Akhir-akhir ini memang kerap kali terjadi perdebatan pelik dari para netizen di media sosial, khususnya Indonesia. Beberapa orang sering kali beradu argumen mengenai banyak permasalahan, mulai dari gosip artis sampai berita politik.
Namun, para netizen kebanyakan berdebat dengan cara yang salah. Mereka biasa terjebak dalam kesesatan logika atau yang disebut Fallacy. Jaka telah menyusun 5 Alasan di Balik Banyaknya Orang Sok Tahu di Media Sosial. Simak ulasan berikut ini.
5 Alasan di Balik Banyaknya Orang Sok Tahu di Media Sosial
1. Straw Man Fallacy

Kesesatan logika satu ini sering kali dipakai kebanyakan netizen dalam perdebatan di media sosial. Mereka menggantikan argumen atau sebuah posisi dengan versi yang terdistorsi, berlebihan, atau salah mengartikan posisi argumen.
Contoh: Seseorang berargumen bahwa kartu grafis merk hijau seri terakhir memiliki performa yang kurang dibanding merk merah. Orang kedua yang mendengarkan argumen, malah beranggapan bahwa orang pertama lebih menyukai merk merah.
2. Ad Hominem

Kesesatan logika yang satu ini sering sekali digunakan saat orang yang berargumen merasa terdesak. Ia akan mulai membantah dengan menyerang karakter, motif, atau lainnya. Atribut orang yang membuat argumen, atau orang yang terkait dengan argumen, daripada menyerang substansi argumen itu sendiri.
Contoh: Si A berbicara kepada si B: 'Jelas anda berbicara seperti itu, karena anda pendukung rezim tersebut.'
3. Tu quoque

Kesesatan logika ini juga kerap ditemui pada debat di media sosial, bahkan sering didapati pada orang-orang yang memegang jabatan tinggi di sebuah instansi. Mereka mendiskreditkan keabsahan argumen logis lawan dengan menyatakan kegagalan lawan untuk bertindak secara konsisten sesuai dengan kesimpulannya.
Contoh: Si A berbicara kepada si B: 'Anda jangan menasihati saya, anda saja tidak lulus sekolah.'
4. Argumentum Auctoritatis

Yang satu ini adalah kesalahan berfikir di mana seseorang akan menilai argumen berdasarkan siapa yang berbicara, jabatan si pembicara, atau wibawa si pembicara. Mereka justru akan mengesampingkan substansi argumen tersebut, karena mereka akan langsung percaya apa pun yang dikatakan orang tersebut.
Contoh: Si A langsung percaya argumen si B karena ia adalah seorang guru besar.
5. Slippery Slope

Slippery Slope merupakan kesesatan logika saat orang berasumsi akan sebuah keadaan A terwujud, maka dipastikan situasi B juga akan terjadi, tanpa adanya alasan atau bukti yang benar. Kemudian orang tersebut akan berusaha dan bahkan melarang atau menggagalkan keadaan A untuk terwujud.
Contoh: Si A berasumsi, jika si C menjadi seorang gubernur, maka akan terjadi kekacauan di wilayah kepemimpinannya tanpa adanya bukti atau alasan yang jelas dan masuk akal. Lalu si A melarang pencalonan si C.
Itulah 5 Alasan di Balik Banyaknya Orang Sok Tahu di Media Sosial. Oleh karena itu kita harus belajar terbuka dan memperhatikan banyak aspek, sebelum kita mulai berargumen, agar kita tak terjebak dalam kesesatan logika. Jangan lupa tuliskan pendapatmu di kolom komentar di bawah ini ya!