Seiring berkembangnya zaman, keberadaan teknologi ciptaan manusia juga semakin maju, geng. Terbaru, sebuah matahari buatan China dikabarkan kembali berhasil mencatatkan rekor barunya.
Matahari buatan bernama Experimental Advanced Superconducting Tokamak (EAST) itu disebut mampu menyala selama 1.056 detik atau sekitar 17 menit pada suhu plasma tinggi, lho.
Kabar tersebut setidaknya telah dikonfirmasi oleh para peneliti pada pekan lalu. Uji coba ini dilakukan oleh Institute of Plasma Physics yang berada di bawah naungan Chinese Academy of Sciences (ASIPP).
"Operasi plasma bertahan selama 1.056 detik pada suhu hampir 70 juta derajat Celsius," kata Gong Xianzu, ilmuwan dari Institute of Plasma Physics, dikutip dari China Daily, Senin (03/01/2022).
Gong Xianzu sendiri adalah seorang ilmuwan yang bertugas sebagai penguji matahari buatan yang dilakukan di Hefei, Provinsi Anhui, China Selatan.
Sementara melalui akun Twitter China Science, disebutkan bahwa Matahari artifisial yang digagas oleh China tersebut bertujuan untuk menciptakan fusi nuklir seperti Matahari agar menyediakan aliran energi bersih yang stabil.
Teknologi fusi nuklir ini pun tidak hanya berguna untuk sumber energi baru, tapi juga dapat diubah menjadi teknologi turunan lainnya untuk pengaplikasian di berbagai bidang.
Melansir dari Global Times, teknologi turunan ini pada dasarnya memiliki potensi aplikasi yang sangat luas, salah satunya adalah untuk teknologi penyembuhan kanker.
Sementara menurut China National Nuclear Corp, matahari buatan ini dioperasikan dengan hidrogen dan gas deuterium sebagai bahan bakar utamanya.
Berbeda dengan bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, maupun gas alam yang kini jumlahnya semakin sedikit, bahan mentah untuk pengoperasian matahari artifisal ini bisa dibilang tidak terbatas, lho.
Maka dari itu, para peneliti menganggap bahwa energi fusi sebenarnya merupakan energi yang paling ideal untuk digunakan manusia di masa depan.

Sumber foto: Twitter/China Science
Direktur ASIPP, Song Yuntao pun telah menegaskan bahwa lembaganya siap bekerja sama dengan para ilmuwan internasional demi mewujudkan penggunaan matahari buatan menggunakan perangkat besar ini.
Dalam satu dekade terakhir, ribuan peneliti dari China dan sejumlah negara lainnya memang telah berupaya untuk merealisasikan impian tersebut. Secara berkala, proyek ini pun mengalami kemajuan yang cukup pesat.
Misalnya saja seperti yang terjadi pada November 2018 lalu, di mana EAST mampu menghasilkan suhu elektron 100 juta derajat Celcius pada plasma intinya, yang mana itu hampir tujuh kali suhu interior Matahari.
Tidak hanya itu, dalam pengujian yang dilakukan pada Mei 2021, EAST bahkan mampu bertahan pada suhu plasma 120 juta derajat Celcius selama 101 detik, lho.
Uji coba lalu kembali dilakukan pada Juni 2021 lalu, di mana perangkat ini mampu menghasilkan suhu 160 juta derajat Celsius atau 10 kali lebih panas dari suhu Matahari.
Jadi, uji coba dengan kemampuan menyala sekitar 17 menit atau 1.056 detik ini adalah sebuah rekor baru dari pengembangan matahari buatan China tersebut.
EAST juga telah melampaui tiga target sebelumnya yakni dengan menghasilkan arus sebesar 1 juta ampere dalam waktu 1.000 detik dengan suhu 100 juta derajat Celsius.
Misi terakhir matahari buatan bernama EAST ini, lanjut peniliti, adalah untuk mencapai semua target tersebut dalam sekali percobaan.
Sekadar informasi, suhu Matahari asli sendiri memiliki panas sekitar 15 juta derajat Celsius, geng. Itu artinya, EAST kini mampu menghasilkan suhu yang berkali-kali lipat lebih panas dari Matahari asli itu sendiri, geng.
Baca juga artikel seputar Sains atau artikel menarik lainnya dari Muhammad Irsyad.
BACA JUGA
Artis CA Digerebek Polisi Setelah 5 Kali Layani Prostitusi Bertarif Rp30 Juta
8 Potret Ivan Gunawan Saat Mengasuh Dua Bayi Bonekanya, Bak Anak Sendiri!
9 Potret Terkini Mantan Bintang Film Dewasa: Ada yang Jadi Pemuka Agama, Lho!
8 Game Gratis Terbaik dari Epic Games di Tahun 2021, Dijamin Seru!
Viral! Kisah Haji Endang Pemilik Jembatan Perahu Unik, Mampu Raup Omzet Rp25 Juta Sehari!
11 Potret Gerobak Jualan Berkonsep Serba Nyeleneh, Gak Sinkron Banget!