Yasuo Takamatsu, pria berusia 67 tahun asal Jepang, menunjukkan betapa kuatnya cinta dan dedikasi dalam mencari istrinya, Yuko, yang hilang saat tsunami dahsyat melanda Jepang pada 11 Maret 2011. Peristiwa yang dipicu oleh gempa berkekuatan 9,1 magnitudo itu telah merenggut nyawa ribuan orang, termasuk Yuko.
Selama lebih dari satu dekade, Takamatsu tak pernah menyerah dalam upayanya mencari jasad sang istri. Sejak 2013, ia telah menyelam lebih dari 600 kali ke dasar laut, berharap dapat menemukan tanda-tanda keberadaan Yuko.
"Saya sudah menduganya akan sulit dan saya merasa cukup sulit, tetapi itu satu-satunya yang dapat saya lakukan. Saya tidak punya pilihan selain terus mencarinya. Saya merasa paling dekat dengannya di lautan," ungkap Takamatsu.
Meski menghadapi bahaya laut dan gejolak emosi setiap kali pulang dengan tangan kosong, Takamatsu tetap teguh dalam tekadnya. Ia menyisir dasar laut dengan teliti, namun hingga kini belum menemukan jejak istrinya.
Takamatsu mengakui bahwa hatinya belum bisa mengikhlaskan kepergian Yuko. Ia menyadari bahwa proses pemulihan perasaan membutuhkan waktu yang lama, tidak hanya bagi dirinya tetapi juga bagi banyak warga Jepang yang kehilangan orang tercinta dalam bencana tersebut.
"Pemulihan hati orang-orang... akan membutuhkan waktu," katanya.
Hingga tahun 2024, Takamatsu masih melanjutkan ritualnya menyelam ke laut. Ia tinggal di sebuah kota pesisir, dengan jiwa yang masih terbebani oleh tragedi masa lalu. Meskipun suatu saat mungkin ia akan mengakhiri pencariannya dan mencoba mengikhlaskan kepergian sang istri, untuk saat ini Takamatsu tetap bertekad melanjutkan usahanya.
Kisah Takamatsu menjadi pengingat akan kekuatan cinta dan kesetiaan yang mampu bertahan bahkan dalam menghadapi tragedi terbesar. Pencarian tanpa lelah ini juga menggambarkan betapa dalamnya luka yang ditinggalkan oleh bencana alam, serta perjuangan emosional yang harus dihadapi oleh para penyintas dalam proses pemulihan.