Rugi Terus Walaupun Menjadi Aplikasi Musik Nomor 1, Spotify Bakal Bangkrut?

Default

Kalau kamu ingin mendengarkan musik, biasanya menggunakan aplikasi apa nih, geng? Mungkin mayoritas dari kamu akan menjawab Spotify.

Aplikasi streaming musik yang satu ini memang populer banget, bahkan sudah menembus angka 100 juta pengguna premium pada tahun 2019 ini.

Sayangnya, pada kenyataannya Spotify masih sering merugi, geng! Mengapa bisa seperti itu? Lantas, apakah permasalahan ini bisa membuat Spotify bangkrut?

Spotify dan Kerugian yang Dideritanya

Spotify Bakal Bangkrut 1 209ea
Sumber foto: India Today

Spotify merupakan layanan musik streaming yang berasal dari Swedia, geng! Perusahaan ini telah didirikan sejak tahun 2006, di mana Spotify pertama kali diluncurkan pada tahun 2008.

Meskipun sudah cukup lama, nyatanya aplikasi musik ini baru bisa mendapatkan keuntungan pada kuartal 4 tahun 2018 kemarin, loh!

Artinya, butuh 10 tahun bagi Spotify untuk bisa mendapatkan keuntungan pertamanya. Itu merupakan waktu yang cukup lama untuk sebuah model bisnis berskala raksasa.

Spotify berhasil meraup profit sebesar $107 juta atau setara dengan Rp1.5 triliun. Sayangnya,keuntungan tersebut bisa terjadi lebih karena karena investasi Spotify di Tencent Music.

Sebelumnya, Spotify cenderung mengalami kerugian dalam jumlah yang tidak sedikit. Dilansir dari Fool.com, kamu bisa melihatnya melalui tabel di bawah ini:

Tahun Total Kerugian

(Dikonversi ke Rupiah)
2013 Rp1.009.293.820.920
2014 Rp1.890.423.347.120
2015 Rp3.684.723.473.200
2016 Rp8.635.069.356.760
2017 Rp19.785.362.997.400
2018 Rp1.249.601.873.520

Jumlah yang susah untuk dibayangkan bukan? Sebagai aplikasi musik nomor 1 di dunia, mengapa hal ini bisa menimpa Spotify?

Alasan Kerugian Spotify

Dilansir dari berbagai sumber, terdapat beberapa alasan yang membuat Spotify rugi dari tahun ke tahun. Langsung aja simak ulasannya di bawah ini!

1. Musik Itu Mahal

Spotify Bakal Bangkrut 2 Ce8d7
Sumber foto: Vox

Spotify membayar lisensi untuk masalah hak cipta kepada setiap label musik dan artis yang lagunya tersedia di Spotify. Itu membutuhkan uang dalam jumlah yang sangat besar.

Apalagi, dengan bertambah besarnya pengguna Spotify, jumlah yang harus dibayarkan kepada pihak label pun juga meningkat.

Sebagai informasi, biaya yang harus dibayarkan oleh Spotify kepada pihak label rekaman adalah 50% hingga 70% dari setiap lagu yang diputar.

Jumlah ini bisa berbeda-beda, tergantung label dan artis yang membuat perjanjian dengan Spotify.

2. Tidak Punya Konten Orisinil

Spotify sangat bergantung kepada pihak label dan musisi agar mendapatkan konten yang bisa didengarkan oleh penggunanya.

Hal ini pernah dirasakan oleh layanan streaming Netflix. Pada akhirnya, mereka justru membuat konten orisinil yang diproduksi sendiri.

Dengan membuat konten orisinil, Netflix tidak perlu membayar lisensi kepada pihak ketiga. Spotify mungkin bisa meniru konsep untuk menghindarkan mereka dari kerugian.

3. Punya Banyak Saingan Berat

Apple Music 72c14
Sumber foto: 9to5Mac

Spotify bukan pemain yang memonopoli dunia permusikan seperti yang dilakukan oleh Windows pada sistem operasi komputer.

Mereka memiliki pesaing-pesaing yang sangat kompetitif seperti Apple Music, Google Play Music, hingga Pandora.

Biaya langganan tiap layanan berjumlah sama, yakni $9,9 tiap bulan atau Rp140 ribu. Jika Spotify menaikkan biaya langganannya, mereka bisa kehilangan pengguna.

Apple Music dan Google Play Music masih bisa meraih keuntungan dari sektor usaha lain yang dimiliki oleh induk perusahaan mereka, tapi dari mana Spotify akan mendapatkan keuntungan lain?

Bisa saja layanan musik streaming yang lebih kaya menerima risiko untuk mengalami kerugian terus menerus hingga kompetitornya yang lebih miskin, seperti Spotify, mengalami kebangkrutan.

4. Banyak Pengguna yang Menggunakan Aplikasi Bajakan

Spotify memberikan dua pilihan kepada penggunanya, mau yang memilih versi gratis atau versi premium yang berbayar.

Sayangnya, banyak orang yang memilih jalan tengah: memilih yang gratis namun mendapatkan versi yang premium.

Biasanya, mereka menggunakan mod untuk mendapatkannya. Padahal, hal ini sangat merugikan pihak Spotify, geng!

Cara Agar Spotify Bisa Mendapatkan Untung

Jika Spotify tidak mengubah pola model bisnisnya, bukan tidak mungkin suatu saat perusahaan ini akan dinyatakan bangkrut dan mengecewakan banyak pelanggannya.

Jadi, harus ada perubahan yang dilakukan oleh pihak Spotify agar bisa keluar dari kondisi. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar Spotify selamat dari kebangkrutan.

1. Membuat Konten Podcast Orisinil

Spotify Bakal Bangkrut 4 Cc49a
Sumber foto: Complex

Seperti yang sudah Jaka singgung sebelumnya, Spotify bisa meniru cara Netflix dengan membuat konten orisinil.

Bukan lagu, karena CEO Spotify pernah mengatakan Spotify bukan label rekaman, melainkan konten podcast.

Apalagi, Spotify baru saja mengakuisisi dua perusahaan podcasting, yakni Gimlet Media dan Anchor.

Dengan ini, tentu pihak Spotify berharap bisa mendapatkan keuntungan karena tidak perlu membayar lisensi ke pihak label.

Hanya saja, pada kenyataannya podcast tidak sepopuler konten video, kecuali orang-orang sudah merasa jenuh dengan visual dan lebih ingin menikmati hiburan berupa audio.

2. Menjadi Label atau Membuat Lagu Sendiri

Salah satu pesaing Spotify, Apple Music, telah membuat musik sendiri dan menjadikan diri mereka sebagai label.

Hal ini bisa ditiru oleh Spotify sehingga mereka tidak perlu membayar royalti kepada label. Istilahnya, cut the middleman.

Jika Spotify tidak berniat untuk menjadi label sendiri, mungkin mereka setidaknya bisa memproduksi lagu-lagu yang bisa dibuat menggunakan AI.

Contohnya adalah lagu-lagu instrumental yang sering masuk ke dalam playlist Relaxing Piano. Toh, banyak orang yang mendengarkan lagu-lagu seperti ini untuk menemani belajar atau bekerja.

3. Memasang Iklan

Spotify Bakal Bangkrut 5 Bf80c
Sumber foto: Marketing Interactive

Untuk pengguna Spotify yang versi gratis, pasti sering mendengar iklan yang mengajak kita untuk pindah ke versi Premium dengan berbagai promonya.

Mungkin Spotify bisa memanfaatkan slot itu untuk mengiklankan orang atau perusahaan lain seperti yang biasa kita dengan di radio.

Bisa juga Spotify mempromosikan lagu-lagu terbaru (terutama dari artis yang kurang terkenal) sehingga didengarkan oleh pengguna Spotify.

Akhir Kata

Sebagai pengguna layanannya, tentu kita berharap Spotify akan bisa melewati masa-masa susahnya sehingga kita bisa terus mendengarkan musik melaluinya.

Jika Spotify benar-benar harus bangkrut karena terus dilanda kerugian, bukankah kita sebagai konsumen yang akan merasa paling dirugikan?

Oleh karena itu, jika kamu mampu untuk membayar versi premiumnya, bayarlah. Jika tidak ada, maka silakan nikmati versi gratisnya yang disertai iklan, geng!

Baca juga artikel seputar Musik atau artikel menarik lainnya dari Fanandi Ratriansyah

Tautan berhasil disalinX
x

Keluar dari JalanTikus

Popup External Background JalanTikus

Apakah anda yakin untuk meninggalkan website JalanTikus?

Ya
Batal