Menguak Ritual Pedih Pengikatan Kaki Tiongkok Kuno, Dari Simbol Kecantikan Hingga Status Sosial

Ditulis oleh Jaka Gledek - Tuesday, 09 January 2024, 18:16
Pengikatan kaki dalam sejarah Tiongkok: praktik kejam yang mengejutkan. Simbol status sosial pada masa Dinasti Song. Mitos dan cerita rakyat terkait pengikatan kaki.

Kamu pasti tidak akan percaya dengan praktik kejam yang lazim di sejarah Tiongkok kuno ini. Pengikatan kaki adalah praktik yang terjadi pada masa Dinasti Song, abad ke-10 hingga ke-13.

Baca juga: 7+ Aplikasi Live Hot Bebas Terbaik Anti-Banned 2024, Bocil Dilarang Masuk!

Gadis-gadis muda di Tiongkok mengalami prosedur menyakitkan dan melemahkan yang disebut pengikatan kaki. Kain erat melilit kaki mereka, jari-jari ditekuk di bawah telapak, hingga menciptakan lengkungan tinggi yang berlebihan.

Ukuran kaki yang dianggap ideal untuk wanita dewasa adalah sekitar tiga hingga empat inci saja. Kaki kecil seperti itu yang sering disebut sebagai "kaki teratai" dan menjadi standar kecantikan pada masa itu.

Baca juga: Cara dan Syarat Mengajukan Pinjaman BCA Online, Langsung Cair Tanpa Perlu ke Bank!

Tren memiliki kaki kecil ini awalnya muncul dari kalangan elit masyarakat Tiongkok zaman dahulu, namun kemudian menyebar ke seluruh lapisan masyarakat kecuali bagi keluarga yang sangat miskin.

Ternyata, memiliki anak perempuan dengan "kaki teratai" menjadi simbol status sosial. Keluarga cukup kaya sehingga tidak perlu bekerja di ladang dan anak perempuannya dapat menarik suami-suami kaya.

Baca juga: Anti Gagal, Begini Trik Agar Pinjaman Online di-Acc dan Cepat Cair

ADVERTISEMENT

Pengikatan kaki juga memiliki asal-usul mistis dari dinasti paling awal yang terdokumentasi, yakni Dinasti Shang (1600 SM 1046 SM). Dalam satu versi, praktik ini berasal dari Raja Zhou dari Dinasti Shang yang memiliki selir kesayangan bernama Daji dengan "kaki pengkor".

Menurut cerita legenda, Daji, yang kejam, memerintahkan dayang-dayang istana untuk mengikat kaki putrinya agar terlihat mungil dan indah seperti miliknya. Setelah itu, Daji dieksekusi dan Dinasti Shang runtuh, mengakhiri praktik ini setelah 3.000 tahun.

Baca juga: Rekomendasi Pinjol Pasti Cair Tanpa BI Checking, Riwayat Kredit Buruk Nggak Jadi Masalah!

Sebuah cerita yang lebih masuk akal mengatakan bahwa Kaisar Li Yu dari Dinasti Tang Selatan pada abad ke-10 memiliki seorang selir bernama Yao Niang yang menari dengan "tarian teratai". Yao Niang mengikat kakinya dalam bentuk bulan sabit sebelum menari, menginspirasi banyak wanita kelas atas untuk menirunya. Akhirnya, anak perempuan yang lebih muda memiliki kakinya diikat menjadi bulan sabit secara permanen.

Praktik mengikat kaki terbatas pada kelas kaya dan bangsawan, menyebabkan anak perempuan mereka harus melepaskan pekerjaan untuk menjalani proses menyakitkan ini. Meskipun dianggap menarik dalam masyarakat Tiongkok, praktik ini memiliki dampak negatif yang signifikan pada kesehatan dan mobilitas perempuan, membatasi kesempatan sosial dan ekonomi mereka.

Baca juga: Cara Bobol WiFi IndiHome Terbaru 2023, Ketahui Password dengan Cepat!

Meskipun merugikan secara fisik bagi perempuan, mengikat kaki tetap ada selama berabad-abad sebagai simbol feminitas dan kehalusan. Ini juga menjadi cara bagi keluarga untuk menunjukkan kekayaan dan status sosial mereka.

Pada masa Dinasti Song, praktik ini menjadi umum di seluruh Tiongkok. Wanita etnis Han Tiongkok dari berbagai lapisan masyarakat diharapkan memiliki kaki terikat, dan sepatu indah untuk kaki terikat menjadi populer.

Ketika Dinasti Yuan menggulingkan Dinasti Song, mereka mengadopsi banyak tradisi Tiongkok, tetapi tidak termasuk mengikat kaki. Wanita Mongol, yang memiliki peran politik yang lebih besar, tidak tertarik dengan standar kecantikan Tiongkok, menjadikan kaki mereka sebagai identitas etnis.

Baca juga: 15+ Situs Download Game PC Terbaik & Terlengkap 2023, Gratis!

Ketika etnis Manchu mendirikan Dinasti Qing, mereka secara hukum melarang perempuan mereka mengikat kaki, tetapi tradisi ini masih kuat di kalangan etnis Han.

Pada awal abad ke-20, pengikatan kaki mulai menurun seiring dengan modernisasi Tiongkok, dan praktek ini secara resmi dilarang pada tahun 1912. Meskipun demikian, praktek ini bertahan di beberapa daerah pedesaan selama beberapa dekade, dan saat ini dianggap sebagai bagian dari masa lalu yang banyak merugikan perempuan Tiongkok.

Bacaan menarik lainnya:

Baca artikel dan berita menarik dari JalanTikus lainnya di Google News

Kembali Keatas