Seorang mahasiswi Universitas Jambi (UNJA), RM (22 tahun), membagikan kisah memilukannya terkait pengalamannya bekerja di Jerman. RM dan sejumlah mahasiswa UNJA lainnya mengikuti program Ferienjob di negara tersebut, dengan harapan mendapatkan pengalaman magang yang berharga. Namun, apa yang mereka temui di lapangan ternyata jauh dari ekspektasi.
Ferienjob sebenarnya bukanlah program magang Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) seperti yang mereka pikirkan, melainkan lebih tepat sebagai pekerjaan paruh waktu selama masa liburan.
RM merasa sedih bahkan sampai menangis karena pekerjaannya di Jerman lebih mirip dengan menjadi kuli bangunan.
Ia harus bekerja keras selama 11 jam sehari tanpa jeda, terus berdiri dan melakukan tugas-tugas seperti menyortir buah dan memperbaiki dinding serta lantai apartemen.
Tidak hanya itu, cuaca di Jerman juga menjadi tantangan bagi RM dan teman-temannya. Mereka harus beradaptasi dengan suhu dingin yang sangat berbeda dengan Indonesia. Bahkan dalam satu malam kerja panjang tersebut, RM harus menghadapi cuaca dingin intens sambil menjalani masa datang bulan.
Pada awalnya, RM dan puluhan mahasiswa lain dari berbagai universitas di Indonesia ditampung di Frankfurt sejak tanggal 11 Oktober 2023. Namun, agen tenaga kerja yang menyalurkan mereka ke perusahaan Nordgem se Krogmann tidak menyediakan transportasi. Akibatnya, RM dan teman-temannya terpaksa harus berjalan kaki selama 1,5 jam di tengah musim dingin menuju Stasiun Schwarmstedt.
Nahasnya lagi, RM hanya mendapatkan upah sebesar 1,8 juta bersih selama 3 bulan bekerja. Ia juga masih harus membayar utang 7,6 juta untuk biaya izin kerja dan biaya layanan dari perusahaan penyalur.