Apakah Game Bajakan Membunuh Industri Game? Ternyata ....
GamesSaat ini kita sedang kehadiran sebuah game baru di PS4, yaitu Horizon Zero Dawn. Setelah melihat trailer-nya, Jaka sih sudah yakin kalau game ini sangat seru. Dan benar saja, rupanya rata-rata nilai ulasannya adalah 9 dari 10.
Namun sayang harga sebuah game baru cukup lumayan mahal, biasa solusinya Jaka membeli yang bekas. Namun ada juga beberapa orang yang memilih bajakan. Hmm, namun bukannya bajakan itu membunuh industri game ya?
Apakah Game Bajakan Membunuh Industri Game?

Dilansir melalui forum diskusi Quora. Yang namanya bajakan dari dulu memang selalu pro dan kontra. Jadi apakah game bajakan membunuh industri game? Jawabannya sudah pasti iya. Secara kasar, bajakan dikatakan membunuh kreativitas para pembuat game.
Meski utamanya seperti itu, namun game bajakan juga dapat difungsikan secara positif. Contohnya sebagai berikut.
Dipakai untuk mengulas game. Dengan adanya ulasan game, meski pakai bajakan ini akan mendongkrak pemasaran dari game tersebut. Tentu hal ini akan berimbas pada naiknya penjualan game yang dibajak. Oh ya ini mengulas ya, bukan bermain full story.
Dipakai untuk benchmark game. Apabila kamu pakai sebuah PC, apalagi dengan spesifikasi pas-pasan. Pasti kamu harus tahu dulu, apakah PC kamu mampu untuk memainkan game tersebut sebelum membelinya. Nah kamu bisa pakai game bajakan untuk mengujinya.
Itulah dia barusan dua contoh positif memanfaatkan game bajakan. Memang baiknya kita membeli sebuah game original. Karena untuk membuat sebuah game baru, pihak industri game membutuhkan dana dari penjualan game-nya. Jika semua pakai bajakan, maka artinya sudah tidak ada lagi game baru.
Bagaimana Dengan Game Bekas, Apakah Merugikan Industri Game?

Untuk game bekas sama sekali tidak merugikan industri game. Banyak digrup-grup gaming yang menyamakan game bekas dengan game bajakan, ini jelas sangat salah. Karena bahkan penjualan game bekas didukung oleh pihak industri game.
Untuk lebih jelasnya mengapa game bekas tidak merugikan industri game, kamu bisa menyimak simulasi skenarionya sebagai berikut ini.
Skenario 1: Apabila Game Bekas Ditiadakan
Ada A dan B. Si A memiliki uang sebesar Rp 700 ribu, ia membeli sebuah game baru. Sementara si B hanya punya uang sebesar Rp 500 ribu, jadi ia tidak membeli game baru. Artinya di sini hanya terjual satu buah game.
Di bulan depan. Si A mendapat uang sebesar Rp 300 ribu, sementara si B tidak sama sekali. Karena sebuah game baru harganya Rp 700 ribu. Maka bulan ini tidak ada satu pun game yang dijual oleh industri game.
Kesimpulan: Terjual satu buah game baru.
Skenario 2: Game Bekas Diperbolehkan
Ada A dan B. Si A memiliki uang sebesar Rp 700 ribu, ia membeli sebuah game baru. Sementara si B hanya punya uang sebesar Rp 500 ribu, jadi ia tidak membeli game baru. Artinya di sini hanya terjual satu buah game.
Di bulan depan. Si A mendapat uang sebesar Rp 300 ribu, sementara si B tidak sama sekali. Lalu si B membeli game milik si A yang sebelumnya, sebesar Rp 500 ribu. sehingga si A memiliki jumlah uang Rp 800 ribu. Nah dengan jumlah uang sebesar itu, si A bisa membeli lagi sebuah game baru.
Kesimpulan: Terjual dua buah game baru.
Itulah dia barusan simulasi skenarionya. Terlihat bahwa game bekas membantu pihak industri game untuk menjual game lebih banyak lagi. Jadinya jelas ini tidak merugikan pengembang, justru membantu. Yang tidak boleh hanyalah bajakan.

Nah, itulah dia barusan pembahasan Jaka mengenai dampak game bajakan terhadap industri game. Bagaimana pendapat kamu terkait hal ini, apakah ada dampak lainnya? Jika ada, kamu bisa tinggalkan melalui kolom komentar ya. Terima kasih.
Pastikan juga kamu membaca artikel terkait Game atau tulisan menarik lain dari Putra Andalas.
Banner: CNBC