Sarangnya Keringat dan Aroma Tak Sedap, Kenapa Ada Orang yang Suka bahkan Punya Fetish Bau Ketiak?

Ditulis oleh Ayu Kusumaning Dewi - Friday, 23 August 2024, 12:05
Bagi banyak orang, bau ketiak sangat mengganggu. Tapi bagi yang lain, bisa bikin tenang hingga membangkitkan nafsu. Ternyata ini ada alasan ilmiahnya~

Mungkin terdengar aneh, tapi mencium ketiak pasangan ternyata bukan sekadar kebiasaan eksentrik. Fenomena ini memiliki dasar ilmiah dan bahkan bisa bermanfaat bagi hubungan. Siapa sangka, dibalik aroma yang sering dianggap kurang sedap itu, tersembunyi cerita tentang daya tarik seksual dan kecocokan genetik?

BACA JUGA
  • Trimester atau Semester? Ini Sebutan yang Benar dalam Kehamilan

Rahasia di Balik Aroma Tubuh Pasangan

Claus Wedekind, seorang peneliti dari University of Lausanne, pernah melakukan studi menarik. Ia menemukan bahwa wanita cenderung menyukai aroma tubuh pria yang memiliki sistem kekebalan berbeda dari dirinya. Kuncinya ada pada major histocompatibility complex (MHC), semacam kode genetik yang mempengaruhi sistem imun kita.

Ketertarikan pada aroma pasangan yang berbeda secara genetik ini rupanya punya tujuan evolusioner. Perpaduan gen yang berbeda dipercaya bisa menghasilkan keturunan dengan sistem kekebalan yang lebih tangguh. Jadi, kalau kamu merasa tergila-gila dengan aroma pasanganmu, bisa jadi itu adalah bisikan alam untuk menjaga kelangsungan spesies.

Bicara soal aroma tubuh, kita tak bisa lepas dari feromon. Meski keberadaannya pada manusia masih jadi perdebatan, hormon ini diduga berperan besar dalam ketertarikan seksual. Siapa tahu, feromon inilah yang membuat sebagian orang begitu tergila-gila dengan aroma ketiak pasangannya.

BACA JUGA
  • Cacar Monyet: Gejala dan Asal-usul Penamaan Penyakit

Manfaat Tak Terduga dari Mencium Ketiak Pasangan

Terlepas dari aspek biologisnya, kebiasaan mencium ketiak pasangan ternyata bisa memberikan beberapa manfaat. Pertama, ini bisa jadi cara unik untuk meningkatkan keintiman. Ada rasa aman yang muncul ketika kita menghirup aroma familiar dari orang terkasih.

Bagi sebagian orang, aktivitas ini juga bisa menjadi pemicu gairah seksual. Bayangkan saja, mencium aroma alami pasangan bisa jadi bagian dari foreplay yang menggairahkan. Tentu saja, semua ini harus dilakukan atas dasar kesepakatan bersama.

Yang menarik, mencium aroma pasangan juga bisa membantu mengurangi stres. Ketika kita menghirup aroma yang kita sukai, otak melepaskan hormon oksitosin yang memberikan efek menenangkan. Jadi, kalau kamu merasa stres, mungkin bisa coba 'ngendus' ketiak pasangan. Siapa tahu bisa membantu!

Ketika Ketertarikan Berubah Menjadi Fetish

Namun, seperti hal lainnya dalam hidup, ketertarikan pada ketiak juga bisa berlebihan. Ambil contoh kasus seorang pria berinisial M yang pernah dibagikan oleh saluran YouTube Lenny Diary pada tahun 2020 silam. M mengaku memiliki fetish ketiak dan mulai menyadari ketertarikannya yang tidak biasa ini saat memasuki masa puber di SMP.

ADVERTISEMENT

Berbeda dengan teman-temannya yang mulai tertarik pada bagian tubuh lain, M justru terpesona oleh ketiak. Ia mengaku menyukai ketek yang "bersih, natural, dan terawat". Ketertarikan yang tidak umum ini membuat M merasa insecure dan cenderung menutup diri.

M mengakui bahwa fetishnya ini membuatnya takut untuk terbuka pada orang lain. Ia merasa berbeda dan khawatir akan penolakan sosial. Meski begitu, M mengaku belum berniat untuk "menyembuhkan" ketertarikannya karena merasa nyaman dengan kondisinya saat ini.

BACA JUGA
  • Apakah Megathrust Akan Terjadi di Indonesia? BMKG: Tinggal Menunggu Waktu

Pentingnya Komunikasi Terbuka

Terlepas dari pro dan kontra, fenomena mencium ketiak pasangan menunjukkan betapa kompleksnya daya tarik antar manusia. Yang terpenting adalah komunikasi terbuka dengan pasangan. Bicarakan preferensi dan batasan masing-masing dengan jujur dan penuh pengertian.

Jadi, jika kamu merasa tertarik untuk mencoba "mengendus" ketiak pasanganmu, jangan ragu untuk mendiskusikannya. Siapa tahu, ini bisa jadi cara unik untuk mempererat hubungan kalian. Tapi ingat, selalu hormati kenyamanan dan batasan satu sama lain. Karena pada akhirnya, hubungan yang sehat dibangun atas dasar saling pengertian dan menghargai.

Baca artikel dan berita menarik dari JalanTikus lainnya di Google News

Kembali Keatas