Perjuangan Shin Tae Yong memimpin Timnas Indonesia telah mendapat pujian dari salah satu legenda sepak bola Indonesia, Bambang Pamungkas. Menurut Bepe, sapaan akrab Bambang Pamungkas, pelatih asal Korea Selatan itu mampu membawa Skuad Garuda berkembang pesat.
"Saya pribadi melihat perkembangan tim sangat bagus," puji Bepe dalam siniar di kanal Sport77 Official. "Setelah sekian lama tidak lolos ke Piala Asia, kita akhirnya lolos lagi. Meskipun kita masih gagal pada beberapa event, namun secara keseluruhan, timnas ini sudah menunjukkan kemajuan yang signifikan," tambahnya.
Sebelumnya, spekulasi tentang nasib Shin Tae Yong telah mencuat ketika kontraknya akan habis pada Juni 2024 mendatang. Spekulasi ini muncul setelah performa Skuad Garuda, julukan Timnas Indonesia, kurang memuaskan dalam dua pertandingan terakhir melawan Irak dan Filipina.
Kontrak awal STY sebenarnya habis pada akhir tahun 2023. Namun, bulan lalu, kontraknya diperpanjang hingga Juni 2024.
Sejauh ini, pelatih berusia 53 tahun tersebut telah memimpin tim Indonesia, termasuk di kelompok umur U-20, U-23, dan U-19, dalam 84 pertandingan.
Menurut Bepe, peran STY bersama Timnas Indonesia tidak hanya sampai di situ. Pelatih berusia 53 tahun itu dinilainya mampu mengorbitkan sejumlah pemain yang berpotensi menjadi tulang punggung Timnas Indonesia di masa depan.
"Dulu, orang selalu bilang kita tidak punya targetman. Namun, sekarang, menurut saya, kita punya beberapa, seperti Hokky Caraka, Ramadhan Sananta, juga Dimas Drajad," ungkap Bepe.
"Ini artinya, sekarang ada pemain yang mulai diberi kesempatan untuk bermain di posisi yang selama ini sulit. Saat ini, kita bisa melihat ternyata ada potensi. Dan, ia juga berani memanggil pemain-pemain muda," tambahnya.
Bambang Pamungkas juga menyoroti pengalaman sebelumnya dengan pelatih timnas yang pernah menduduki posisinya. "Pengalaman saya mengatakan bahwa itu bukan jadi solusi yang tepat. Ketika saya memperkuat timnas selama kurang lebih 13 tahun, ada sebelas pelatih," ucap Bepe.
"Jadi, kita tidak pernah punya pola yang tepat. Belum selesai berubah lagi. Belum maksimal diganti lagi. Kita punya pengalaman dengan Luis Milla, yang prosesnya bagus, tapi tiba-tiba diganti di tengah jalan. Akhirnya harus mengulang lagi, karena sistem yang dilakukan Milla dan STY kan berbeda. Keduanya pelatih bagus, tapi kalau di-mix kan tidak tepat," lanjutnya.