Mengarungi ruang angkasa merupakan impian banyak negara yang sudah dimulai sejak tahun 1960an. Secara khusus, Amerika Serikat dan Uni Soviet menjadi 2 negara adidaya yang saling berlomba jadi yang pertama mendaratkan pesawat di bulan.
Layaknya yang terekam dalam deretan film bertemakan luar angkasa, mereka berjuang dengan sekuat tenaga untuk menciptakan teknologi pesawat terbaik untuk menembus atmosfer Bumi dan menjelajahi luar angkasa.
Sayangnya, nggak semua berjalan mulus. Aneka trial and error terjadi, bahkan korban jiwa pun berjatuhan. Salah satunya adalah tragedi Apollo 1 yang terjadi tanggal 27 Januari 1967.
Kejadian ini menewaskan 3 astronot terbaik Amerika waktu itu dan jadi pukulan telak bagi Negeri Paman Sam. Apa yang sebenarnya terjadi di baliknya, dan bagaimana Amerika menghadapinya?
Penjelajahan Luar Angkasa & Ambisi Presiden Kennedy

Sejak tahun 1960an, topik mengenai penjelajahan luar angkasa menarik perhatian banyak pihak. Puncaknya adalah saat kedua negara adidaya, yakni Amerika Serikat dan Uni Soviet membuat badan khusus antariksa masing-masing.
Amerika sendiri mendirikan "National Aeronautics and Space Administration" (NASA) pada tanggal 29 Juli 1958 dan diserahi tanggung jawab berat untuk merancang dan melaksanakan perjalanan antariksa.
Hal tersebut makin terasa berat saat pemerintahan Presiden J.F. Kennedy (1961-1963). Sang presiden memberi tenggat waktu sampai akhir dekade 1960an bagi NASA untuk membuat pesawat ulang-alik pertama yang bisa mendarat ke Bulan.
Tentu target tersebut dibuat mengingat Amerika sedang bersaing ketat dengan Uni Soviet. Pokoknya, Amerika harus jadi yang nomor 1 dan pionir perjalanan luar angkasa, begitu kira-kira.
Apollo 1: Harapan Pertama Umat Manusia ke Bulan

NASA segera membuat berbagai macam simulasi penerbangan antariksa lewat roket-roket yang mereka buat. Tentu saja, ada banyak trial and error yang harus ditanggung, apalagi jika roket yang mereka garap sampai meledak dan hancur.
Sampai akhirnya, digaraplah sebuah roket bernama Saturn 1-B yang menyempurnakan pendahulunya, roket Saturn 1. Roket ini bakal membawa misi luar angkasa pertama yang diberi nama Apollo 1.
Tentunya misi ini pertama-tama bukan untuk mencari kehidupan di planet lain layaknya film-film bertemakan alien, melainkan sebagai ujud eksplorasi dan adaptasi manusia ke luar angkasa.
3 Astronot Terbaik yang Siap Berangkat

Pada tahun 1966, NASA berhasil memilih 3 astronot terbaik yang berasal dari proyek-proyek NASA sebelumnya, termasuk dari total 7 antariksawan Project Mercury.

Astronot pertama adalah Gus Grissom. Ia adalah veteran Perang Dunia II dan Perang Korea, pilot uji coba Angkatan Udara (AU) Amerika Serikat dan insinyur mekanik.
Ia pun sebelumnya pernah terbang ke luar angkasa dan nyaris tewas karena kesalahan teknis saat kapsul yang ditumpangi jatuh ke laut dan nggak bisa terbuka.

Astronot kedua adalah Ed White. Ia adalah insinyur penerbangan, perwira AU Amerika Serikat, sekaligus astronot yang pernah terbang ke luar angkasa. Ia terkenal berkat atraksi melayang di luar kokpit pesawat saat berada di luar angkasa.

Sebenarnya, astronot terakhir adalah Donn F. Eisele, seorang perwira AU Amerika dan antariksawan terlatih. Sayang, ia mengalami cedera bahu dan butuh operasi. Maka dari itu posisinya digantikan oleh Roger Chaffee, seorang rookie kru veteran angkatan laut (AL).
Bencana di Saat Latihan Akhir

Selama hampir setahun, mereka melakukan latihan intensif demi kelancaran peluncuran misi Apollo 1 ke luar angkasa sekaligus Bulan pada bulan Februari 1967.
Sayangnya, pada tanggal 27 Januari 1967, atau tepatnya sebulan sebelum peluncuran aktual, sebuah bencana mengerikan terjadi.
Kejadian bermula saat para astronot menyelenggarakan latihan terakhir untuk memastikan semua fungsi mesin berjalan optimal.
Nahasnya, sejak latihan tersebut dimulai, teknisi sudah mulai menemukan banyak masalah. Puncaknya ketika pukul 18.00, secara tiba-tiba muncul percikan api di dalam kapsul dan langsung membakar habis isi beserta 3 astronot yang ada di dalamnya.

Ketika dibuka, para teknisi dan regu penyelamat menemukan ketiga jenazah para astronot dalam kondisi mengenaskan, serta menyaksikan pemandangan horor kapsul bagian dalam yang menghitam akibat kebakaran hebat tersebut.
Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Berdasarkan hasil penelitian mendalam yang dilakukan NASA dan tim independen, ditemukan banyak sekali kecacatan yang disebabkan banyak faktor.
Salah satunya, ambisi Pemerintah Amerika yang luar biasa besar membuat NASA bekerja dengan gegabah dan terburu-buru sampai melupakan faktor keselamatan. Semua barang dan perangkat yang ada dalam kapsul sangat mudah terbakar.
Selain itu, mesin khusus dalam kapsul diganti dengan yang lebih ringan dan murah. Hal tersebut membuat seisi kapsul berisi oksigen dengan saturasi hingga 100 persen. Apakah ini baik? Tentu tidak, geng!
Seperti yang kamu pelajari dalam Fisika, api bisa terbentuk berkat oksigen. Maka, jika muncul sepercik api, mau sekecil apapun itu, bakal langsung memicu kebakaran dan ledakan besar gara-gara saturasi oksigen dalam kapsul terlalu besar.
Dilansir Space.com, api muncul dari peralatan yang berada di bawah sofa Grissom. Kombinasi saturasi oksigen terlalu tinggi dan barang-barang mudah terbakar di dalam kapsul langsung membuat api dengan cepat menyebar.
Parahnya, saat itu para astronot berusaha untuk membuka kunci palka yang menjadi penutup kapsul. Sayangnya, proses tersebut membutuhkan waktu hingga 1,5 menit! Tentu saja, ketiganya kehabisan waktu dan tewas di dalamnya.
Pelajaran Berharga bagi NASA dan Amerika

Kejadian tersebut nggak hanya menjadi pukulan terberat, tetapi juga menjadi aib memalukan bagi NASA dan Amerika Serikat. Mereka dianggap terlalu ambisius dalam mencapai sesuatu sampai lalai terhadap hal-hal kecil.
Untungnya, mereka menjadi belajar banyak hal, geng. Sistem keselamatan pun diperbaiki dengan optimal, mesin-mesin diganti dengan yang lebih aman, serta pintu palka penutup kapsul dibuat terbuka lebih cepat, yakni hanya 7 detik.
Akhirnya, pembelajaran tentang Bulan ini membuahkan hasil dengan kesuksesan misi Apollo 11 pada bulan Juli 1969. Misi inipun membuka kesempatan bagi dunia untuk belajar tentang antariksa lebih jauh. Salut banget!
Akhir Kata
Itulah tadi pembahasan khusus Jaka mengenai tragedi kebakaran Apollo 1 yang menewaskan 3 astronot Amerika. Gimana menurutmu, geng?
Jangan lupa tuliskan pendapat kamu pada kolom komentar di bawah. Sampai jumpa di artikel Jaka yang selanjutnya!
Baca juga artikel seputar Sains atau artikel menarik lainnya dari Diptya.