Peristiwa terjebaknya dua astronaut di luar angkasa hingga 2025 telah memicu diskusi tentang berbagai aspek kehidupan di ruang hampa, termasuk kebutuhan biologis seperti aktivitas seksual. Para ahli telah memberikan pandangan mereka tentang kemungkinan dan tantangan berhubungan intim di luar angkasa.
John Millis, seorang fisikawan dan astronom, mengibaratkan seks di luar angkasa dengan bercinta sambil terjun payung. Kendala utamanya adalah lingkungan gravitasi mikro yang dialami astronaut.
"Setiap dorongan akan mendorong Anda ke arah yang berlawanan," jelasnya kepada The Sun Online pada 2018.
Tantangan fisiologis juga menjadi faktor penting. Dalam kondisi gravitasi mikro, darah cenderung naik ke kepala, bukan ke alat kelamin, menyulitkan proses rangsangan. Bagi pria, tekanan darah rendah dapat menyebabkan pengerutan jaringan penis dan penurunan kadar testosteron. Selain itu, cairan tubuh seperti keringat, cairan vagina, dan air mani dapat mengambang bebas di kabin.
Meski demikian, Harry Stine, teknisi NASA, dalam bukunya 'Life in Space' menyatakan bahwa berhubungan seks melawan gravitasi mungkin dilakukan, terutama dengan bantuan orang ketiga atau peralatan khusus. Paul Root Wolpe, mantan ahli bioetika NASA, bahkan menyarankan penggunaan velcro yang menutupi dinding stasiun luar angkasa sebagai solusi kreatif.
"Seseorang harus menjadi kreatif ketika berada di ruang angkasa," ujar Wolpe kepada media Jerman DW. Ia menekankan pentingnya gravitasi dalam aktivitas seksual yang sering kita abaikan di Bumi. Tanpa gaya penyeimbang, pasangan hanya akan terus-menerus saling mendorong menjauh.
Meskipun tantangan teknis dan fisiologis cukup besar, para ahli sepakat bahwa bercinta di luar angkasa bukan hal yang mustahil. Namun, dibutuhkan kreativitas, peralatan khusus, dan mungkin bantuan pihak ketiga untuk mewujudkannya.
Penasaran dengan penjelasan lebih lengkap tentang bagaimana hubungan seks di luar angkasa? Silakan baca di sini ya, geng:
Baca artikel dan berita menarik dari JalanTikus lainnya di Google News