Apakah Game Benar-Benar Bisa Membuat Kita Bodoh? Ini Penjelasan Ilmiahnya!
GamesApakah kamu pernah mendengar bahwa game bisa membuat kita bertambah bodoh?
Pernyataan ini memang sering dijadikan senjata para orangtua agar anaknya tidak terlalu sering bermain game.
Sejak lama, main game memang sudah menjadi hobi bagi banyak orang. Banyak yang menjadikan game sebagai pelarian dari penatnya rutinitas.
Lantas, apakah secara ilmiah dugaan tersebut terbukti? Atau hanya mitos yang tidak terbukti? Simak ulasan selengkapnya!
Penelitian Ilmiah Seputar Game
Game memang sering dijadikan sebagai kambing hitam atas banyak peristiwa, terutama dari orangtua ke anaknya. Kadang, dari cewek ke cowoknya.
Jika diuji secara ilmiah, apakah tudingan-tudingan negatif tersebut benar-benar terbukti? Dilansir dari berbagai sumber, inilah faktanya!
Game Membuat Bodoh

Jika nilai kita jelek atau menurun, salah satu kalimat yang mungkin diucapkan oleh orangtua adalah "makanya jangan kebanyakan main game".
Memang bisa jadi kita yang terlalu banyak bermain game. Akan tetapi, terkadang bermain dengan waktu yang normal pun tetap disalahkan.
Padahal, game telah terbukti membuat kita melek teknologi, sampai terkadang lebih pandai dari orang dewasa. Selain itu, game juga memungkinkan mereka melatih imajinasi yang dimiliki.
Selain itu, game juga membutuhkan banyak keterampilan yang pada akhirnya dapat diaplikasikan ke bidang lain.
Contohnya, kita terbiasa berpikir untuk menyelesaikan masalah seperti misi-misi yang ada di dalam game. Belum lagi game-game yang didesain untuk mengasah otak kita.
Akan tetapi, ada pula studi yang menunjukkan bahwa game memang berpengaruh ke penurunan nilai akademik. Alasannya, waktu belajar mereka tersita untuk bermain game.
Game Bisa Merusak Otak

Kalau yang satu ini ada benarnya, geng. Terlalu banyak main game bisa mengakibatkan kerusakan otak secara perlahan.
Sebuah studi mengatakan bahwa bermain game secara berlebihan mampu menurunkan materi abu-abu yang ada di hippocampus, satu bagian di otak kita.
Sebanyak 85% pemain game mengandalkan nukleus kaudat ketika bermain. Semakin sering menggunakan bagian otak tersebut, semakin jarang kita menggunakan hippocampus.
Apa akibatnya? Bisa menyebabkan penurunan kesadaran spasial subjek kita dan kehilangan kemampuan memori jangka pendek.
Kalau itu sampai terjadi, maka kita pun bisa menjadi bodoh. Oleh karena itu, jangan sampai main game secara berlebihan ya, geng!
Game Membuat Malas

Ada juga tuduhan bahwa game membuat kita menjadi malas. Selain itu, permainan game juga disebut membuat kita lebih banyak duduk sehingga mudah menjadi gemuk.
Hal ini memang ada benarnya. Sudah banyak kasus di mana pemain game yang terlalu lama duduk terkena serangan penyakit bahkan hingga meninggal.
Akan tetapi untuk durasi bermain yang normal, game tidak bisa disalahkan. Semua tergantung dari pribadi masing-masing pemain.
Selain itu, konsol game mulai berevolusi menjadi lebih aktif dengan adanya sensor gerakan dan lain sebagainya, sehingga kita bisa bermain game sambil berolahraga.
Game Membuat Kita Tidak Produktif

Karena bermain game, kita jadi melewatkan kegiatan-kegiatan produktif yang lebih berguna, seperti membaca buku dan belajar.
Untuk kasus ini, kita kembalikan lagi ke fungsi awal bermain game. Banyak dari kita bermain game karena ingin beristirahat dan membutuhkan penyegaran. Game dianggap media yang cocok.
Jika game tidak ada, apakah kita berharap kita akan membaca buku ensiklopedia atau membaca paper internasional?
Kita juga butuh media refreshing yang menarik, tidak hanya melakukan kegiatan produktif melulu.
Game Mengajarkan Kekerasan

Dari beberapa judul game yang tengah populer, konsepnya tidak jauh-jauh dari unsur kekerasan. Coba saja lihat game PUBG sampai Mobile Legends, semuanya saling bertarung untuk mengalahkan lawan.
Akibatnya, game dianggap mengajarkan kekerasan kepada kita. Para orangtua tentu cemas anaknya berubah menjadi agresif karena pengaruh game.
Padahal, rata-rata kekerasan yang terjadi di game tidak mungkin kita lakukan di dunia nyata. Contohnya, tidak mungkin kita melemparkan Rasengan ke teman kita.
Justru, kita bisa melampiaskan kekesalan kita di dalam game tanpa perlu menghajar orang sungguhan di dunia nyata. Tapi, memang lebih baik kita mengadu ke Tuhan jika sedang kesal.
Game Membuat Kita Menjadi Ansos

Game juga dianggap menjadi penyebab orang menjadi anti sosial. Buktinya adalah generasi milenial, generasi yang sudah berkenalan dengan game sejak kecil, menjadi cuek dengan lingkungannya.
Fenomena ini memang benar adanya, tapi bukan semata-mata karena game. Media sosial dan orangtua yang tidak pernah mengajarkan untuk bersosialisasi justru berpengaruh lebih besar.
Justru, game bisa jadi media untuk berkomunikasi yang baik. Istilah mabar alias main bareng sudah begitu populer. Ini menjadi bukti bahwa game bisa menjadi sarana untuk bersosialisasi.
Akhir Kata
Harus diakui, game merupakan pedang bermata dua. Ia memiliki sisi baik dan sisi buruknya. Kita, sebagai pemain, harus bisa mengendalikan game, bukan justru dikendalikan oleh game.
Yang jelas, selama kita mampu bermain game dengan durasi yang sewajarnya, tudingan-tudingan negatif yang telah Jaka sebutkan di atas tidak akan terjadi pada kita.
Baca juga artikel seputar Game atau artikel menarik lainnya dari Fanandi Ratriansyah.