Rumput stadion sepak bola di Indonesia sering kali dinilai jelek karena beberapa faktor yang terkait dengan perawatan dan penggunaan lapangan. Pengelolaan rumput stadion di dalam negeri sering tidak dilakukan dengan konsistensi yang tinggi.
Stadion Gelora Bung Karno (GBK) misalnya, sering mengalami kerusakan rumput yang signifikan meskipun telah dilakukan perawatan sebelumnya. Padahal, GBK sering digunakan Timnas Indonesia untuk menggelar pertandingan internasional.
Kembali Disorot saat Indonesia vs Australia
Pekan lalu, media sosial ramai memperbincangkan laga antara Timnas Indonesia melawan Australia yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) pada Selasa, 10 September 2024. Laga ini adalah bagian dari babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Salah satu topik yang hangat dibicarakan oleh warganet adalah kondisi rumput di GBK. Banyak yang menilai kualitas lapangan kurang baik dan tidak ideal untuk pertandingan sepak bola. Bahkan, masalah rumput ini sempat menjadi trending topic di X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter).
Padahal, sehari sebelum pertandingan, Ketua Umum PSSI Erick Thohir telah memeriksa kondisi lapangan dan menyatakan bahwa Stadion Utama GBK dalam keadaan baik dan siap digunakan tanpa mengganggu jalannya pertandingan.
Mundur lebih jauh, Jakarta International Stadium (JIS) juga menjadi sorotan dalam penyelenggaraan Piala Dunia U-17 2023. Pada laga pembuka, Timnas Inggris menang telak 10-0 atas Kaledonia Baru, diikuti oleh kemenangan Iran 3-2 atas Brasil.
Kualitas rumput JIS dikritik oleh netizen saat menggelar laga Grup C Piala Dunia U-17 2023. Namun, PSSI menyangkal dengan mengklaim bahwa tidak ada keluhan dari para tim peserta, sehingga pertandingan berjalan lancar sesuai jadwal.
Kombinasi Penyebab Rumput Stadion Jelek
Kondisi rumput stadion sering kali menjadi sorotan netizen dan pengamat. Misalnya, pengamat sepak bola Kesit B Handoyo menilai bahwa buruknya kondisi rumput di GBK karena pengelola tidak ketat dalam pengaturan pemakaian lapangan.
Dirangkum dari berbagai sumber, Selasa (17/09), berikut ini adalah beberapa alasan hampir semua rumput stadion sepak bola di Indonesia berkualitas buruk.
Penggunaan yang Berlebihan: Stadion utama seperti GBK sering digunakan untuk kegiatan non-olahraga seperti konser musik, yang dapat mempengaruhi kondisi rumput. Penggunaan yang berlebihan ini dapat menyebabkan kerusakan rumput yang tidak dapat diperbaiki dengan cepat.
Kualitas Bahan dan Teknologi: Kualitas bahan dan teknologi yang digunakan dalam perawatan rumput juga dapat mempengaruhi hasilnya. Misalnya, Stadion Manahan di Solo yang memiliki standar FIFA, membutuhkan biaya perawatan yang besar sebesar Rp750 juta per tahun untuk menjaga kualitas rumput yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa perawatan yang berkualitas membutuhkan biaya yang signifikan.
Lack of Standardization: Pengelolaan rumput stadion di Indonesia sering kali tidak memenuhi standar internasional. Misalnya, Stadion Jakarta International Stadium (JIS) yang digunakan untuk Piala Dunia U-17 2023, memiliki kondisi rumput yang berbeda-beda dan tidak ramah di mata, meskipun dipuji oleh tim peserta. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan rumput tidak selalu memenuhi standar yang tinggi.
Baca artikel dan berita menarik lainnya dari JalanTikus di Google News