Satu tahun berlalu dan lagi-lagi kita melihat satu film yang berhasil membawa pulang penghargaan Film Terbaik di ajang Piala Oscar.
Tapi, tahun 2020 berbeda karena film Korea populer, Parasite, berhasil menjadi film dengan bahasa asing pertama yang memenangkan penghargaan tersebut, geng!
Masalahnya, seberapa pantaskah film terakhir dari sutradara ternama Bong Joon-Ho ini memenangkan penghargaan tersebut?
5 Alasan Parasite Kurang Pantas Menjadi Film Terbaik
Jaka akui, melihat reaksi tulus dari Bong dan segenap penduduk Korea setelah Parasite berhasil memenangkan penghargaan tersebut memang sangat mengharukan, geng.
Meskipun Jaka tentunya bahagia untuk mereka, Jaka pribadi masih memiliki beberapa pertanyaan tentang alasan dibalik keputusan Oscar dalam memilih film Parasite.
Mengingat banyaknya film berkualitas lain seperti 1917 dari sutradara Sam Mendes, Jaka masih belum sepenuhnya yakin dengan keputusan tersebut.
Di kesempatan ini, Jaka ingin membahas 5 alasan Parasite kurang pantas menjadi film terbaik. Parasite jelas bagus tapi yang terbaik?
1. Seakan-akan Permintaan Maaf Atas Skandal Roma

Di tahun 2019, Oscar terlibat skandal besar karena memilih film Green Book sebagai Film Terbaik, bukan Roma.
Padaahal, Roma dianggap jauh lebih berhak menjadi Film Terbaik dan sutradara Alfonso Cuaron juga sudah menjadi Sutradara Terbaik di acara yang sama.
Akibat kontroversi ini, Oscar dianggap memiliki prasangka buruk terhadap film bahasa asing karena sebagai film Meksiko, Roma menggunakan bahasa Spanyol dan Mixtec.
Nah, Jaka merasa sebagian alasan Oscar untuk memenangkan Parasite di tahun 2020 itu sebagai permintaan maaf karena kontroversi Roma, geng!
Untuk menjaga reputasi mereka sebagai ajang paling 'bergengsi' di dunia film, Jaka nggak heran mereka memutuskan untuk memilih Parasite sebagai film terbaik.
Jaka bukannya menganggap Parasite itu sebagai film buruk tapi Jaka duga Oscar memiliki agenda tersendiri di balik keputusan mereka.
2. Bukan Film Terbaik Bong Joon-Ho

Bersama dengan Lee Chang-Dong dan Park Chan-Wook, Bong Joon-Ho merupakan bagian dari sekumpulan sutradara asal Korea yang sukses mengguncang dunia film.
Meskipun Parasite adalah film pertamanya yang berhasil sukses secara internasional, dia sudah memiliki serentetan film yang masuk kategori wajib tonton, geng!
Salah satunya adalah Mother dari tahun 2009 yang sampai saat ini masih Jaka anggap sebagai karya terbaik sutradara tersebut.
Makanya, meskipun Jaka bahagia untuk Bong atas penghargaan yang diterima olehnya, Jaka masih kurang sreg karena penghargaan tersebut tidak ditujukan untuk Mother.
Dengan penampilan memukau dari Kim Hye-Ja sebagai ibu yang rela melakukan apapun demi anaknya, Mother memiliki cerita yang lebih 'berani' dibandingkan Parasite.
Sebagai tambahan, buat kalian yang penasaran dengan film Korea yang seharusnya menang Oscar, kalian bisa tonton Poetry karya Lee Chang-Dong.
3. Tema yang Sudah Pernah Sebelumnya Diangkat oleh Bong

Kesenjangan sosial antara yang 'di atas' dan yang 'di bawah' adalah masalah besar di dunia saat ini, terutama di Korea Selatan yang masih menganut sistem chaebol.
Sebagai sutradara yang berasal dari negara tersebut, Bong sendiri sudah mengangkat isu ini di beberapa film, terutama di Snowpiercer dan Parasite.
Berbeda dengan Parasite, Snowpiercer mengangkat tema ini dengan jauh lebih imajinatif dan menggabungkannya dengan latar post-apocalyptic science fiction.
Diadaptasi dari graphic novel berjudul Le Transperceneige karya Jacques Lob, Bong sukses menggambarkan dunia Snowpiercer dengan tampilan yang sangat memukau.
Buat yang sudah menjadi saksi kereta megah Snowpiercer, latar rumah keluarga Park dan kesenjangan sosial di film Parasite jadi terkesan biasa saja, geng.
4. Terlalu Fantastis Dibandingkan Shoplifters

Ketika membicarakan film dari Asia Timur yang mengangkat tema kesenjangan sosial, ada kemungkinan pikiran kalian akan melayang ke Shoplifters.
Film karya sutradara Jepang ternama Hirokazu Kore-eda yang satu ini juga sempat mengguncang dunia di tahun 2018, geng.
Berbeda dengan Parasite yang memiliki genre film thriller satire, Shoplifters adalah kisah drama murni tentang sebuah 'keluarga' yang harus mengutil demi hidup mereka.
Menurut Jaka, sentuhan humanis Kore-eda di Shoplifters jauh lebih mengena secara emosional dibandingkan kisah Parasite yang terkesan agak berlebihan untuk dipercaya.
Memang ini bersifat subjektif tapi Jaka kurang sreg melihat kesuksesan Parasite sementara Shoplifters bahkan tidak dinominasikan untuk Film Terbaik.
5. Secara Teknik, 1917 Masih di Atas

Ketika dirilis, banyak yang menganggap teknik 1 adegan panjang yang digunakan di film perang 1917 sebagai tipu muslihat biasa.
Tapi, 2 jam yang Jaka habiskan di bioskop untuk menonton film karya sutradara Sam Mendes tersebut meyakinkan Jaka kalau hal itu bukan sekedar trik, geng!
Teknik tersebut berhasil memberikan pengalaman yang sangat imersif bagi penonton dalam mengikuti perjalanan prajurit Schofield di medan perang.
Hal ini tentunya tidak mengecilkan keberhasilan Bong dalam memainkan ruang di rumah keluarga Park tapi pencapaiannya tidak bisa dibandingkan dengan 1917.
Kemenangan 1917 di kategori Sinematografi Terbaik juga membuktikan hal ini dan kita bisa berargumen kalau 1917 berhak mendapatkan penghargaan tertinggi juga, geng.
Akhir Kata
Itulah, geng, daftar 5 alasan Parasite kurang pantas menjadi film terbaik dari Jaka. Sebagai penghargaan terbesar di dunia film, Jaka di sini mengambil posisi kritis.
Makanya, jika di sini Jaka terkesan merendahkan Parasite, Jaka mohon maaf karena memang sifat kritis sering membuat orang tersinggung.
Bagaimana pendapat kalian mengenai kritik Jaka? Apakah menurut kalian Parasite pantas menjadi Film Terbaik? Share di kolom komentar ya!
Baca juga artikel seputar Film atau artikel menarik lainnya dari Fikri Harish