Sultan Hidayatullah II, lahir dengan nama Gusti Andarun, adalah pemimpin Kesultanan Banjar yang memerintah antara tahun 1859 sampai 1862. Ia dikenal sebagai salah seorang tokoh pemimpin Perang Banjar melawan pemerintahan Hindia Belanda.
Pemimpin dan Peperangan
Pada tahun 1822, Sultan Hidayatullah terlahir di Martapura. Terlahir sebagai anak dari Pangeran Ratu Sultan Muda Abdurrahman bin Sultan Adam Al-Watsiq Billah, ia merupakan kandidat utama pewaris takhta Kesultanan Banjar untuk menggantikan kakeknya Sultan Adam. Namun, posisi tersebut malah diisi oleh kakak tirinya Tamjidullah II yang mendapat dukungan dari pemerintah Hindia Belanda.
Penentangan Terhadap Pemerintahan Belanda
Perlawanan terhadap pemerintahan Hindia Belanda dimulai pada 18 April 1859 ketika pasukan Banjar menyerang tambang batu bara Oranje-Nassau di Pengaron. Ketegangan ini pun menjadi pemicu dimulainya Perang Banjar.
Kepemimpinan dan Pertempuran
Pada bulan September 1859, Pangeran Hidayatullah II dinobatkan oleh para panglima perang sebagai Sultan Banjar. Ia memimpin perang hingga tahun 1862 ketika ia ditangkap oleh pihak Hindia Belanda.
Akhir Kehidupan
Sultan Hidayatullah beserta keluarga dan pengikutnya diasingkan ke Cianjur setelah menyerah kepada Belanda pada Januari 1862. Selama masa pengasingannya, ia aktif menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat setempat. Ia wafat pada November 1904 di Cianjur.
Sebagai bentuk penghargaan atas sikapnya yang anti-imperialis dan kepemimpinannya dalam melawan pemerintahan Hindia Belanda dalam Perang Banjar, pada tahun 1999 pemerintah Republik Indonesia menganugerahkannya Bintang Mahaputera Utama.