Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, berencana menerapkan program unggulan "Susu Gratis" saat masa pemerintahan mereka dimulai pada 20 Oktober 2024.
Dalam perkembangannya, tim Prabowo-Gibran mempertimbangkan alternatif selain susu sapi, salah satunya adalah susu ikan yang kini menjadi viral dan bahan perbincangan publik.
Dr. Epi Taufik, Doktor Bidang Biokimia Susu dan dosen Fakultas Peternakan IPB, menyatakan bahwa istilah "susu ikan" belum pernah didengar dalam dunia peternakan.
Ia mempertanyakan palatabilitas produk tersebut dan menyarankan agar tidak mengaitkannya dengan program susu gratis.
"School milk program di mana-mana di dunia, ya, susu sapi atau susu hewan," ujarnya.
Menurut CODEX Alimentarius, susu didefinisikan sebagai sekresi normal dari hewan perah atau mamalia. Dr. Epi menegaskan bahwa "susu ikan" lebih tepat disebut sebagai minuman protein yang diproses dari bahan selain hewan mamalia.
Meski demikian, inovasi susu ikan telah dikembangkan oleh Berikan Protein Initiative di Indramayu, Jawa Barat. CEO perusahaan tersebut, Maqbulatin Nuha, mengklaim bahwa satu gelas susu ikan setara dengan dua gelas susu sapi dalam hal kandungan nutrisi.
"Keunggulan lainnya adalah bahan bakunya 100 persen berasal dari Indonesia," tambahnya.
Susu ikan diproduksi menggunakan teknologi canggih yang mengubah ikan segar menjadi bubuk asam amino melalui proses hidrolisat protein ikan. Produk ini diklaim memiliki kandungan protein lebih tinggi dan mengandung EPA, DHA, serta Omega 3 yang tidak terdapat dalam susu sapi.
Inovasi ini muncul sebagai respons terhadap kebutuhan susu nasional yang mencapai 4,3 juta ton per tahun, dengan kontribusi susu lokal baru mencapai sekitar 22,7 persen. Susu ikan diharapkan dapat menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan gizi dalam program makan siang gratis bagi 82,9 juta orang, termasuk 74,2 juta anak sekolah, 4,3 juta santri, dan 4,4 juta ibu hamil.