Mobil Hybrid Tanpa Subsidi Lebih Laris dari Mobil Listrik, Infrastruktur Jadi Pertimbangan Utama

Ditulis oleh Ayesha Agustien - Friday, 11 August 2023, 16:30
Penjualan mobil hybrid tanpa subsidi meroket dibandingkan mobil listrik, pemerintah siapkan strategi baru.

Penjualan mobil hybrid selama periode ini terbukti meningkat tanpa adanya subsidi tambahan dari pemerintah. Fakta menarik ini berbanding terbalik dengan penjualan mobil listrik yang telah mendapatkan bantuan subsidi. Mobil listrik belum mampu menarik minat sebanyak mobil hybrid.

Pada tahun 2022, penjualan mobil listrik dan mobil hybrid hampir seimbang, masing-masing mencapai 10.327 unit dan 10.344 unit. Namun, pada paruh pertama tahun 2023, penjualan mobil hybrid, termasuk varian plug-in, mengalami peningkatan drastis menjadi 17.280 unit, sementara penjualan mobil listrik, termasuk model-model lain, hanya mencapai 5.850 unit.

Kenaikan penjualan mobil hybrid dapat diatributkan kepada munculnya berbagai model baru seperti Toyota Kijang Innova Zenix Hybrid dan Suzuki XL7 Hybrid. Sementara itu, penjualan mobil listrik masih terbatas pada dua model yang telah mendapatkan subsidi sejak tahun lalu.

Dua model mobil listrik yang mendapatkan subsidi adalah Wuling Air EV dan Hyundai Ioniq 5. Sejauh ini, keduanya belum mampu mengungguli penjualan mobil hybrid. Padahal, mobil listrik tersebut telah diberikan potongan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10 persen sejak April 2023 lalu, dengan mobil yang memenuhi syarat hanya dikenakan PPN sebesar 1 persen.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian, Taufiek Bawazier, menjelaskan bahwa salah satu faktor yang membuat masyarakat lebih memilih mobil hybrid adalah infrastruktur pengisian baterai yang belum merata dan kemudahan penggunaannya. Dalam suatu diskusi mengenai Otomotif dan Dekarbonisasi Indonesia, Taufiek mengungkapkan pandangan bahwa masyarakat lebih cenderung memilih mobil hybrid karena alasan kenyamanan dan kepraktisan.

"Ini saya bisa salah, saya mengungkapkan itu bayangan orang berubah kebiasaan yang tadinya ini ada hybrid ini nanti kalau di tengah jalan habis bensin bisa isi full. Begitu di dalam kota baterainya muncul dia bisa irit 50 persen," ujarnya.

Meskipun mobil hybrid menggunakan kolaborasi antara mesin pembakaran dalam dan motor elektrik, penerapan sistem kerjanya dapat beragam. Sebagai contohnya adalah hybrid electric vehicle (HEV), plug-in hybrid electric vehicle (PHEV), dan mild hybrid.

Di pasar Indonesia, mobil hybrid didominasi oleh merek-merek Jepang, sementara mobil listrik cenderung lebih banyak diproduksi oleh merek-merek China dan Korea Selatan.

ADVERTISEMENT

Taufiek mengungkapkan bahwa pemerintah sedang mengkaji kemungkinan memberikan subsidi tambahan untuk mobil listrik, meskipun belum ada formulasi yang pasti. Salah satu pendekatan yang sedang dipertimbangkan adalah memberikan 'reward' berdasarkan emisi gas buang yang dihasilkan oleh kendaraan. Semakin rendah emisinya, semakin besar potensi mendapatkan insentif.

"Kami akan mencoba pendekatan yang karbon unit analisis. Misalkan sekarang produk A dia cuma 95 gram CO2 per km, nanti tahun depan dia mengeluarkan produk baru 75 gram per km, inilah yang diberikan reward supaya bisa lagi masuk 40 gram per km, ke 30 gram per km, dan seterusnya," papar Taufiek.

Dengan perkembangan ini, pasar mobil hybrid di Indonesia terus menunjukkan potensi pertumbuhan yang signifikan. Infrastruktur pengisian baterai dan faktor-faktor praktis lainnya tetap menjadi pertimbangan utama bagi masyarakat dalam memilih kendaraan yang ramah lingkungan.

Kembali Keatas