Meski saat ini kendaraan listrik sudah semakin populer, ternyata penjualan motor listrik di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini didukung dengan penjelasan dari Ketua Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia (Aismoli), Budi Setyadi.
Menurutnya, dalam rentang waktu 2019 hingga 2022, hanya terjual sekitar 30 ribu unit motor listrik di Indonesia. Jumlah ini sangat kecil dibandingkan dengan penjualan motor konvensional yang mencapai 29 juta unit dalam periode yang sama.
"Dari mulai 2019 sampai 2022 itu sekitar 30.800-unit motor listrik (yang terjual di Indonesia)," paparnya saat ditemui di IIMS, Kemayoran, Jakarta (23/2).
Budi Setyadi kemudian menambahkan bahwa penyebab utama penjualan sepeda motor listrik di Indonesia masih rendah adalah kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap teknologi baru pada motor listrik.
Meski begitu, ia berharap bahwa pada tahun ini akan terjadi perubahan signifikan dan pada 2024 akan terjual sebanyak 2 juta unit motor listrik di Indonesia.
Pemerintah Target 150 Ribu Kendaraan Listrik di Indonesia
Dilansir dari CNN Indonesia, untuk mendongkrak animo masyarakat dalam penggunaan kendaraan listrik termasuk motor dan mobil listrik, pemerintah Indonesia menargetkan penjualan 150 ribu kendaraan listrik tahun ini.
Dan untuk mencapai target tersebut, pemerintah berencana memberikan subsidi untuk pembelian motor listrik dan insentif untuk pembelian mobil listrik. Hal tersebut sebetulnya sudah terealisasi sedikit demi sedikit.
Saat ini, baru ada tiga merk motor listrik yang TKDN-nya sudah memenuhi standar dan berhak mendapatkan subsidi dari pemerintah. Motor tersebut di antaranya Selis dengan tipe Eagle, Neo Scootic, dan juga E-Max. Ada pun motor listrik lain seperti Gesits, dan Volt.
Baca juga: Bisa Dapat Insentif Rp7 Juta, Ini Syarat Subsidi Motor Listrik Konversi!
Tak hanya soal subsidi, pemerintah bahkan akan menyediakan fasilitas penunjang lain seperti Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). Selain itu, pemerintah juga akan menginstruksikan setiap kantor instansi pemerintahan dan kantor swasta untuk memiliki charging station.
Meskipun demikian, masih banyak masyarakat yang belum akan beralih ke kendaraan listrik karena pertimbangan soal harga jual kembali dari pembelian kendaraan listrik.
"Masyarakat masih (berfikir) bahwa mobil-mobil biasa itu nilai jual kembalinya ada, kalau ini kan (kendaraan listrik) mereka masih gamang, masih ada nilai jual atau tidak. Masyarakat kita itu kan seperti itu," ujar Direktur Sarana Transportasi Jalan Ditjen Perhubungan, Darat Danto Restyawan.
Baca artikel dan berita menarik dari JalanTikus lainnya di Google News
Baca juga artikel Selis E-Max, Alva One, atau artikel Motor menarik lainnya dari Almira Yoshe Alodia.