Perubahan besar sedang terjadi di sektor perbankan Indonesia. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru-baru ini mengungkapkan bahwa ribuan mesin ATM dan jaringan kantor bank di Indonesia telah tutup.
Dalam laporan surveilans perbankan yang dirilis OJK untuk triwulan IV-2023, disebutkan bahwa jaringan kantor bank umum konvensional (BUK) berkurang sebanyak 4.676 unit, menyisakan 115.539 unit di seluruh Indonesia.
Baca Juga: Link Video Ibu dan Anak di Kuningan 11 Detik Viral di Media Sosial, Awas Jangan Asal Klik!
Tak hanya itu, jumlah mesin ATM, CDM, dan CRM pun turun sebanyak 1.417 unit, dari sebelumnya 92.829 menjadi 91.412 unit.
Lalu, apa sebenarnya yang memicu penurunan drastis ini? Menurut pengamat perbankan dan praktisi sistem pembayaran, Arianto Muditomo, fenomena ini disebabkan oleh beberapa faktor.
Salah satu yang utama adalah pergeseran kebiasaan transaksi masyarakat, dari yang dulunya berbasis tunai melalui mesin ATM, kini beralih ke layanan digital seperti mobile banking dan aplikasi perbankan.
Baca Juga: Terindah di 2024, Kenali Hujan Meteor Orionid dan Cara Melihatnya dari Indonesia
"Penurunan jumlah mesin ATM di Indonesia merupakan fenomena yang kompleks dengan berbagai faktor yang mendasarinya. Baik dari sudut pandang bank maupun nasabah, terdapat alasan logis dan strategis di balik tren ini," ujar Arianto, sebagaimana dihimpun dari CNBC Indonesia, Senin (7/10/2024).
Selain perubahan perilaku nasabah, faktor lain yang tak kalah penting adalah biaya investasi dan perawatan mesin ATM yang cukup tinggi.
Menurut Arianto, dari sudut pandang bank, memelihara jaringan mesin ATM memerlukan biaya besar, mulai dari perawatan hingga pengisian ulang uang tunai.
Baca Juga: Android Punya Fitur Keamanan Baru, Bikin Enggak Mudah Dibobol Maling!
Dengan meningkatnya penggunaan layanan digital, bank mulai mengurangi jumlah mesin ATM yang dianggap tidak lagi memberikan keuntungan maksimal.
Meski demikian, Arianto menekankan bahwa ATM masih tetap memiliki peran vital, terutama di wilayah yang belum terjangkau internet stabil.
Baca Juga: Meta Hadirkan Tampilan Baru Facebook yang Lebih Gen Z, Apa yang Berubah?
Oleh karena itu, ia mengingatkan pentingnya inovasi dalam menghadirkan layanan perbankan yang seimbang antara digitalisasi dan kebutuhan akses fisik.
"Pada saatnya nanti, akan ditemukan kesetimbangan baru antara pengguna layanan digital penuh, ATM, dan gerai cabang fisik," tambah Arianto.
Bagi nasabah di daerah yang masih mengandalkan ATM, layanan ini tetap diperlukan, setidaknya sampai infrastruktur digital siap menyokong kebutuhan masyarakat secara penuh.
Baca artikel dan berita menarik dari JalanTikus lainnya di Google News