Rizqi Adnan Dzaki adalah seorang mahasiswa semester tiga di Fakultas Kedokteran, Universitas Tadulako (Untad). Meskipun berasal dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi dan ditinggalkan oleh kedua orangtuanya, Rizqi tidak membiarkan hal tersebut menghalangi cita-citanya untuk melanjutkan kuliah di perguruan tinggi.
Sejak usia 1 tahun 7 bulan, Rizqi diasuh oleh neneknya yang bernama Masitah. Bersama neneknya, ia tinggal di sebuah rumah kontrakan sederhana dan mengandalkan penghasilan neneknya dari membuka warung kelontong. Namun, penghasilan yang didapatkan neneknya sekitar Rp 20.000 - Rp 30.000 per hari tidak cukup untuk membiayai kebutuhan keduanya.
Di usia 56 tahun, nenek Rizqi memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas berat. Ia juga sering merasakan keluhan kesehatan akibat penyakit diabetes yang membuat ruang geraknya semakin terbatas. Namun, hal-hal tersebut justru menjadi motivasi bagi Rizqi untuk menjadi seorang dokter.
Rizqi memiliki ikatan batin yang kuat dengan neneknya karena mereka hidup berdua. "Saya tidak bisa terpisahkan satu sama lain," kata Rizqi. Ketika Rizqi harus memilih sekolah, ia berusaha memilih yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah.
Meskipun memiliki keterbatasan ekonomi dan harus menghadapi berbagai tantangan, Rizqi terus membuktikan bahwa ia bisa meraih cita-citanya. Ia adalah contoh inspiratif bagi banyak orang yang menghadapi kesulitan dalam mencapai impian mereka.
Melalui ketekunan dan semangat yang luar biasa, Rizqi membuktikan bahwa tidak ada yang tidak mungkin jika kita memiliki tekad dan kerja keras. Ia adalah bukti hidup bahwa dengan usaha dan keyakinan, kita bisa mengatasi segala rintangan dalam mencapai tujuan kita.
Kisah Rizqi menginspirasi banyak orang untuk tidak menyerah dalam menghadapi tantangan hidup. Meskipun ditinggalkan oleh kedua orangtuanya dan menghadapi keterbatasan ekonomi, Rizqi membuktikan bahwa ia bisa meraih impian menjadi seorang dokter.
