Berkembangnya teknologi membawa kita ke era smartphone yang memungkinkan penggunanya melakukan nyaris segala hal. Dengan berbagai fitur dan aplikasi yang tersedia hanya dalam genggaman tangan, tak heran jika harga yang dibanderol untuk memiliki sebuah smartphone tergolong mahal.
Harga smartphone kini memang terbilang mahal, terlebih jika bicara mengenai smartphone kelas high-end atau biasa dikenal dengan istilah flagship, nyaris mustahil menemukan harga murah atau sekedar terjangkau. Semua dibanderol dengan nominal besar. Mengapa demikian? Apakah tren harga smartphone yang mahal ini memang menyesuaikan dengan kapasitas si smartphone sendiri? Jika tidak, berapa seharusnya harga sebuah smartphone?
Berapa Sih Seharusnya Harga Sebuah Smartphone?
Belakangan ini, para pecinta gadget disuguhi banyak berita seputar Samsung Galaxy Note 8 yang di Indonesia sendiri kabarnya bisa dipesan mulai 8 September. Dengan spesifikasi kelas atas dan berbagai fitur menarik seperti S Pen dan dual OIS pada dual kameranya, smartphone tersebut dibanderol di kisaran harga US$ 929 atau setara Rp 12 jutaan.
Tren yang terjadi memang demikian adanya. Jika bicara mengenai flagship, maka semua produsen smartphone mematok harga tinggi. Jika terus berjalan dengan ritme yang sama, maka tren harga smartphone akan menuju angka rata-rata US$ 1.000 atau di atas Rp 13 jutaan!
Bukan sekedar untuk mencari laba dari hasil penjualan, nominal harga yang tinggi seakan menunjukkan tingginya kualitas smartphone. Padahal, hal itu tidak selamanya benar. Ucapan yang sering terdengar di masyarakat bahwa "harga gak bisa bohong" atau "ada harga, ada kualitas" seakan menjadi tolak ukur para produsen smartphone, baik produsen papan atas macam Apple dan Samsung, hingga para produsen asal Cina semisal Lenovo, Xiaomi atau Oppo.
Jika diuraikan seperti pada gambar di atas, maka total harga material smartphone jauh dari harga yang berlaku di pasaran kini. Lalu bagaimana jika ditambahkan dengan fitur-fitur canggihnya? Mungkin memang memakan biaya yang sedikit lebih mahal. Namun, biaya yang diperlukan nyatanya masih jauh di bawah harga ketika di jual ke pasaran.
Ambil contoh pada Galaxy Note 8, seperti dilansir dari Android Pit, dengan berbagai fitur canggih seperti S Pen dan sebagainya, total biaya pembuatannya sesungguhnya lebih rendah US$ 200 atau sekitar Rp 2,6 jutaan dari harga yang dibanderol.
Salah satu faktor yang membuat para produsen berani memasang harga tinggi, selain nama besar mereka, adalah karena kecenderungan masyarakat untuk menggunakannya dalam waktu yang lama. Pun jika sebentar, kebanyakan dari mereka akan lebih memilih menurunkannya ke saudara atau anak, lalu membeli smartphone yang baru.
Logikanya adalah: dengan jangka waktu penggunaan yang lama, maka dengan mematok harga tinggi di awal, harga jual tak akan terlalu kecil. Sehingga ketika smartphone hendak dijual dalam kondisi secondhand atau bekas, harganya pun tak terlalu rendah.
Baca juga artikel seputar Smartphone atau artikel menarik lainnya dari Reynaldi Manasse.