Kalau kamu sering membaca berita, pastinya sudah familiar dengan kabar mengenai kapal Ever Green yang tersangkut di terusan Suez, Mesir, dong?
Kapal dengan panjang 400 meter, lebar 59 meter, dan bobot 200.000 ton ini terjebak dan memblokade terusan Suez sehingga mengakibatkan 369 kapal yang mengantre tidak bisa melintas.
Terjebak sejak selasa lalu, kabarnya insiden ini menyebabkan kerugian sebesar Rp129 triliun setiap harinya terhadap ekonomi dunia.
Untungnya, kapal jumbo ini sekarang sudah berhasil dibebaskan. Hanya saja, dibutuhkan waktu kurang lebih 3,5 hari untuk mengatasi kemacetan lalu lintas maritim di kanal tersebut.

Beberapa hari belakangan, netizen di Twitter ramai mengaitkan peristiwa tersangkutnya kapal Ever Green di terusan Suez dengan kutukan Firaun.
Dalam tweet tersebut, netizen menghubungkan peristiwa tersebut dengan prosesi pemindahan mumi 22 anggota kerajaan dari Museum Mesir di Tahrir Square ke Museum Nasional Peradaban Mesir di Fustat.
Adapun, mumi yang dipindahkan antara lain adalah milik Raja Ramses II, Seqenenre Tao, Thutmose III, dan Seti I, dan ratu Hatshepsut, Meritamen, istri Raja Amenhotep I dan Ahmose-Nefertari, istri Raja Ahmose.
Gak hanya itu, Mesir juga sedang dilanda beragam tragedi seperti kecelakaan kereta api fatal di Sohag, runtuhnya bangunan 10 lantai di Suez Bridge, dan runtuhnya pilar beton besar di pembangunan jembatan Mariotia.
Semua tragedi di Mesir tersebut terjadi hanya dalam waktu seminggu saja. Gak berselang lama setelah peristiwa pemindahan mumi.

Netizen mulai mengingat-ingat kutukan Firaun yang kira-kira berbunyi, "Kematian akan datang dengan cepat bagi mereka yang mengganggu kedamaian raja".
Kutukan tersebut ditaruh di makam Firaun dengan tujuan untuk mencegah penjarah yang ingin membongkar makam dan merampok harta karun di makam tersebut.
Legenda kutukan Firaun ini muncul setelah kematian misterius 20 orang anggota tim yang bekerja untuk mengungkap rahasia makam Tutankhamun pada tahun 1922.
Proyek tersebut dipimpin oleh Howard Carter yang dipekerjakan oleh Lord Carnarvon. Masyarakat percaya bahwa Carter gak sengaja melepaskan kutukan raja Tutankhamun ketika menemukan makam tersebut.

Hal ini ditandai oleh kemunculan ular kobra, simbol raja Mesir, yang masuk ke sangkar burung dan membunuh burung kenari milik Carter.
Gak lama kemudian, Lord Carnavron yang mempekerjakan Carter juga meninggal akibat gigitan nyamuk yang terinfeksi, lalu membunuhnya akibat keracunan darah.
Hampir seluruh anggota tim arkeolog tersebut menemui ajalnya secara misterius. Sir Arthur Conan Doyle, penulis Sherlock Holmes pun berkomentar bahwa kutukan tersebut disebabkan oleh kekuatan spiritual pendeta Tutankhamun.
Meskipun ramai dibicarakan dan diyakini oleh netizen, namun para arkeolog dan ahli menentang klaim tersebut. Mereka memastikan bahwa tidak ada makam yang dirusak selama penggalian.
Zahi Hawass, arkeolog kenamaan Mesir bahkan berkomentar bahwa kutukan Firaun tersebut hanyalah bualan. Dalam perbincangannya di Al-Arabiya, Hawass mengatakan bahwa kematian para arkeolog diakibatkan oleh kuman yang ada di makam tersebut.

Sejarawan dan penulis Mesir, Bassam El-Shammaa juga menepis rumor kutukan tersebut. Menurutnya, ukiran pada dinding makam bukanlah kutukan, melainkan ekspresi dari imajinasi rakyat Mesir kuno.
Mumi yang berjamur bikin dinding makam dipenuhi bakteri. Para arkeolog di masa lalu yang belum aware dengan bakteri di makam secara gak sengaja menghirup sehingga mengalami penyakit sistem pernapasan yang fatal.
El-Shammaa juga mengatakan bahwa peti mati bisa mengeluarkan amonia. Hal ini mengakibatkan luka bakar pada mata dan hidung, radang paru-paru, dan terkadang kematian.
Kotoran kelelawar yang ditemukan di dalam kuburan juga membawa jamur sehingga membawa penyakit pernapasan yang mirip dengan influenza.
Dengan klarifikasi tersebut, mereka memastikan bahwa segala tragedi yang terjadi di Mesir tidak ada sangkut pautnya dengan pemindahan mumi keluarga kerajaan.
Baca artikel mengenai Viral atau artikel menarik lainnya dari Prameswara Padmanaba.