Tidak bisa dipungkiri bahwa kemajuan teknologi di era kita sekarang ini berkembang dengan sangat pesat. Hampir semua bisa dilakukan hanya melalui gawai yang ada di tangan kita.
Akan tetapi, sampai kapan kemajuan teknologi ini akan kita nikmati? Akankah datang sebuah era di mana sebuah teknologi akan berhenti berinovasi?
Kali ini, Jaka akan mengulas beberapa alasan yang memberi bukti mengapa kita akan segera masuk ke era kegelapan teknologi.
Alasan Mengapa Kita Masuk ke Era Kegelapan Teknologi
Sebelumnya, apa itu era kegelapan teknologi? Ada banyak pendapat yang membahas mengenai permasalahan ini.
Salah satunya adalah ketika datang sebuah masa ketika raihan luar biasa kita di bidang teknologi akan mengalami kemandekan. Bisa karena kehabisan ide ataupun bahan baku pembuatannya.
Lantas, apa saja alasan yang menunjukkan bahwa kita sedang memasuki era kegelapan teknologi? Dilansir dari toptenz, inilah jawabannya!
1. Bahan Baku Akan Segera Habis
Jika kamu menyadari, sebenarnya smartphone adalah barang baru jika dibandingkan dengan teknologi lain seperti komputer. Smartphone baru populer pada awal 2000-an.
Setelah Apple merilis iPhone dan Google membuat sistem operasi Android, pertempuran smartphone barulah meledak dan memikat banyak orang.
Semenjak itu, para produsen jadi berlomba-lomba untuk membuat smartphone terbaik dengan harga yang terjangkau. Semua orang kini bisa memiliki HP canggih.
Sayang, hal tersebut berdampak ke lingkungan. Pertama, komponen smartphone butuh banyak hasil tambang. Kita semua tahu bagaimana pertambangan membahayakan Bumi.
Tidak hanya itu, banyak logam langka yang dibutuhkan oleh smartphone seperti Chronium, Tungsten, Gallium, Selenium, dan lain sebagainya.
Karena jumlahnya yang langka, tentu lama kelamaan komponen ini akan habis dan hingga saat ini belum ditemukan alternatif yang lebih baik.
Bagaimana dengan daur ulang? Semua logam langka tersebut digunakan dalam jumlah kecil di perangkat kita sehingga sangat susah untuk mendapatkannya kembali.
2. Teknologi Menjadi Semakin Kompleks
Seperti yang sudah Jaka sebutkan, teknologi benar-benar telah maju dengan kecepatan yang sulit untuk dipercaya. Sekarang, akses internet bisa dinikmati sampai pelosok.
Apa yang salah dengan hal tersebut? Kompleksitas teknologi itu sendiri. Semua perangkat yang kita gunakan sekarang membutuhkan teknologi yang canggih untuk membuatnya.
Apalagi, kita terobsesi dengan mengecilkan benda. Semakin kecil semakin canggih, tapi semakin bertambah pula kompleksitasnya.
Bahkan, banyak pihak yang mulai mengembangkan nanoteknologi, meskipun belum secanggih buatan Tony Stark yang diperankan oleh Robert Downey Jr.
Mungkin kamu masih bingung apa yang salah dengan teknologi yang makin kompleks. Jaka enggak berharap terjadi, tapi bayangkan jika terjadi bencana alam yang menghancurkannya.
Banyak teknologi yang tidak bisa dibangun dari awal dan mungkin akan butuh waktu bertahun-tahun untuk membuatnya kembali.
Selain itu, orang yang mampu membuat teknologi kompleks ini jumlahnya juga terbatas, membawa kita ke alasan selanjutnya.
3. Teknologi Membutuhkan Sumber Daya Manusia yang Besar
Kalau kamu suka membaca sejarah, pasti pernah membaca kisah para ilmuwan yang menemukan sesuatu. Contohnya Thomas Alva Edison yang menemukan lampu.
Kamu pernah penasaran enggak sih, kenapa sekarang rasanya jarang sekali ada penemu seperti itu? Jawabannya adalah karena pada teknologi modern, dibutuhkan ratusan orang untuk membuatnya.
Masing-masing memiliki tanggung jawabnya sendiri, biasanya hanya bagian kecil dari teknologi. Dalam perusahaan, biasanya dibagi per divisi.
Contoh iPhone, di mana bagian desain, sistem operasi, hingga komponen mesinnya dibuat oleh divisi yang berbeda.
Jika tidak ada proses regenerasi dari orang yang paham ke generasi selanjutnya, bisa-bisa kita akan menggunakan teknologi primitif dari masa lalu.
Alasan-Alasan Lainnya . . .
4. Banyak Teknologi Analog yang Akan Sirna
Dengan segala hal semakin mengarah ke arah digital, perlahan tapi pasti teknologi-teknologi analog akan sirna dari muka Bumi ini.
Contoh gampangnya adalah jam tangan. Sekarang, sudah banyak produsen teknologi yang membuat smartwatch.
Memang jam pintar tersebut membawa banyak manfaat bagi kita, tapi akan meningkatkan ketergantungan kita pada benda elektronik.
Seperti yang sudah Jaka sebutkan di poin awal, barang elektronik membutuhkan banyak komponen tambang yang langka. Smartwatch termasuk salah satunya.
Jika dipikir-piki lagi, apakah kita benar-benar membutuhkan smartwatch?
5. Penyimpanan Data yang Berisiko Tinggi
Sebagian besar pengetahuan dunia sekarang disimpan dalam format digital. Mungkin, kita trauma dengan hilangnya Perpustakaan Alexandria yang memuat banyak informasi penting.
Dengan disimpan dalam format digital, tidak ada risiko hilang karena kebakaran atau bencana alam bukan? Ternyata enggak.
Meskipun sudah santer terdengar istilah penyimpanan cloud, tetap saja kita butuh sebuah lokasi untuk menyimpan semua data tersebut.
Jika sampai terjadi bencana alam yang memusnahkan semua itu, bisa dibayangkan betapa besar kerugian yang akan kita alami dan berapa waktu yang dibutuhkan untuk memulihkannya.
6. Lingkungan yang Makin Rusak
Jaka udah beberapa kali menyinggung tentang kemungkinan bencana alam akan menghancurkan segala kemajuan teknologi yang telah kita buat.
Faktor alam memang menjadi salah satu kekhawatiran banyak orang yang mampu memaksa kita untuk kembali hidup dengan menggunakan teknologi kuno.
Jika iklim terus memburuk dan sumber daya semakin terbatas, mau tidak mau kita juga harus mengurangi ketergantungan kita dari perangkat elektronik.
Bisa jadi, di masa depan kita akan kembali menggunakan teknologi-teknologi dari masa lalu seperti telegraf, radio, dan jam analog. Transportasi pun begitu.
Ketika bahan bakar fosil telah habis, mungkin kita akan kembali menggunakan sepeda atau kuda jika infrastruktur kendaraan tenaga listrik belum siap digunakan secara massal.
7. Perang Dagang Antar Negara
Saat ini, banyak diberitakan perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Kita bisa melihat pada kasus Huawei, di mana perang dagang antar negara membuat mereka tidak bisa menggunakan Android.
Jika perang dagang seperti ini terus berlarut-larut atau bahkan semakin meluas, era kerja sama antar negara bisa segera berhenti.
Padahal, selama ini masing-masing negara seperti menyokong satu sama lain. Contohnya, chipset diproduksi di China, lensa kamera di Jepang, dan lain sebagainya.
Jika masing-masing negara menuruti egonya, kita akan susah mendapatkan barang teknologi terbaik di masa depan.
8. Kerusakan Satelit
Ada sebuah teori bernama Kessler Effect yang berbunyi jika kita terus-menerus menempatkan lebih banyak satelit dan benda lain di luar angkasa, maka lama kelamaan mereka akan bertabrakan.
Ketika ada benda langit bertabrakan, maka puing-puingnya akan melayang di orbit dan bisa menyebabkan kerusakan benda langit lain.
Jika sampai hal tersebut benar-benar terjadi, tentu kita bisa kehilangan komunikasi global yang luar biasa dalam waktu satu malam. Padahal, ketergantungan kita terhadap satelit cukup besar.
Apakah ada rencana B jika bencana tersebut terjadi? Mungkin ada kabel bawah laut, namun kabel tersebut juga rentan rusak oleh alam.
9. Teknologi Sudah Hampir Mencapai Batasnya
Alasan terakhir yang menjadi bukti kita sedang masuk ke era kegelapan adalah diri kita sendiri. Bisa jadi akan datang sebuah masa ketika kita jenuh menggunakan teknologi.
Tidak hanya kita, produsen teknologi juga akan kehabisan ide untuk menemukan terobosan apalagi untuk dijual ke konsumen.
Untuk contoh kongkritnya, smartphone seolah sedang mendekati titik maksimal sehingga susah untuk menemukan inovasi baru lagi.
Akhir Kata
Sebagai perbandingan, kita bisa lihat betapa signifikan perbedaan antara smartphone yang diproduksi pada tahun 2009 dengan yang diproduksi pada tahun 2019.
Lalu coba bayangkan, kira-kira seperti apa bentuk dan fungsi smartphone 10 tahun lagi pada tahun 2029. Jaka meragukan akan ada inovasi spektakuler seperti yang terjadi selama ini.
Jika sudah demikian, mungkin permintaan pasar akan menurun, para produsen barang elektronik merugi hingga dampaknya memengaruhi ekonomi global.
Kalau menurutmu gimana, geng? Tulis di kolom komentar, ya!
Baca juga artikel seputar Teknologi atau artikel menarik lainnya dari Fanandi Ratriansyah.
