distancing, hingga pembuatan vaksin yang masih berlangsung hingga kini.

Di tengah-tengah itu, serangkaian teori konspirasi mulai bermunculan sambil mempertanyakan asal usul sesungguhnya virus mematikan ini.

Salah satunya yang paling booming adalah teori bahwa kasus Covid-19 ini sudah diramalkan jauh sebelumnya lewat sebuah film Amerika bernama "Contagion". Benarkah demikian?

Fakta Film Contagion Sudah "Ramalkan" Virus Corona

Baru-baru ini, film Contagion (2011) garapan sutradara Steven Sodenbergh ramai diperbincangkan banyak orang.

Film bergenre science-fiction disebut sudah meramal peristiwa pandemi virus Covid-19, di mana dalam film tergambar dalam virus MEV-1.

Mulai dari kesamaan daerah Tiongkok sebagai lokasi awal penyebaran virus hingga tingkat penyebaran yang masif dengan korban jiwa hingga ratusan ribu, semua sangatlah mirip.

ADVERTISEMENT

Namun apakah semua itu benar? Daripada penasaran, simak penelusuran Jaka berikut ini!

1. Terinspirasi dari Pandemi Masa Lalu

Dalam sebuah wawancara, sang sutradara menerangkan bahwa film yang ia garap ini terinspirasi dari penyebaran dua wabah besar yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya.

Dua wabah ini adalah SARS (Severe Acute Respiratory Syndrom) dan MERS (Middle East Respiratory Syndrom). Kedua wabah yang berasal dari gen virus Corona itu sebelumnya telah menginfeksi dan membunuh ribuan korban jiwa.

Dalam film, virus mematikan tersebut diberi nama Meningoencephalitis Virus One (MEV-1). Nantinya, para penderita bakal mengalami gejala kombinasi peradangan otak dan gangguan pernafasan akut.

Nah, sementara dalam kasus virus Corona, orang yang positif terjangkit akan sangat bergantung pada sistem imunnya. Jika kuat, ia takkan mengalami gejala apapun. Sebaliknya jika lemah, sistem pernapasannya bakal terserang.

2. Sama-Sama Bermula dari Tiongkok dan Hewan yang Sama

Nah, ada kemiripan dalam 2 kisah ini. Dalam film Contagion, virus MEV-1 berawal dari hewan, atau yang dalam istilah medis disebut sebagai penyakit zoonosis.

Penyakit ini berasal hewan, sebelum akhirnya nanti bermutasi dan menularkan ke manusia. Dalam film Contagion, virus menyebar dari kelelawar ke babi yang dijual di pasar.

Babi nantinya bakal dimakan dan masuk ke dalam tubuh Beth Emhoff. Beth nanti bakal dinyatakan oleh pemerintah Tiongkok sebagai "Pasien Nol" dari pandemik MEV-1.

Dalam kasus virus Corona, kelelawar yang dijual di pasar Tiongkok dianggap sebagai asal muasal virus tersebut. Sayang, para ilmuan belum dapat menentukan hewan jenis apa yang bertindak sebagai perantara virus ke manusia.

3. Kemampuan Penyebaran dan Durasi yang Berbeda

Baik dalam kasus film Contagion ataupun virus Corona, virus menyebar dalam waktu singkat dan menginfeksi ratusan ribu orang secara masif.

Bedanya terletak pada cara keduanya menginfeksi. Dalam film Contagion, virus MEV-1 menyebar antar manusia hanya dari sentuhan fisik saja tanpa diawali gejala apapun.

Sementara, virus Corona menyebar lewat droplet atau cairan tubuh yang keluar dari tubuh manusia saat sedang batuk ataupun bersin. Selain itu, virus ini juga mampu bertahan hidup dan menyebar lewat udara.

Itu sebabnya kamu tidak diperbolehkan untuk menyentuh wajah, khususnya hidung dan mulut, serta diharuskan menggunakan masker saat berada di luar ruangan.

4. Perbedaan Usia yang Terserang

Di dalam film Contagion, virus MEV-1 menyerang siapa saja tanpa mengenal usia ataupun jenis kelamin. Mereka yang terinfeksi bakal langsung mengalami gejala akut seperti radang otak dan infeksi saluran pernapasan.

Tak hanya itu, mereka bakal langsung mengalami kejang-kejang sebelum akhirnya meninggal dalam kondisi mengenaskan, geng.

Lain halnya dengan virus Corona. Sebagian besar yang terinfeksi virus ini berusia lebih dari 60 tahun. Itupun sebanyak 75 persen di antaranya sudah memiliki masalah medis sebelumnya yang kompleks.

Artinya, virus Corona "tidak seganas" virus MEV-1, di mana virus Corona sendiri bakal lebih berpotensi menjangkiti mereka yang sudah berusia lanjut, memiliki sistem imun rendah, dan sudah menderita komplikasi penyakit.

5. Fenomena Panic Buying

Nah, satu hal yang sama dari kedua kasus tersebut adalah adanya fenomena panic buying alias perilaku membeli barang secara berlebihan akibat pandemi.

Dalam film Contagion ditampilkan dengan jelas kepanikan publik terhadap virus yang menyebar. Hal itu menyebabkan masyarakat menyerbu semua toko dan supermarket yang ada.

Barang-barang pokok habis hingga menimbulkan chaos dan kekurangan stok juga dirasakan saat ini di Indonesia. Banyaknya warga panik hingga memborong segala bentuk persediaan makanan, alat pembersih, hingga masker.

Tak heran peristiwa ini membuat semua harga barang dan makanan melonjak tajam. Di Indonesia sendiri, harga masker yang awalnya hanya Rp25 Ribu per boks, kini menjadi Rp500 Ribu hingga jutaan Rupiah!

6. Peluang Sembuh yang Berbeda

Ada perbedaan mendasar antara film Contagion dan kasus pandemi virus Corona. Dalam film tersebut, nggak ada pasien bisa pulih sepenuhnya pasca terinfeksi virus MEV-1.

Belum lagi jika virus sudah bermutasi dan semakin memakan lebih banyak korban jiwa beserta seluruh penyakit yang ditimbulkan.

Sementara untuk virus Corona, menurut situs ECDC, dari 425.059 kasus yang tersebar di seluruh dunia, sebanyak 109.225 pasien sudah sembuh sepenuhnya dari virus ini, dengan total korban meninggal sebanyak 18.944 jiwa.

Hanya saja, setelah sembuh, pasien yang mengidap virus Corona akan mengalami penurunan kualitas pernapasan. Hal ini disebabkan virus tersebut sudah merusak jaringan paru-paru penderitanya secara permanen, geng.

7. Penemuan Vaksin yang Tidak Sesuai Kenyataan

Nah, perbedaan yang paling nggak masuk akal dari kedua kasus ini adalah lamanya durasi penemuan vaksin. Dalam film Contagion, para peneliti mampu menghasilkan dan mendistribusikan vaksin hanya dalam waktu 90 hari.

Tentu saja, hal tersebut sangat mustahil dilakukan di dunia nyata, geng. Pasanya, untuk menciptakan sebuah vaksin membutuhkan riset mendalam plus waktu yang lama.

Sampai saat ini saja, berbagai macam instansi dan badan kesehatan internasional masih menjalankan serangkaian uji coba dan riset untuk membuat vaksin virus Corona.

Dengan seluruh proses yang dilakukan, para ilmuan memperkirakan vaksin baru benar-benar bisa diproduksi dan dibagikan kepada publik setahun mendatang. Lama sekali, bukan?

Akhir Kata

Dari sini bisa disimpulkan bahwa teori film Contagion yang mampu "meramalkan" terjadinya pandemi virus Corona nggak sepenuhnya benar, geng.

Meskipun begitu, kamu harus tetap menjaga kebersihan dan keamanan diri ya, geng. Daripada keluar rumah, mending baca juga artikel menarik lainnya di Jalantikus. Oke?

Sampai jumpa di artikel Jaka selanjutnya!

Baca juga artikel seputar Film atau artikel menarik lainnya dari Diptya.

ARTIKEL TERKAIT
Kembali Keatas