Fenomena luar biasa baru saja menggegerkan dunia astronomi di sekitar ekuator Matahari. Sebuah lubang gelap yang lebarnya mencapai 60 kali ukuran Bumi tiba-tiba muncul, menciptakan kehebohan di kalangan para ahli bintang. Apa yang sebenarnya terjadi?
Dalam bidang ilmu astronomi, lubang koronal menjadi pusat perhatian. Lubang ini memiliki kemampuan untuk melepaskan aliran radiasi dengan kecepatan tinggi, langsung menuju Bumi, yang dikenal sebagai "angin matahari".
Rabu (6/12/2023), laporan dari Live Science mengungkapkan bahwa lubang koronal baru ini terbentuk di sekitar ekuator Matahari pada 2 Desember dan dengan cepat mencapai lebar maksimum sekitar 800.000 kilometer hanya dalam waktu 24 jam.
Dikenal dengan bercak gelapnya, lubang koronal tampak lebih dingin dan kurang padat dibandingkan plasma sekitarnya, serupa dengan penyebab bintik matahari yang tampak hitam. Namun, perlu diingat bahwa lubang koronal hanya terlihat dalam sinar ultraviolet.
Para ahli mengingatkan kita untuk berhati-hati terhadap "angin matahari". Aliran radiasi ini sering memicu gangguan pada perisai magnet Bumi, yang dikenal sebagai badan geomagnetik. Sebelumnya, lubang koronal yang muncul pada bulan Maret telah menciptakan badai geomagnetik terkuat dalam lebih dari enam tahun.
Para ilmuwan awalnya memperkirakan lubang raksasa terbaru ini dapat menyebabkan badai geomagnetik moderat (G2), yang dapat mengakibatkan pemadaman radio dan tampilan aurora yang spektakuler. Namun, untungnya, intensitas angin matahari ternyata lebih rendah dari yang diperkirakan, membuat badai yang dihasilkan saat ini hanya bersifat lemah (G1).
Berapa lama lubang koronal ini akan bertahan di Matahari? Lubang koronal sebelumnya telah bertahan lebih dari satu rotasi matahari (27 hari) di masa lalu. Tentu saja, para ilmuwan akan terus memantau fenomena ini dengan cermat, mengingat dampak potensialnya yang sangat signifikan bagi Bumi.