Baterai elektrik kendaraan (EV) asal China menjadi sorotan setelah ada beberapa kasus mobil listrik yang mengalami masalah baterai. Pertamina New & Renewable Energy atau Pertamina NRE belakangan ini secara blak-blakan menyatakan keluhannya terhadap kualitas baterai motor listrik dari negeri panda tersebut.
"Lifetime yang kita beli dari China itu dijanjikan 2-3 tahun, tapi baru 1 tahun sudah rusak. Rusaknya macam-macam, cuma memang kalau motor idealnya selama mungkin," kata Fadli Rahman, Director of Strategic Planning and Business Development, Pertamina New & Renewable Energy, dalam acara Press Conference and The Launch of Electric Vehicle White Paper by Deloitte Indonesia and Foundry pada Rabu (13/9/2023).
Masalah Harga yang Murah
Usia baterai EV asal China yang pendek juga dikaitkan dengan harganya yang murah dan biaya produksi yang rendah. Banyak pihak yang berpendapat bahwa harga yang murah ini bisa berarti bahwa kualitas baterai juga rendah. Baterai EV asal China biasanya memiliki umur pakai yang lebih pendek, efisiensi energi yang lebih rendah, dan keamanan yang lebih rendah dibandingkan dengan baterai EV asal negara lain.
"Sekarang kembali ke masalah harga mau nggak kalau harga mahal lifetime-nya lama, boleh murah tapi cepat diganti kan lain soal," tutur Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangan Industri sektor ESDM, Agus Tjahajana Wirakusumah.
Untuk mengatasi masalah ini, Pertamina NRE melalui Indonesia Battery Corporation (IBC) sedang mengembangkan baterai motor listrik yang bisa berumur lebih panjang. Menurut Fadli, pihaknya menargetkan dapat memproduksi baterai EV yang bisa dipakai setidaknya selama 4 hingga 5 tahun.
Masalah Kualitas yang Tidak Konsisten
Beberapa baterai EV asal China diketahui memiliki kualitas yang tidak konsisten. Hal ini bisa menyebabkan kendaraan listrik mengalami masalah, seperti jarak tempuh yang pendek, pengisian daya yang lama, dan bahkan kebakaran. Salah satu contoh kasusnya adalah mobil listrik Tesla Model 3 yang menggunakan baterai buatan LG Chem dari China. Mobil ini dilaporkan mengalami penurunan kapasitas baterai hingga 10% setelah 1 tahun penggunaan. Kasus lainnya adalah mobil listrik NIO ES8 yang menggunakan baterai buatan CATL dari China. Mobil ini mengalami 3 kali kebakaran dalam waktu 4 bulan pada tahun 2022.
Masalah kualitas baterai EV asal China ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain kurangnya standar dan regulasi yang ketat untuk produksi baterai EV di China, penggunaan bahan baku yang berkualitas rendah atau palsu, seperti lithium, grafit, atau kobalt, dan penggunaan teknologi yang kurang canggih atau usang, seperti sistem manajemen termal atau pengisian daya.
Baca artikel dan berita menarik dari JalanTikus lainnya di Google News
Baca juga artikel seputar Kendaraan Listrik