Sebuah peristiwa unik yang terjadi di Kuwait kembali menjadi perbincangan hangat di media sosial. Pasangan pengantin baru memutuskan bercerai hanya tiga menit setelah dinyatakan resmi sebagai suami istri, menjadikannya pernikahan terpendek dalam sejarah negara tersebut.
Insiden ini bermula saat pasangan tersebut hendak meninggalkan gedung pengadilan usai prosesi pernikahan. Sang mempelai wanita tiba-tiba tersandung, dan bukannya membantu, sang suami justru menghina istrinya dengan menyebutnya "bodoh". Merasa terhina, mempelai wanita langsung meminta hakim untuk membatalkan pernikahan mereka saat itu juga.
Hakim yang menangani kasus tersebut menyetujui permintaan pembatalan pernikahan, menciptakan rekor baru pernikahan terpendek di Kuwait. Meski sebenarnya terjadi pada tahun 2019, kisah ini kembali viral dan menuai berbagai tanggapan dari netizen.
"Pernikahan tanpa rasa saling menghormati adalah sebuah kegagalan sejak awal," komentar salah seorang warganet, menyoroti pentingnya sikap saling menghargai dalam hubungan pernikahan.
Kasus serupa pernah terjadi di Inggris pada tahun 2004. Scott McKie dan Victoria Anderson mengajukan gugatan cerai hanya 90 menit setelah mengucapkan sumpah pernikahan di Manchester Raya. Perceraian ini dipicu oleh perilaku kasar McKie yang bersulang dengan pengiring pengantin dan kemudian terlibat perkelahian dengan polisi saat resepsi pernikahan.
Kedua kasus ini mengingatkan akan pentingnya komunikasi, rasa hormat, dan kematangan emosional dalam membangun rumah tangga. Meski terkesan ekstrem, peristiwa-peristiwa ini menjadi pembelajaran berharga tentang bagaimana sikap dan perilaku pasangan di awal pernikahan dapat menentukan kelangsungan hubungan ke depannya.
Fenomena pernikahan singkat ini juga memunculkan pertanyaan tentang kesiapan mental dan emosional pasangan sebelum memutuskan untuk menikah, serta pentingnya periode pendekatan yang cukup sebelum mengambil keputusan besar seperti pernikahan.