Joseph Wijaya, pemuda kelahiran 14 Februari 2002, telah mencuri perhatian publik dengan prestasi akademik dan keberhasilannya dalam sebuah game e-commerce. Sosoknya menjadi viral setelah berhasil memenangkan game tersebut hingga empat kali, sebuah pencapaian yang dianggap langka mengingat tingkat kesulitannya.
Perjalanan akademik Joseph terbilang luar biasa. Ia menyelesaikan pendidikan SMA di usia 16 tahun melalui program akselerasi di SMA Pelangi Kash, Jakarta Utara. Melanjutkan studinya di Binus International University, Joseph lulus sarjana pada usia 19 tahun dengan predikat Summa Cum Laude dan IPK 3,98.
Prestasi gemilang Joseph berlanjut ketika ia memilih melanjutkan studi S2 di Boston University, Amerika Serikat. Dalam waktu hanya dua semester, ia berhasil menyelesaikan program Master in Computer Information System dengan predikat Magna Cum Laude dan IPK 3,83 di usia 21 tahun.

"Puji Tuhan, nilai IPK saya selalu memuaskan. Untuk mencapai itu semua, resepnya hanya satu, yaitu harus rajin belajar. Saya itu kalau belajar bisa sampai begadang lho, jadi semuanya tidak saya capai dengan mudah," ungkap Joseph.
Kini, Joseph aktif sebagai influencer media sosial, berbagi pengalaman dan tips seputar pendidikan. Ia berharap dapat memotivasi netizen bahwa mencapai IPK tinggi bukanlah hal yang mustahil, asalkan rajin dan konsisten dalam belajar.

Namun, di balik prestasi gemilangnya, Joseph justru komentar negatif dari sebagian netizen. Beberapa komentar di TikTok pribadinya, @joshwy, terlihat mempertanyakan relevansi pendidikannya dengan kehidupan pribadi.
"Apakah pendidikan bisa jamin masuk surga dek?" komentar TikTok dengan username @nurjanahmiharti.

Bahkan ada yang menyayangkan fokusnya pada pendidikan dibanding mencari jodoh.
"Melihat video ini, hati saya sedih.. Seharusnya idupmu dipakai untuk mencari jodoh & punya anak, bukannya hanya belajar dan main game..." komentar @cecilia.tanuraharjo.

Fenomena ini memicu perdebatan di kalangan netizen. Banyak yang membela Joseph dan menyayangkan adanya komentar negatif terhadap prestasi seseorang. Situasi ini menggambarkan kompleksitas persepsi masyarakat terhadap pencapaian akademik di era digital.
Terlepas dari kontroversi, kisah Joseph Wijaya tetap menjadi inspirasi bagi banyak pemuda Indonesia. Prestasi akademiknya membuktikan bahwa dengan kerja keras dan dedikasi, pencapaian luar biasa bukanlah hal yang mustahil, bahkan di usia muda.

