Penciptaan dan perilisan sebuah game tentu melibatkan berbagai keputusan bisnis dan kreatif dari berbagai departemen yang saling bekerja sama.
Namun, berkat satu keputusan yang salah, bisa jadi sebuah game justru hancur dan membuat kecewa para penggemar yang sudah menanti-nantikan perilisan game tersebut.
Sebagaimana game yang gagal padahal sudah hype, berikut adalah game-game yang hancur akibat satu keputusan bodoh dan mengakibatkan pengalaman bermain jadi tidak menyenangkan.
5 Game dengan Satu Keputusan Bodoh yang Bikin Hancur
Meskipun dibuat atau dirilis oleh perusahaan game terkenal, memiliki gameplay yang menarik, atau menjadi lanjutan dari game populer, namun hal-hal tersebut tidak lantas menjadikan sebuah game otomatis sukses.
Mirip dengan keputusan terburuk yang menghancurkan sekuel terkenal, game-game di bawah ini justru menyia-nyiakan potensi yang ada dan membuat keputusan yang salah.
Akibatnya, satu keputusan tersebut menghancurkan keseluruhan gamenya yang telah dirancang dengan baik, sehingga tidak mendapatkan kesuksesan seperti yang diharapkan.
1. Star Wars Battlefront II

Ketika Star Wars Battlefront dirilis pada 2015, para penggemar mengeluhkan kurang mendalamnya konten yang disajikan, sehingga gamenya terasa begitu-begitu saja. Pada akhirnya, EA menjanjikan sekuel yang lebih baik pada 2017.
Tapi, ternyata Battlefront II juga tidak hadir tanpa kekurangan. Pemain harus membayar agar bisa unlock berbagai item dalam loot box yang dapat memberikan keuntungan dalam game.
Model microtransaction ini dinilai sebagai cara yang rakus untuk mendapatkan uang dari para pemain. Akibat kontroversi yang menghancurkan game bagus ini, EA mendapat banyak kritikan hingga penurunan saham.
2. Driver

Sebelum kamu mulai bermain video game, biasanya ada bagian tutorial yang menjelaskan cara memainkan game tersebut. Tapi, tutorial game Driver justru menyusahkan para pemain.
Berlokasi di tempat parkir, kamu harus melakukan berbagai manuver yang terdapat dalam daftar. Masalahnya, tidak ada penjelasan bagaimana manuver tersebut harus dilakukan.
Jika kamu memainkan game ini pada 1999 ketika masih anak-anak, kamu mungkin juga tidak tahu apa itu "slalom". Oleh karena itu, Driver bisa dikategorikan sebagai game yang menghancurkan masa kecil karena terlalu sulit dimainkan.
3. Metal Gear Solid V: The Phantom Pain

Dinilai dari segi gameplay, Metal Gear Solid V adalah game yang sangat mengesankan. Sayangnya, game rilisan Konami ini memiliki jalan cerita yang tidak lengkap dan terkesan terburu-buru.
Hal ini dikarenakan Metal Gear Solid V dirilis sebelum benar-benar selesai. Penyebabnya, Konami merasa bahwa pencipta game ini, Hideo Kojima, memakan waktu terlalu lama untuk menyelesaikan gamenya.
Akibatnya, jalan ceritanya tiba-tiba berakhir dan ada level game yang dihapus, yaitu episode ketiga yang seharusnya Snake melawan Eli di pulau tempatnya memimpin.
4. Deus Ex: Human Revolution

Pihak pengembang Deus Ex: Human Revolution, Eidos Montreal, mengalami kesulitan ketika menyelesaikan game ini, sehingga mereka menyerahkan pembuatan adegan pertarungan melawan para bos kepada tim developer lain, yaitu Grip Entertainment.
Hasilnya, terjadi ketidaksesuaian gaya permainan antara adegan-adegan pertarungan tersebut dengan keseluruhan gamenya. Tingkat kesulitannya pun dirasa terlalu tinggi oleh para pemain.
Namun, Eidos Montreal pada akhirnya merilis versi Director's Cut dengan level kesulitan yang telah dikurangi. Tapi, tentu saja pemain harus membeli gamenya lagi untuk dapat memainkan versi tersebut.
5. The Last Guardian

Meskipun memiliki tampilan yang artistik dan jalan cerita yang emosional, namun The Last Guardian juga membuat frustrasi para pemain. Pasalnya, game lanjutan Shadow of the Colossus ini memiliki kontrol, AI, dan desain kamera yang aneh.
Padahal, di game ini kamu harus mengarahkan Trico, makhluk campuran anjing-kucing-burung raksasa. Kontrol yang kurang responsif tentu menyulitkan tugas ini dan sering kali membuat pemain merasa emosi.
Beberapa pemain beranggapan bahwa Trico yang sulit diatur justru menyerupai hewan di kehidupan nyata. Lagipula, setidaknya The Last Guardian tidak memiliki fakta mengerikan di game sebagaimana Shadow of the Colossus.
Akhir Kata
Itu dia game yang hancur akibat satu keputusan bodoh hingga membuat para gamers malas untuk melanjutkan bermain. Akibatnya, game-game di atas semakin ditinggalkan dan kurang berkesan bagi para penggemar.
Padahal, jika dilihat dari berbagai aspek lainnya, game-game tersebut berpotensi untuk meraih kesuksesan yang lebih tinggi dibanding yang didapatkan saat ini, lho.
Baca juga artikel seputar Out Of Tech atau artikel menarik lainnya dari Sheila Aisya Firdausy.