Masyarakat Indonesia terkenal dengan cerita-cerita hantu Nusantara seperti pocong, kuntilanak, dan tuyul. Salah satu hantu yang paling terkenal adalah kuntilanak atau yang juga dikenal sebagai Pontianak. Biasanya kuntilanak digambarkan sebagai sosok perempuan berbaju putih, berambut panjang, dan sering tertawa nyaring. Mayoritas orang yang pernah melihatnya pasti akan merasa ketakutan.
Namun, bagaimana jika orang Belanda bertemu dengan kuntilanak? Apakah mereka akan memberikan respons yang sama ataukah sebaliknya?
Salah satu pertemuan antara orang Belanda dan kuntilanak diceritakan oleh Augusta de Wit, seorang perempuan Belanda. Pada tahun 1894, dia mengunjungi Jawa dan secara langsung bertemu dengan kuntilanak. Pengalamannya ini kemudian ditulis dalam buku "Java, Fact and Fancies".
Pertama kali melihat kuntilanak, Augusta de Wit melihat sosoknya sedang duduk di atas dahan pohon sambil tertawa nyaring. Suara nyaring tersebut sangat memecah keheningan. Ketika melihat wajahnya, de Wit mengatakan bahwa kuntilanak tersebut sangat cantik.
Menurut de Wit, kuntilanak tidak hanya berdiam diri sambil tertawa saja, tetapi mereka juga memangsa para pria. Hal ini dilakukan oleh kuntilanak sebagai cara untuk merasakan cinta yang selama ini terpendam. Menurut de Wit, kuntilanak berasal dari jiwa perawan yang tidak pernah dicium oleh kekasihnya.
Cara kuntilanak memangsa pria adalah melalui nyanyian. Saat berada di atas dahan pohon, kuntilanak sering bernyanyi dengan lembut sambil menyisir rambut panjang mereka. Biasanya, aktivitas ini bertujuan untuk menarik perhatian seorang pria muda hingga akhirnya pria tersebut berani memeluk kuntilanak.
Ketika pria muda tersebut memeluk kuntilanak, dia akan merasakan luka di punggungnya yang disembunyikan oleh rambut panjang kuntilanak. Ketika hal itu terjadi, riwayat hidup pria tersebut berakhir. Dia tidak bisa melepaskan diri dari pelukan kuntilanak dan kemudian meninggal karena kutukan yang dilontarkan oleh kuntilanak.
Namun, Augusta de Wit juga mengungkapkan bahwa ada cara untuk selamat dari pelukan maut kuntilanak. Jika seseorang cerdik dan berani, dia dapat mencabut sehelai rambut kuntilanak. Jika berhasil melakukannya, maka orang tersebut tidak akan mati dan akan hidup sampai usia lanjut dengan kehidupan yang kaya, terhormat, dan bahagia.
Dalam beberapa kasus, ada laporan bahwa beberapa orang Belanda berhasil mencabut rambut kuntilanak dan selamat dari kutukan tersebut. Bahkan ada yang menjadi suami putri raja dan ayah dari para pangeran berkat keberaniannya menghadapi kuntilanak.
Jadi, bagi orang Belanda yang bertemu kuntilanak, responsnya mungkin tidak hanya sekadar ketakutan. Mereka juga memiliki peluang untuk menunjukkan keberanian dan menghindari kutukan kuntilanak tersebut.