Bagi kebanyakan orang, kecoa adalah makhluk yang menakutkan. Serangga berkaki enam ini sangat sulit dibasmi meski sudah dicoba berkali-kali. Namun, tahukah kamu dari mana asal kecoa hingga bisa mendominasi dunia?
Teka-teki berusia 250 tahun ini akhirnya terpecahkan berkat analisis DNA kecoa oleh para ilmuwan. Mereka menemukan spesies terkait dengan anatomi mirip di Afrika dan Asia. Ilmuwan menduga kecoa Jerman, spesies kecoa paling umum di dunia, pertama kali berevolusi di Afrika atau Asia sebelum menyebar ke seluruh dunia.
Temuan ini menunjukkan bahwa kecoa mungkin telah menyebar ribuan tahun lalu dengan menumpang spesies lain: manusia. Penelitian ini diterbitkan Senin di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.

Para peneliti menganalisis gen lebih dari 280 kecoa dari 17 negara dan enam benua. Mereka membandingkan kecoa Jerman dengan spesies mirip dari Asia dan menemukan kesamaan. Urutan gen kecoa Jerman hampir identik dengan Blattella asahinai dari Teluk Benggala.
Lebih dari 80% sampel kecoa Jerman cocok dengan Blattella asahinai. Sementara 20% sisanya, nyaris tidak ada bedanya. Ini menunjukkan kedua spesies tersebut baru berbeda sekitar 2.100 tahun yang lalu, termasuk sangat cepat dalam evolusi.
Para peneliti berhipotesis bahwa B. asahinai mulai beradaptasi untuk hidup bersama manusia setelah habitat alami mereka diganggu oleh aktivitas pertanian, mirip dengan spesies lainnya. Akibatnya, nenek moyang B. asahinai meninggalkan ladang di India dan mulai menghuni bangunan, menjadi semakin bergantung pada manusia.
Namun, bagaimana mereka menyebar ke seluruh dunia?

Gelombang migrasi pertama kecoa terjadi sekitar 1.200 tahun lalu dari Teluk Benggala ke barat, kemungkinan bersama pedagang dan tentara kekhalifahan Umayyah dan Abbasiyah.
Gelombang kedua bergerak ke timur sekitar 390 tahun lalu ke Indonesia, melalui perusahaan dagang Eropa seperti Perusahaan Hindia Timur Inggris dan Belanda.
Kecoa Jerman tiba di Eropa sekitar 270 tahun lalu, sesuai dengan catatan Perang Tujuh Tahun, dan menyebar ke seluruh dunia sekitar 120 tahun lalu melalui perdagangan global.
Penelitian menunjukkan populasi kecoa lebih dekat di negara-negara dengan hubungan budaya daripada geografis. Seperti ekspansi lain yang terjadi di Asia, menuju Cina dan Korea, sekitar 170 tahun lalu.
Setelah tiba, penemuan seperti mesin uap dan pipa ledeng mungkin membantu serangga-serangga itu menyebar lebih luas dan menemukan tempat tinggal yang nyaman di dalam rumah, tempat mereka sering ditemukan saat ini.
Para peneliti menekankan bahwa memahami strategi kecoa dalam menaklukkan lingkungan masa lalu dapat meningkatkan pengendalian hama. Kecoa modern sulit dibasmi karena cepat berevolusi melawan pestisida, seperti yang disampaikan oleh penulis studi Qian Tang, peneliti pascadoktoral yang mempelajari serangga di Universitas Harvard.

Kecoa Jerman telah berevolusi menjadi aktif pada malam hari serta suka bersembunyi. Meskipun mereka berhenti terbang, mereka tetap memiliki sayap. Kecoa ini cepat beradaptasi dengan banyak insektisida, menyulitkan penemuan bahan aktif baru karena biaya dan proses pendaftaran yang tinggi.
Memahami proses resistensi dapat membantu kita menemukan strategi yang lebih efektif. Namun, kecoa akan terus berevolusi, menjaga perlombaan antara kita dan mereka dalam pengendalian hama yang akan terus berlanjut.