Dalam dunia olahraga, menjadi seorang atlet adalah impian banyak orang. Prestasi yang gemilang seringkali diiringi dengan kehormatan dan kekayaan yang melimpah. Namun, apa yang terjadi ketika masa kejayaan itu berakhir? Mike Tyson, petinju legendaris, adalah salah satu contohnya.
Masa Kecil yang Sulit
Dalam otobiografinya yang berjudul "Iron Ambition" tahun 2017, Tyson menceritakan tentang masa kecilnya yang sulit. Baik dari segi ekonomi, mental, maupun fisik, hidupnya tidaklah mudah. Tubuhnya yang kecil sering kali membuatnya menjadi sasaran bully dari teman-temannya. Pada saat itu, Tyson merasa tidak memiliki kemampuan untuk melawan.
Namun, nasibnya berubah ketika dia bertemu dengan pelatih tinju bernama Constantine 'Cus' D'Amato. Cus mengajari Tyson tentang tinju, bagaimana cara memukul dan menangkis pukulan lawan. Berkat bimbingan Cus, Tyson mulai bangkit dan berani melawan para perundungnya.
Karir Tinju yang Cemerlang
Cus melihat potensi besar dalam Tyson dan memutuskan untuk mengarahkannya ke dunia tinju profesional. Pada usia 19 tahun, Tyson resmi memulai karir profesionalnya pada 6 Maret 1985. Meskipun bertubuh kecil, Tyson sukses menghajar lawan-lawannya dengan teknik mematikan. Prestasinya tidak pernah lekang oleh waktu.
Dalam kariernya, Tyson berhasil mengoleksi 16 gelar juara dunia, termasuk menjadi juara tinju termuda di dunia pada usia 20 tahun. Dia juga memiliki rekor 27 kemenangan tanpa kekalahan. Prestasinya ini membuatnya menjadi salah satu petinju terhebat sepanjang masa.
Kekayaan yang Sementara
Prestasi Tyson membawa kekayaan yang melimpah. Pada masa keemasannya, dia bisa mendapatkan hingga 30 juta dolar atau sekitar 400 miliar rupiah setiap pertandingan. Dalam beberapa pertandingan saja, Tyson sudah menjadi triliuner.
Namun, kekayaan tersebut tidak dimanfaatkannya dengan bijak. Tyson lebih memilih untuk membeli barang-barang mewah seperti mobil dan rumah megah. Dia menghambur-hamburkan uang untuk memenuhi hasrat hidup mewah semata.
Kemunduran dan Kehancuran
Kekayaan yang melimpah membutakan Tyson. Dia menjadi malas latihan dan lebih suka menikmati hidup dengan foya-foya. Tyson lupa bahwa setiap orang memiliki masa kejayaan yang terbatas. Akibatnya, dia sering kali kalah dalam pertandingan.
Kehidupan pribadinya juga terganggu. Tyson tersandung kasus kriminal, termasuk kasus pemerkosaan. Hal ini membuat banyak brand enggan untuk bekerja sama dengannya. Penghasilannya semakin menurun dan dia mulai merasakan kekurangan.
Pada tahun 2003, Tyson mengumumkan kebangkrutan. Dia kehilangan semua kekayaannya dan terpaksa hidup dalam jeratan utang. Pada tahun 2005, Tyson memutuskan untuk pensiun dari dunia tinju.
Kehidupan Baru dan Kebangkitan
Meskipun mengalami masa sulit, Tyson tidak menyerah. Setelah hampir dua puluh tahun pasca-pensiun, kehidupannya mulai membaik. Tyson berhasil menjadi miliarder lagi berkat kesuksesannya sebagai aktor dalam berbagai film.
Kisah hidup Tyson mengajarkan kita tentang pentingnya mengelola kekayaan dengan bijak. Prestasi dan kekayaan bisa hilang dalam sekejap jika tidak dijaga dengan baik. Tyson adalah contoh nyata betapa pentingnya memiliki persiapan untuk masa depan setelah masa kejayaan berakhir.
Dalam hidup, setiap orang memiliki masa-masa sulit dan masa-masa kejayaan. Yang penting adalah bagaimana kita menghadapinya dan belajar dari pengalaman tersebut.