Kacau, Indonesia Juara 1 Paling Rawan Kena Serangan Siber di Asia Tenggara

Ditulis oleh Ayu Kusumaning Dewi - Wednesday, 30 October 2024, 16:32
Dari semua negara di Asia Tenggara, Indonesia yang paling rentan serangan siber. Memang harus lebih hati-hati lagi nih, geng!

Penelitian terbaru dari perusahaan keamanan siber Trend Micro Incorporated mengungkapkan bahwa Indonesia kini memimpin di Asia Tenggara sebagai negara dengan indeks risiko ancaman siber tertinggi. Laporan berjudul "Intercepting Impact: 2024 Trend Micro Cyber Risk Report" ini diluncurkan pada Kamis (24/10/2024) dan dibahas dalam BFSI Cybersecurity Summit 2024 di Jakarta.

Temuan ini menggarisbawahi betapa rentannya akun dan perangkat di Indonesia terhadap serangan siber, khususnya melalui malware seperti ransomware dan ancaman berbasis kecerdasan buatan (AI).

Menurut laporan tersebut, dari 22,6 juta perangkat yang diteliti secara global, sebanyak 877.316 perangkat berada dalam kategori berisiko tinggi. Selain itu, dari 53,9 juta akun yang dianalisis, 12.346 akun juga masuk dalam kategori serupa.

Indonesia menjadi negara yang paling rentan di Asia Tenggara dengan indeks risiko siber mencapai 44,0, dibandingkan rata-rata kawasan yang berada di angka 43,2.

Rentannya perangkat di Indonesia disebabkan oleh luasnya permukaan serangan yang mengakibatkan perangkat lebih rentan terhadap ancaman. Sebagai contoh, data dari Trend Micro mencatat bahwa aplikasi cloud berisiko menjadi ancaman yang paling sering terjadi di Asia Tenggara, di mana Indonesia mengalami rata-rata 6.181.349 kejadian akses aplikasi berisiko.

Indeks risiko siber ini dikalkulasikan melalui metrik yang mempertimbangkan tiga aspek utama: paparan risiko, serangan, dan konfigurasi keamanan. Hasil dari perhitungan ini membagi level risiko menjadi rendah (skor 0-30), menengah (skor 31-69), dan tinggi (skor 70-100). Indonesia, dengan indeks 44,0, masuk dalam kategori risiko menengah, tetapi tetap menjadi yang tertinggi di antara negara-negara Asia Tenggara lainnya.

Laksana Budiwiyono, Country Manager Trend Micro Indonesia, mengungkapkan pentingnya deteksi dini terhadap ancaman siber guna mencegah dampak yang lebih besar.

Di sisi lain, laporan ini juga menunjukkan bahwa perusahaan di Indonesia masih memiliki waktu rata-rata yang cukup lama untuk mengatasi kerentanan keamanan, yakni sekitar 45,1 hari. Waktu rata-rata ini lebih lambat dibandingkan rata-rata global yang hanya memerlukan waktu 29,3 hari.

ADVERTISEMENT

Dalam menghadapi situasi ini, Trend Micro merekomendasikan agar perusahaan serta pengguna individu lebih aktif dalam menerapkan pembaruan pada sistem dan aplikasi, serta menggunakan autentikasi multi-faktor sebagai langkah tambahan keamanan.

Investasi dalam teknologi keamanan proaktif juga dianjurkan, terutama mengingat peningkatan ancaman ransomware di Indonesia. Dengan langkah ini, diharapkan perusahaan dapat memperkuat perlindungan aset digital mereka dan meningkatkan kesiapan menghadapi ancaman siber.

Baca artikel dan berita menarik dari JalanTikus lainnya di Google News

Kembali Keatas