Mengenal Apa Itu NFT dan Cara Membuatnya untuk Mendapatkan Cuan

Ditulis oleh Reishatia - Friday, 03 June 2022, 17:30
Yuk, pahami apa itu NFT (non-fungible token), seperti pengertiannya dan cara membuatnya. Pelajari cara membuat, menjual, dan membeli NFT di sini!

NFT alias non-fungible token bisa dibilang menjadi topik terhangat pada 2021 hingga 2022. Pasalnya, NFT dianggap bisa menghasilkan cuan secara instan bagi para penggiatnya.

Istilah NFT jadi viral setelah pemuda bernama Ghozali Everyday yang kaya mendadak setelah menjual karya NFT berupa seri foto selfie dirinya dalam lima tahun terakhir. Nggak main-main, koleksi selfie-nya terjual hingga Rp9,4 miliar!

Keberuntungan Ghozali pun membuat banyak orang tertarik terjun di dunia NFT. Lantas, apa itu NFT? Bagaimana cara membuat dan menjualnya? Lalu, bagaimana cara mendapatkan cuan dari NFT?

Untuk kamu yang ingin tahu lebih banyak soal NFT, kali ini Jaka akan sajikan penjelasan mengenai NFT, contoh-contohnya, cara membuat, hingga risiko berinvestasi dengan NFT. Yuk, simak!

Definisi NFT dan Alasan Harga Aset NFT Mahal

Non-fungible Token atau NFT adalah aset digital yang ditautkan ke sistem besar blockchain. NFT tidak jauh beda dengan beberapa aset mata uang kripto, hanya saja NFT tidak bisa ditukarkan uang, tapi bisa diperjualbelikan.

Dengan kata lain, NFT merupakan aset kripto yang menggambarkan objek asli seperti karya seni, musik, atau item yang terdapat pada game dan video. Fungsinya adalah untuk verifikasi kepemilikan.

Pasalnya, NFT mengubah karya seni digital dan jenis barang koleksi lainnya menjadi barang satu-satunya, sehingga keaslian karya seni tersebut bisa diverifikasi dan mudah diperdagangkan melalui blockchain.

Selain itu, seperti yang dijelaskan dalam BBC, NFT yang merebak di dunia digital ini merupakan sebuah token yang dapat berbentuk sertifikat kepemilikan untuk aset-aset tersebut, termasuk aset digital.

ADVERTISEMENT

Objek digital dapat diunduh dan diubah menjadi AI seperti gambar dan musik. Atau ada juga objek out-of-the-box, seperti yang dilakukan oleh Jack Dorsey, pendiri dan CEO Twitter.

Dia menjual tweet pertamanya sebagai NFT. Tweet berusia 15 tahun itu hanya berisi kalimat sederhana "just set up mytwttr". Nyatanya, banyak orang yang rela mengeluarkan uang untuk membeli aset tersebut.

Bahkan, Tweet pertama Dorset tersebut ditawar 2,5 juta dolar AS atau setara Rp 358 miliar. Tentu saja harga ini terbilang fantastis, terlebih untuk sebuah cuitan di media sosial Twitter.

Nah, sebagai aset digital, NFT bisa disalin atau diperbanyak. Karya seni bisa ditandai sebagai kepemilikan seseorang atas aset digitalnya, seperti membeli barang dengan tanda tangan tercetak. Seperti itulah cara kerja NFT.

Perkembangan NFT dan Kontroversi

Lalu, bagaimana dengan perkembangan NFT di masa mendatang? Pendiri dan Managing Partner Spice VC, Tal Elyashiv mengatakan tren ini bisa terjadi dalam jangka panjang. Menurutnya, akan ada perbedaan yang sangat besar.

"Menurut saya ini sangat nyata dan saya pikir akan banyak kekuatan untuk bertahan," kata dia, dikutip CNN.

Salah satu penjual yang bekerja sama dengan NFT, yakni Shelupinin juga menyebutkan hal yang sama. Dia percaya bahwa selama cryptocurrency (mata uang digital), terutama yang berbasis Ethereum, terus tumbuh, pasar NFT akan berkembang.

Sebagai informasi, sejak 2019, ia telah menjual 226 karya berbeda. Hanya 15 ETH atau sekitar 27.000 dollar AS (Rp389,4 juta).

"Peningkatan jumlah uang di ekosistem ethereum harus 'diparkir' di suatu tempat dan NFT merupakan tempat terbaiknya," kata dia.

Menurut laporan beberapa bulan lalu oleh situs web blockchain Non Fungible dan anak perusahaannya BNP Paribas L'Atelier, pasar NFT sudah meningkat empat kali lipat pada tahun 2020.

Angka ini telah menyentuh lebih dari 250 juta dolar AS. Sementara untuk Ethereum, akun tersebut melonjak 160% pada Januari 2019 dan harga mata uangnya melonjak menjadi 1,355%.

Namun, di balik prospek yang menggiurkan, ternyata muncul beragam kontroversi NFT, utamanya terkait hak kekayaan intelektual seperti yang dialami oleh ilustrator asal Indonesia, Kendra Ahimsa atau Ardneks.

Kendra menerima lebih dari 20 laporan mengenai plagiarisme yang dilakukan oleh salah seorang pegiat kripto bernama Twisted Vacancy. Pasalnya, Twisted Vacancy membuat token dan menjualnya seharga ribuan dollar AS.

Dalam kasus seperti ini, kreator asli jauh lebih dirugikan. Sebab, pembuat token bisa mendapatkan keuntungan yang fantastis dengan mendaftarkan karya kreator asli ke dalam blockchain terlebih dahulu.

Apa Perbedaan NFT dan Crypto?

Bagi kalangan awam yang ingin terjun ke NFT, istilah "kripto atau cryptocurrency" pasti sering banget kamu dengar. Jaka jadi nggak heran kalau kamu berpikir bahwa NFT dan kripto itu sama.

Pertanyaannya, apakah kedua hal ini adalah satu kesamaan? Jawabannya mirip, tapi keduanya punya perbedaan yang jelas. NFT adalah aset turunan dari kripto. Baik kripto dan NFT, keduanya punya perbedaan dari segi bentuk, tujuan, dan penggunaannya.

Aset atau mata uang kripto seperti Bitcoin punya nilai tukar yang sama dan bisa diperjualbelikan. Prinsipnya bisa dibilang sama dengan uang fisik. Ibaratnya, kamu mau menukar 2 koin bitcoin, kamu pun akan mendapatkan jumlah koin bitcoin yang sama.

Nah, lain halnya dengan aset NFT yang memiliki nilai khas. NFT memiliki data unik yang berfungsi sebagai tanda tangan atau sidik jari untuk verifikasi kepemilikan yang bersifat mutlak. Jika diibaratkan lagi, NFT adalah aset kripto, tapi dengan sertifikat kepemilikan.

Karena memiliki sertifikat khusus, nilai sebuah NFT pun akan berbeda dengan aset NFT lainnya. Kamu pun jadi tidak bisa melakukan penukaran NFT seperti bitcoin. Cara untuk bisa mendapatkan NFT adalah dengan membelinya atau membuatnya.

Nilai unik inilah yang membuat NFT dilirik oleh penggiat seni, termasuk musik. Soalnya, mereka menganggap NFT adalah cara terbaik bagi mereka untuk mendapatkan keuntungan lewat karya seni yang mereka buat.

Contoh Aset NFT Termahal di Dunia

Aset digital NFT biasanya dijual dengan harga yang tinggi, bahkan bisa menyentuh angka miliaran Rupiah. Lalu, apa saja aset NFT termahal sepanjang masa dan berapa harga jualnya? Berikut ulasannya!

1. Everydays: the First 5000 Days

Inilah NFT termahal di dunia. Aset digital bernama Everydays: the First 5000 Days ini dibuat oleh seniman bernama Mike Winkelmann alias Beeple dan mulai dijual pada Maret 2021.

NFT berupa kolase gambar yang dibuat sejak 1 Mei 2017 ini awalnya dipatok seharga 100 dollar AS. Tak disangka, aset ini melonjak hingga jutaan dollar dan terjual seharga 69 juta dollar AS (Rp979 miliar).

2. Crossroads 1/1

Masih dari Beeple, kali ini ada Crossroads 1/1 yang merupakan bagian dari penjualan NFT pertama Beeple di Nifty Gateway. Video berdurasi 10 detik ini menampilkan potret Donald Trump yang sedang tidur di taman.

Pada Oktober 2020, karya seni digital ini dibanderol seharga 66,66 dollar AS. Tapi setelah hasil pilpres keluar dan Trump kalah, harga NFT ini melonjak tajam hingga menembus angka 6,6 juta dollar AS (Rp93 miliar).

3. Forever Rose

Forever Rose karya Kevin Abosch mungkin merupakan NFT yang paling asing. Sebab, meskipun harganya fantastis, tapi aset digital ini kurang terkenal dibanding karya lainnya.

NFT ini dibuat pada 2018 dan terjual pada hari Valentine seharga 1 juta dollar AS (Rp14 miliar). Saat itu, NFT memang belum sepopuler sekarang sehingga aset ini kurang terkenal.

4. Cryptokitty Dragon

Cryptokitties merupakan game penghasil kripto yang saat ini sedang populer. Dalam game ini, kamu bisa mendapatkan NFT berupa kucing virtual dengan harga yang bervariasi.

Termahal, ada cryptokittiy bernama Dragon yang terjual dengan harga 600 ETH atau setara dengan 1,068,558 dollar AS (Rp15 miliar). Tertarik untuk mencoba game ini?

5. Metarift

Seniman bernama Pak membuat karya seni yang dinamai Metarift dan terjual pada Maret 2021. Harga awalnya berkisar di angka 888 dollar AS, tapi di menit akhir harganya naik hingga 904 dollar AS (Rp12 juta).

Cara Membuat NFT Sendiri Biar Cuan

Sebenarnya, nggak ada yang "spesial" dari cara membuat NFT. Sebab, aset NFT bisa punya bentuk yang beragam, seperti foto, gambar, suara, hingga postingan media sosial. Artinya, segala karya atau aset pribadi yang kamu punya bisa menjadi NFT!

Makanya, nggak heran para penggiat seni memilih NFT sebagai salah satu sumber penghasilan. Sebab, di sinilah mereka bisa memaksimalkan potensi dan tetap bisa mendapat penghasilan dari hobinya tersebut.

Nah, bagaimana dengan orang yang tidak punya bakat atau jiwa seni, tapi tetap ingin membuat NFT sendiri? Tenang aja, Jaka bakal kasih artikel khusus yang membahas tools art generator yang dapat membantumu membuat NFT yang unik dan keren. Cek artikelnya di bawah ini, ya!

Setelah kamu membuat karya yang ingin kamu jadikan NFT, kamu harus tahu satu istilah penting bernama "minting". Istilah ini bisa diartikan sebagai proses konversi karya senimu menjadi NFT.

Jadi, segala aset yang ingin kamu jadikan NFT harus melewati proses minting tersebut sebelum bisa dijual di platform khusus yang biasanya diistilahkan sebagai "marketplace NFT".

Untuk proses minting NFT hingga memasukkannya ke marketplace NFT, kamu bisa cek tahapan di bawah ini:

  1. Membuat akun wallet kripto seperti Metamask atau Trust Wallet.
  1. Pilih marketplace NFT untuk menjual karya NFT-mu.

  2. Buat akun di marketplace tersebut.

  3. Masukkan file yang kamu ingin jadikan NFT ke marketplace.

  4. Lengkapi data seperti nama NFT dan deskripsinya.

  5. Klik Create.

OpenSea dan Rarible menjadi contoh marketplace NFT terpopuler saat ini. Namun, kamu juga bisa memilih marketplace lain tergantung preferensi.

Biasanya, marketplace yang besar membutuhkan "biaya admin" yang besar juga. Menariknya, ternyata ada juga marketplace NFT asli Indonesia yang bisa kamu coba.

Cara Menjual NFT di Marketplace

Setelah membuat karyamu menjadi sebuah NFT, sekarang saatnya kamu menjualnya di marketplace. Tahapannya memang agak ribet untuk awalan, tapi jadi mudah dimengerti saat kamu sudah beberapa kali melakukannya.

Cek panduan step-by-step cara menjual NFT di bawah ini:

  1. Akses NFT di marketplace yang telah kamu pilih.

  2. Klik NFT yang telah kamu buat, lalu tekan Sell.

  3. Masukkan harga yang kamu inginkan.

  4. Klik Complete Listing.

  5. Tekan Confirm bila kamu setuju dengan "biaya admin" yang dibutuhkan.

  6. NFT milikmu sudah masuk ke listing dan siap dibeli siapa pun.

Catatan selanjutnya dari cara menjual NFT adalah adanya "biaya admin" yang mungkin jadi pertanyaan terbesarmu. Yap, proses minting dan menjual NFT ternyata membutuhkan biaya yang disebut sebagai gas fee.

Untuk penjelasan apa itu gas fee serta perkiraan biaya yang harus kamu keluarkan, kamu bisa cek artikel Jaka di bawah ini.

Cara Membeli NFT di Marketplace

Selain menjual NFT, kamu juga mungkin ingin membeli koleksi NFT yang unik untuk dijadikan aset investasi. Namun, kamu harus mengetahui cara membeli NFT yang ternyata berbeda dengan cara belanja online.

Saat membeli NFT, ada beberapa hal yang harus kamu perhatikan seperti memilih marketplace yang terpercaya dan membuat akun terlebih dahulu. Untuk langkah-langkah membeli NFT, silakan cek artikel berikut ini!

Apakah NFT adalah Aset Investasi yang Baik?

Sumber foto: media.wsimag

Dalam beberapa tahun terakhir, tren NFT telah mengambil alih dunia seni, baik berbentuk visual art, game, atau adegan film. Pada 2021, terdapat pertumbuhan eksplosif. Volume perdagangan NFT mencapai 10,7 miliar dolar selama kuartal ketiga, naik 723 persen dari kuartal kedua.

Terlebih adanya viral NFT Ghozali Everyday, kini banyak orang yang menjual foto apa pun di marketplace NFT dengan harapan bisa dapat cuan. Melihat kasus Ghozali Everyday, apakah NFT benar-benar bisa jadi aset investasi yang baik?

Salah satu kelemahan NFT adalah penetapan nilai suatu barang di NFT yang dianggap tidak memiliki sistem yang jelas. Hal ini menjadikan NFT sebagai investasi spekulatif, karena nilainya berfluktuasi berdasarkan permintaan pasar.

Menurut John Bailey, CEO ClubNFT Amerika, mengatakan bahwa investasi NFT memiliki kesempatan di masa depan, tapi tergantung dengan pertumbuhan di pasar dan akselerasi perkembangan teknologi.

Jika saat ini kamu ingin mengoleksi NFT, dianjurkan fokusnya bukan untuk investasi, tapi karena suka seninya, sejarah di baliknya, atau ingin mengapresiasi kreatornya.

Apa Saja Risiko Berinvestasi atau Menjual Aset Digital sebagai NFT?

Sumber foto: cintjournal

Tren NFT makin populer, karena menjual karya seni dalam bentuk aset digital bisa meminimalkan biaya, seperti akomodasi, transportasi, atau ruang pajang karya. Maka tak heran jika beberapa kalangan lebih memilih berinvestasi atau menjual karyanya menjadi aset digital NFT.

Meski begitu, sebelum berinvestasi aset ini perlu diperhatikan dari segala sudut. Mulai dari pemahaman NFT, transaksi jual beli, hal-hal yang mempengaruhi nilai NFT, hingga risikonya.

Nah, risiko berinvestasi atau menjual aset digital, Jaka sajikan dalam beberapa poin di bawah ini.

1. Pasar yang Masih Spekulatif

Seperti yang sudah Jaka sebut di atas, saat ini nilai NFT masih terkait dengan nilai estetika dan subjektif, sehingga tidak bisa diukur sebagai investasi jangka panjang karena sifatnya yang spekulatif.

2. Nilai Tidak Stabil

Di samping pasar spekulatif, unsur yang membuat nilainya tidak stabil adalah faktor permintaan pembeli. Hal ini mengakibatkan harga NFT yang setinggi langit mungkin tidak akan bertahan selamanya.

3. Biaya Membuat NFT

Perlu diketahui, untuk membuat dan menjual NFT ada biaya yang harus dikeluarkan. Yap, layaknya meminjam lapak jualan di marketplace, tidak gratis. Bahkan bisa dibilang, biaya pembuatan bisa lebih tinggi dari NFT yang dinilai oleh pengguna lain di market.

4. Risiko Keamanan Siber

Mengingat NFT dijual dalam sistem digital, yakni blockchain, tentu ada potensi keamanan siber. Marketplace NFT seperti OpenSea berpotensi menghadirkan hacker atau peretas untuk mencuri uang kripto (cryptocurrency).

Dikutip The Verge, peretas keamanan dari lembaga Check Point Research menemukan fakta bahwa ada sejumlah kasus yang mengklaim bahwa mereka diretas setelah mendapatkan NFT. Hacker berpotensi dapat menguras seluruh dompet pelaku perdagangan NFT.

Meski akhirnya cepat ditangani oleh OpenSea, risiko keamanan ini perlu diperhatikan dan jadi pertimbangan sebelum kamu berinvestasi atau menjual aset digital di marketplace mana pun.

Apa Saja Aset yang Bisa Dijadikan NFT?

Sumber foto: thestreet

Secara umum, benda apa pun bisa jadi NFT. Soal nilainya, tentu tergantung bagaimana pasar meresponsnya. Saking bebasnya, banyak NFT dari benda-benda aneh.

Nah, kali ini Jaka sebutkan apa saja aset yang bisa dijadikan NFT. Jika digarap maksimal, potensi meraih untung lebih besar. Yuk, simak daftarnya.

  1. NFT Art: Ini adalah bentuk NFT termahal. Karya seninya berbentuk video atau GIF.

  2. Game NFT: Berupa konten dalam game seperti karakter, item, skin, dan lainnya.

  3. Musik: Berupa lagu-lagu ciptaan yang dijadikan aset digital.

  4. Item Koleksi: Berupa collection card atau trading card.

  5. Momen Event Tertentu: Berupa dokumentasi event tertentu atau adegan film ikonis.

  6. Meme: Berupa gambar, GIF, atau video meme.

  7. Nama Domain: Berupa nama domain. Selain membeli, pemilik juga punya hak milik eksklusif-nya.

  8. Item Fashion Virtual: Berupa avatar dengan busana unik, menarik, dan ikonis.

  9. Item Virtual Lainnya: Bisa berupa postingan media sosial sosok populer, seperti ciutan Twitter pertama.

Saking bebasnya, kamu juga bisa membuat NFT dari aset-aset yang kamu punya dan menjualnya di marketplace.

Jika kamu adalah seorang kreator, tak ada salahnya mulai memasarkan karya sebagai NFT. Hanya saja, kamu perlu mempelajari dulu semua hal tentang NFT dengan baik jika ingin investasi NFT untuk mengetahui segala risiko baik dan buruknya.

Akhir Kata

Nah, itulah penjelasan lengkap mengenai NFT yang semakin sering diperbincangkan saat ini. Aset digital ini cocok untuk kamu yang senang mengoleksi barang langka dengan tujuan untuk investasi.

Namun, kamu juga harus paham betul dengan segala detailnya, termasuk cara membuat NFT, menjualnya, hingga apa saja perbedaannya dengan koin kripto. Jangan sampai kamu menyesal dan rugi karena kamu tidak paham dengan cara kerjanya!

Baca juga artikel seputar Crypto Blockchain, DApps, NFT, atau artikel menarik lainnya dari Reishatia.

Kembali Keatas