Kini kamu bisa membeli mata uang digital atau cryptocurrency secara sah dan meyakinkan setelah Badan Pengawas Perdagangan Bursa Berjangka Komoditi (Bappebti) memasukkannya ke kelompok komoditas.
Ya, investasi pada bitcoin memang sangat menggiurkan, mengingat potensi keuntungan yang ditawarkan sangat luar biasa.
Kalau kamu masih ingat tahun 2017 adalah masa keemasan bitcoin di mana pada 31 Desember 2017 harga 1 BTC setara dengan US$12.952 atau tumbuh 1.250% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Risiko investasi Bitcoin, dibalik keuntungan yang tinggi selalu ada risiko
Mengingat kini pemerintah secara sah telah melegalkan transaksi bitcoin, dibalik potensi keuntungan atau return yang tinggi, selalu ada risiko.
Kali ini, Jaka akan membagikan risiko apa saja yang dapat menimpa kamu apabila kamu memilih bitcoin sebagai instrumen investasi.
Berikut ini adalah 5 risiko investasi bitcoin!
1. Volatilitas Cukup Tinggi

Bitcoin nggak seperti mata uang pada umumnya karena ada unsur spekulasi. Maksudnya, karena nilainya yang nggak stabil dan bisa naik turun sangat cepat.
Salah satu pemicu fluktuasi ini adalah tidak adanya pengawasan dari otoritas seperti kalau di bursa saham ada BEI dan OJK.
Di bursa saham, penetapan harga saham emiten atau perusahaan yang terdaftar ditentukan oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Jadi, meski harga saham itu turun-naik tapi itu semua masih diawasi dan dikontrol. Misalnya, BEI beberapa bulan lalu sempat mensuspensi saham PT Majapahit Inti Corpora Tbk (Kode Emiten: AKSI) karena ada peningkatan harga kumulatif yang signifikan.
Jika sudah disuspensi kamu nggak bisa membeli saham AKSI sampai suspensi tersebut dicabut oleh BEI.
Sedangkan bitcoin belum memiliki regulasi seperti itu. Jadi, ambil lah contoh saat seseorang melakukan transaksi jual-beli bitcoin dalam harga yang tinggi, maka secara otomatis harga bitcon juga akan bergerak naik.
Nah, jika orang tersebut menjualnya, harganya pun otomatis turun karena supply bertambah.
Hal tersebut bisa dibuktikan dari harga bitcoin dalam 2 tahun terakhir, telah jatuh hingga 81% dari level US$ 18.269 pada akhir 2017 menjadi US$ 3.464 per coin di Februari 2019.
Harga cryptocurrency, terutama Bitcoin, memang cenderung melemah setelah mengalami kenaikan yang signifikan pada 2017. Saat itu itu, harga Bitcoin menguat dari US$1.000 per koin menjadi mendekati US$20.000 per koin.
2. Antusiasme sesaat

Risiko investasi bitcoin berikutnya adalah mata uang digital hanya bubble atau antusiasme sesaat.
Sejumlah pakar global berpendapat mata uang digital hanya sebuah antusiasme sesaat yang siap meledak.
Mereka menjelaskan salah satu alasan bitcoin akan berakhir buruk adalah karena ini hanyalah antusiasme sesaat.
Terlebih, para investor kesulitan untuk memahami fenomena tersebut.
Pengusaha terkenal Warren Buffet pernah mengatakan: Jika kalian tidak memahaminya, jangan berinvestasi di sana.
Nah, masih berani investasi pada sesuatu yang nggak kamu pahami?
3. Masalah peraturan yang nggak jelas

Meski telah diperdagangkan sebagai komoditas, Bitcoin tetap nggak bisa dijadikan sebagai alat pembayaran yang sah karena belum adanya legalitas dari Bank Indonesia (BI).
Dikutip dari CNBC Indonesia, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menegaskan, Bitcoin atau Cryptocurrency tetap tak bisa jadi alat pembayaran di Indonesia.
Yang melegalkan hanya Bursa Berjangka di mana hanya terbatas di perdagangan futures. "Bank Indonesia tidak mengatur soal uang kripto sebagai currency. Sebagai barang saja diperjualbelikan, kalo mau beli, beli aja," tegas Darmin.
4. Rentan penipuan dan aktivitas ilegal

Nama pembeli dan penjual bitcoin nggak pernah bisa diketahui oleh siapa pun. Dengan demikian, sifat transaksinya rahasia dan anonim.
Ya memang itu tujuan Bitcoin dari awal, sebagai mata uang digital yang aman dan sulit dilacak. Ironisnya, karena itulah banyak yang yang memanfaatkan Bicoin sebagai alat jual beli illegal.
Alasan lain Bitcoin nggak aman adalah karena bitcoin sebagai cryptocurrency telah terbukti bisa di-hack. Salah satu contohnya adalah NiceHash Bitcoin hack, yang hampir mencapai nilai US$70 juta atau setara Rp1 triliun.
5. Risiko kehilangan

Kamu bisa saja kehilangan akun dan semua dana di dalamnya jika sewaktu-waktu "Privacy Key" kita hilang.
Pasalnya, pada wallet online maupun wallet desktop cryptocoin pada umumnya untuk membuka akun wallet kita hanya memerlukan private key. Private Key berperan vital guna untuk mengakses wallet kamu.
Akhir Kata
Dengan mengenal risikonya, kamu bisa berinvestasi dengan lebih penuh perhitungan guna meminimalisir kerugian. Jadi, pahami dulu baru berinvestasi! Ini pun berlaku untuk instrumen investasi lainnya seperti saham, reksa dana, dan forex.
Baca juga artikel seputar Mata Uang Digital atau artikel menarik lainnya dari Andini Anissa.